Selasa, 20 Oktober 2015
MAJU TERUS
SATIM TERUS EKSPEDISI HUMANIORA
PERSIAPAN – Para awak seniman dan tokoh adat
tengah mempersiapkan acara melarung air murni muara Cimanuk sebelum acara “Ngunjung Cimanuk” dilakukan,
beberapa waktu lalu.(Foto-foto : Satim)***
Menghargai
Para Leluhur,
Gelar
Pesta Ngunjung Cimanuk
Indramayu, SATIM TERUS - SEJAK
awal, keberadaan Sungai Cimanuk di Indramayu, Provinsi Bawa Barat, dinilai
sangat berarti dan penting bagi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat yang
ada di sekitarnya.
Beberapa buku Sejarah Indramayu
tertulis, betapa berharga dan pentingnya Sungai Cimanuk yang mengalir dari
Kabupaten Garut melintasi Kabupaten Sumedang dan berakhir di pantai Kabupaten
Indramayu.
Karena dianggap bersejarah dan
sakralnya nilai Cimanuk, beberapa waktu lalu, sejumlah seniman dan para tokoh
adat Indramayu menggelar pesta dengan tajuk “Festival Cimanuk 2015”. Meski sang
penggagasnya, Nang Sadewo lebih setuju dengan sebutan “Ngunjung Cimanuk 2015”.
Konon, karena telah sekian lama, Sungai Cimanuk tidak pernah dilakukan upacara
adat sakral.
“Baru tahun 2015 ini, Ngunjung
Cimanuk bisa terlaksana. Allhamdulillah berjalan lancar,” kata fotografer
Indramayu itu, belum lama ini.
Cimanuk yang sebelumnya terkadang
hanya dipandang sebelah mata oleh sebagian generasi muda, dan mungkin pula
dipandang tak bernilai sejarah oleh sebagian warga Indramayu. Namun berkat
upacara adat “Ngunjung Cimanuk” tadi, sebagian tokoh adat dan para seniman
lokal berharap, agar para generasipenerusnya mau menghargai jasa-jasa Cimanuk
dari zaman ke zaman.
Walaupun hingga kini, tanggal 7
Oktober masih menuai pertanyaan di sebagian kalangan sebagai Hari Ulang Tahun
Kabupaten Indramayu. Namun, belum ada bukti-bukti konkrit sejarah yang bisa
merevisi penetapan Hari Jadi Indramayu.
Pemerintah Kabupaten Indramayu
maupun DPRD Kabupaten Indramayu masih sepakat, bahwa Ulang Tahun Kabupaten
Indramayu dirayakan setiap tanggal 7 Oktober.
Pada peringatan lahirnya Kabupaten
Indramayu ke-488 pada 7 Oktober 2015 lalu, pesta adat “Ngunjung Cimanuk” untuk
pertama kalinya digelar, dan justru seusai beberapa ruas bantarannya yang dekat
dengan jantung kota sudah dibenahi, seperti ada taman bermain dengan tembok
penahan tanahnya yang dibatu dan
ditancapi paku beton.
Wajah Cimanuk di sekitar kota yang
kini banyak berubah menjadi arena rekreasi itu, secara keseluruhan
pembangunannya belum tuntas. Untuk membenahi tanggul dan bantaran Sungai Cimanuk
lama itu, Pemerintah Kabupaten Indramayu telah menabur puluhan miliar rupiah.
Hingga 2016 mendatang, pemerintah
setempat masih malakukan pembenahan. Konon, karena settingannya, akan
disuguhkan perahu motor untuk para wisatawan yang ingin berkeliling
Cimanuk dari Waduk Bojong Sari hingga ke
ujung Desa Babadan dan Pabean Udik pulang-pergi (PP).
Meski saat ini keberadaan Cimanuk
lama jauh berbeda dengan tahun 1500-an. Bahkan jauh berubah dibanding tahun
1873 seperti yang ditulis Sadewo dalam bukunya berjudul “Sudut”. Buku ini
ditebar ke publik saat penutupan Pameran Pembangunan Indramayu ke-488, Senin
(19/10/2015) malam.
Dalam buku itu, Cimanuk tempo doeloe
dikatakan pernah menjadi pelabuhan dengan mendaratnya kapal-kapal besar
pengangkut bahan pangan dan rempah-rempah. Para penjajah baik Belanda maupun
Jepang yang pernah bercokol di Indramayu, memanfaatkan Cimanuk untuk menguras
harta kekayaan alam Kota Mangga.
Sementara acara “Ngunjung Cimanuk”
dikabarkan, sebagai bentuk penghargaan terhadap keberadaan Sungai Cimanuk,
serta para leluhur yang ikut menjaganya. Karena Raden Bagus Wiralodra, tokoh
pendiri Indramayu seperti ditulis dalam Buku Sejarah Indramayu, justru
diperintahkan ke Indramayu yang pertama harus mencari lembah Sungai Cimanuk.
Sehingga memunculkan banyak penafsiran,
tantang betapa berharganya nilai luhur yang terkandung dari sungai yang
dikisahkan dalam cerita hasil buatan manuk
(burung), sambil terbang membuat aliran air berbentuk sungai yang
berbelok-belok. Setelah ada warga yang bermukim, sungai itu dinamai Cimanuk,
karena diyakini hasil karya si burung sakti itu.
Pantuan Satim Terus, hingga kini keberadaan Sungai Cimanuk sangat berjasa,
dan berharga dalam memenuhi kebutuhan air mayoritas penduduk Indramayu. Keringnya Cimanuk dari Juli
hingga Oktober 2015, membuat mayoritas warga Kabupaten Indramayu pada menjerit.
Ratusan ribu hektar tanaman padi dikabarkan puso (gagal panen).
Tak hanya itu, ledeng tidak ngocor berhari-hari, dan sejumlah sumur
kering-kerontang. Untuk urusan mandi saja, tak sedikit warga terpaksa harus
membeli air galon isi ulang.
“Oleh karena itu, masyarakat pun
harus bersikap arif dan bijaksana dalam menghargai keberadaan Sungai Cimanuk.
Jangan membuat pencemaran dan membuang sampah di Cimanuk. Jangan mengeruk
bantaran dan tanggul seenak perutnya, karena akan menuai bencana,” tandas H.
Suwenda Asmita, Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air, Pertambangan dan
Energi Kabupaten Indramayu, kemarin.(Satim)*** Foto-foto : Satim/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar