Seleksi Siswa Baru Harus Transparan
FGII: RSBI Rentan Timbulkan Segregasi Pendidikan
BANDUNG, KOMPAS - Seleksi siswa baru melalui jalur prestasi di sekolah berstatus rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) harus mengedepankan transparansi dan sosialisasi kepada masyarakat. Semua siswa yang mengajukan diri memiliki kesempatan sama untuk mendapatkan pendidikan berkualitas.
"Sejauh ini masalah transparansi dan sosialisasi sudah diperhatikan RSBI. Saya harap terus berlanjut hingga proses seleksi selesai," ujar Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat Wahyudin Zarkasyi, Senin (21/6) di Bandung.
Sekolah RSBI tengah menyeleksi siswa melalui jalur prestasi. Jalur ini, antara lain, meliputi bidang seni, olahraga, agama, informasi teknologi, dan keluarga tidak mampu.
Wahyudin menegaskan, transparansi dan sosialisasi mutlak diperlukan karena syarat penerimaan siswa baru lewat jalur prestasi sudah diatur dengan jelas. Peraturan wali kota atau bupati telah menetapkan kategori apa yang harus dipenuhi terkait dengan penerimaan siswa baru lewat jalur prestasi atau nonakademik.
"Jangan sampai minimnya transparansi dan sosialisasi menimbulkan pandangan buruk masyarakat. Sekolah harus jujur dan berani menerapkan aturan yang ditetapkan," ujarnya.
334 siswa
Humas SMA 5 Bandung Mujiono mengatakan, untuk tahun ajaran 2010/2011 pihaknya menerima 334 siswa. Dari jumlah itu, 224 siswa berasal dari jalur akademik dan 120 orang dari jalur nonakademik atau prestasi.
Menurut dia, pendaftaran siswa jalur prestasi masuk pada tahap seleksi 52 orang yang mengajukan diri, yaitu lewat jalur seni (9 orang), olahraga (18 orang), pembinaan dan prestasi (21 orang), serta keluarga tidak mampu (4 orang). Mereka akan menjalani tes untuk memperebutkan 12 kursi atau 10 persen dari total kuota sekolah untuk jalur nonakademik sebanyak 120 orang.
Ia berjanji seleksi berjalan transparan. Pihaknya menetapkan standar lebih ketat bagi peserta, di antaranya melalui pengecekan langsung latar belakang calon siswa. Contohnya, untuk siswa berprestasi olahraga, dilihat sejauh mana kebenaran prestasi yang diraih. Sama untuk calon siswa dari keluarga tidak mampu, sekolah akan mengecek ke rumah untuk melihat kondisi ekonominya.
"Kami tidak mau berdebat atau membuat kesepakatan dengan calon siswa atau orangtuanya. Kalau ternyata tidak sesuai dengan aturan, kami akan gugurkan dan berikan kesempatan kepada calon siswa lain yang lebih layak," katanya.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Federasi Guru Independen Indonesia (FGII) Iwan Hermawan bersikukuh RSBI rentan menimbulkan segregasi pendidikan. Kesempatan mendapatkan pendidikan yang lebih baik seharusnya tidak dikaitkan dengan pembiayaan. Bila hal ini masih terus berlangsung, sulit memeratakan pendidikan yang layak dan berkualitas di Indonesia. (CHE)***
Source : Kompas, Selasa, 22 Juni 2010 | 12:05 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar