Tutup Sekolah Tak Penuhi Standar
Dianggap Bisa Menurunkan Mutu Wilayah
YOGYAKARTA - Berdasarkan pemetaan hasil ujian nasional, sekolah-sekolah yang belum memenuhi standar akan dibantu. Namun, jika sudah berkali-kali dibantu, tetapi masih belum bisa memperbaiki diri dan tetap jelek, lebih baik sekolah tersebut ditutup.
Wakil Presiden Boediono mengatakan hal itu saat menjawab pertanyaan seorang pelajar dalam dialog dengan komunitas pendidikan se-Yogyakarta di SMA Negeri Teladan I di Yogyakarta, Rabu (2/6).
Hadir dalam acara itu, antara lain, Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh, Menteri Agama Suryadharma Ali, serta Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Pakualam IX.
Menurut Wapres, ujian nasional (UN) tetap diperlukan untuk memetakan standar mutu pendidikan di suatu wilayah. Berdasarkan hasil UN bisa diketahui sekolah mana yang sudah memenuhi standar mutu dan mana yang belum memenuhi standar. ”Sekolah yang belum memenuhi standar akan dibantu, baik sarana dan prasarananya maupun mutu gurunya,” kata Boediono.
Wapres mengibaratkan UN sebagai alat diagnosis dokter untuk membantu tercapainya standar kualitas sekolah dan bukan untuk memberikan hukuman bagi sekolah yang belum memenuhi standar.
”Akan tetapi, kalau ada sekolah yang kuadrannya jelek terus-menerus, ya, lebih baik ditutup saja. Karena itu akan merusak standar mutu yang lebih besar lagi. Akan tetapi, selama masih bisa dibantu, ya, dibantu dulu agar ada pemerataan mutu sekolah,” kata Boediono.
Dalam UN 2010, ada tujuh SMA/MA yang siswanya tidak lulus 100 persen, meskipun sudah UN ulangan. Sekolah itu berada di tujuh provinsi, yaitu Jawa Tengah, Sumatera Utara, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, dan Maluku Utara. Selain itu, ada 13.014 sekolah yang siswanya lulus 100 persen.
Menjawab pertanyaan pelajar lainnya soal komitmen pemerintah membantu siswa-siswa yang berprestasi, seperti menjuarai olimpiade internasional, Mohammad Nuh menyatakan, pemerintah akan memberikan beasiswa.
Bahkan, tambah Mohammad Nuh, Presiden meminta agar siswa-siswa berprestasi, seperti menjuarai olimpiade internasional, dibiayai didanai sampai mereka menyelesaikan program doktoralnya di mana pun universitas yang mereka inginkan.
”Harapannya, setelah mereka lulus, mereka mengabdikan ilmunya di Tanah Air,” demikian Nuh. (HAR/KOMPAS)***
Source : Kompas, Kamis, 3 Juni 2010 | 03:33 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar