Bangun Solidaritas untuk Hadapi Kesulitan Bangsa
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (kedua dari kanan), didampingi (dari kiri ke kanan) Menko Polhukam Djoko Suyanto, Ketua MA Harifin Tumpa, Ketua DPD Irman Gusman, dan Imam Besar Masjid Istiqlal KH Ali Mustafa Yaqub tengah menunaikan shalat Idul Adha 1431 Hijriah di Masjid Istiqlal, Jakarta, Rabu (17/11). (KOMPAS/ALIF ICHWAN)***
JAKARTA - Solidaritas sangat penting dalam menghadapi berbagai kesulitan yang dialami bangsa saat ini, termasuk untuk mengatasi kondisi ekonomi. Para pemimpin bangsa pun diminta bekerja sama dan bersatu demi mencapai kemajuan bangsa.
”Mulai hari ini kita hentikan saling menghujat dan saling menuding,” ujar Guru Besar Universitas Hasanuddin, Makassar, Halide, saat menyampaikan khotbah bertema ”Dengan Semangat Ibadah Haji dan Qurban, Kita Bina Persatuan Bangsa” dalam pelaksanaan shalat Idul Adha 1431 Hijriah di Masjid Istiqlal, Jakarta, Rabu (17/11).
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ny Ani Yudhoyono menunaikan shalat Idul Adha di Masjid Istiqlal. Sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu II dan pemimpin lembaga negara serta duta besar negara sahabat juga melakukan shalat Idul Adha di masjid tersebut.
Kali ini Presiden Yudhoyono tidak didampingi Wakil Presiden Boediono dan Ny Herawati Boediono. Itu karena Wapres Boediono melaksanakan shalat Idul Adha di Jepang.
Wartawan Kompas, Suhartono, yang menyertai rombongan Wapres Boediono, melaporkan, Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, yang bertindak sebagai khatib di Sekolah Indonesia di Tokyo, Jepang, Rabu, menyatakan, bangsa Indonesia sekarang ini ditantang menjadi manusia sejati. Sejati dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan menjalani berbagai profesi dan jabatan.
”Dalam suasana bangsa yang tengah diuji dengan berbagai keprihatinan sekarang ini, kita ditantang menjadi manusia yang sejati. Seberapa jauh kita bisa meniru perilaku dan kearifan Habil (anak Nabi Adam) di tengah-tengah penderitaan saudara sebangsa yang sedang dilanda bencana, yaitu dengan memberikan bantuan yang, meskipun sedikit, memiliki nilai yang besar,” ujar Hatta, Rabu pagi waktu setempat.
Menurut Hatta, Habil merepresentasikan figur yang baik, sedangkan Qabil mewakili figur yang jahat. Namun, setiap anak cucu Adam diberi pilihan untuk mengikuti kedua figur tersebut.
”Drama kehidupan Habil dan Qabil akan terus berlangsung sepanjang kehidupan manusia. Bahkan, drama kehidupan itu semakin mudah ditemukan di mana-mana dalam kehidupan sehari-hari kita dan di seluruh profesi kita. Kita mau memilih yang mana,” tutur Hatta.
Personifikasi keprihatinan dan kerelaan berkurban, lanjut Hatta, berada dalam pribadi Nabi Ibrahim. ”Munculnya berbagai ujian bencana, seperti banjir bandang di Wasior, Teluk Wondama, Papua Barat; gunung meletus Merapi di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah; serta gempa bumi disertai tsunami di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, Allah SWT menantang kita dengan berbagai ujian seperti itu. Semoga ujian itu menjadi hikmah besar,” kata Hatta.
Hatta kemudian mengajak bangsa Indonesia meningkatkan kesalehan sosial di tengah-tengah keprihatinan bangsa. ”Bencana yang bertubi-tubi sekarang ini diharapkan bisa meningkatkan kesalehan sosial kita untuk lebih rendah hati dan tidak membicarakan keburukan dan menceritakan kelebihan diri kita sendiri dalam waktu 24 jam,” katanya.
Hewan kurban
Seusai menunaikan shalat Idul Adha, Presiden Yudhoyono dan Ny Ani Yudhoyono menyerahkan seekor sapi kurban keluarga Presiden kepada panitia di Masjid Istiqlal. Menurut Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha, Presiden dan keluarga menyumbangkan dua sapi kurban. Selain disumbangkan ke Masjid Istiqlal, satu ekor sapi yang lain diserahkan ke Masjid Baiturrahim di Kompleks Istana Kepresidenan.
Kemarin, jutaan pemeluk Islam di sejumlah daerah menggelar shalat Idul Adha. Sebagian warga, terutama warga Muhammadiyah, menunaikan shalat Idul Adha sehari sebelumnya. Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin, yang menunaikan shalat Idul Adha di Surabaya, Jawa Timur, mengajak umat untuk merenungi ujian yang diberikan Tuhan untuk bangsa Indonesia.
”Kita harus sikapi bencana ini dengan penuh kesabaran sebab orang sabar adalah mereka yang ketika ditimpa musibah tetap mengingat Allah,” tuturnya.(DAY/ANTARA)***
Source : Kompas, Kamis, 18 November 2010 | 04:07 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar