Rabu, 28 Oktober 2015

Indramayu Gelar Pesta Ngunjung Cimanuk


Selasa, 20 Oktober 2015
MAJU TERUS

SATIM TERUS EKSPEDISI HUMANIORA
PERSIAPAN – Para awak seniman dan tokoh adat tengah mempersiapkan acara melarung air murni muara Cimanuk  sebelum acara “Ngunjung Cimanuk” dilakukan, beberapa waktu lalu.(Foto-foto : Satim)***
Menghargai Para Leluhur,
Gelar Pesta Ngunjung Cimanuk
Indramayu, SATIM TERUS - SEJAK awal, keberadaan Sungai Cimanuk di Indramayu, Provinsi Bawa Barat, dinilai sangat berarti dan penting bagi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat yang ada di sekitarnya.

            Beberapa buku Sejarah Indramayu tertulis, betapa berharga dan pentingnya Sungai Cimanuk yang mengalir dari Kabupaten Garut melintasi Kabupaten Sumedang dan berakhir di pantai Kabupaten Indramayu.
            Karena dianggap bersejarah dan sakralnya nilai Cimanuk, beberapa waktu lalu, sejumlah seniman dan para tokoh adat Indramayu menggelar pesta dengan tajuk “Festival Cimanuk 2015”. Meski sang penggagasnya, Nang Sadewo lebih setuju dengan sebutan “Ngunjung Cimanuk 2015”. Konon, karena telah sekian lama, Sungai Cimanuk tidak pernah dilakukan upacara adat sakral.

            “Baru tahun 2015 ini, Ngunjung Cimanuk bisa terlaksana. Allhamdulillah berjalan lancar,” kata fotografer Indramayu itu, belum lama ini.

            Cimanuk yang sebelumnya terkadang hanya dipandang sebelah mata oleh sebagian generasi muda, dan mungkin pula dipandang tak bernilai sejarah oleh sebagian warga Indramayu. Namun berkat upacara adat “Ngunjung Cimanuk” tadi, sebagian tokoh adat dan para seniman lokal berharap, agar para generasipenerusnya mau menghargai jasa-jasa Cimanuk dari zaman ke zaman.

            Walaupun hingga kini, tanggal 7 Oktober masih menuai pertanyaan di sebagian kalangan sebagai Hari Ulang Tahun Kabupaten Indramayu. Namun, belum ada bukti-bukti konkrit sejarah yang bisa merevisi penetapan Hari Jadi Indramayu.
            Pemerintah Kabupaten Indramayu maupun DPRD Kabupaten Indramayu masih sepakat, bahwa Ulang Tahun Kabupaten Indramayu dirayakan setiap tanggal 7 Oktober.

            Pada peringatan lahirnya Kabupaten Indramayu ke-488 pada 7 Oktober 2015 lalu, pesta adat “Ngunjung Cimanuk” untuk pertama kalinya digelar, dan justru seusai beberapa ruas bantarannya yang dekat dengan jantung kota sudah dibenahi, seperti ada taman bermain dengan tembok penahan tanahnya  yang dibatu dan ditancapi paku beton.

            Wajah Cimanuk di sekitar kota yang kini banyak berubah menjadi arena rekreasi itu, secara keseluruhan pembangunannya belum tuntas. Untuk membenahi tanggul dan bantaran Sungai Cimanuk lama itu, Pemerintah Kabupaten Indramayu telah menabur puluhan miliar rupiah.

            Hingga 2016 mendatang, pemerintah setempat masih malakukan pembenahan. Konon, karena settingannya, akan disuguhkan perahu motor untuk para wisatawan yang ingin berkeliling Cimanuk  dari Waduk Bojong Sari hingga ke ujung Desa Babadan dan Pabean Udik pulang-pergi (PP).

            Meski saat ini keberadaan Cimanuk lama jauh berbeda dengan tahun 1500-an. Bahkan jauh berubah dibanding tahun 1873 seperti yang ditulis Sadewo dalam bukunya berjudul “Sudut”. Buku ini ditebar ke publik saat penutupan Pameran Pembangunan Indramayu ke-488, Senin (19/10/2015) malam.

            Dalam buku itu, Cimanuk tempo doeloe dikatakan pernah menjadi pelabuhan dengan mendaratnya kapal-kapal besar pengangkut bahan pangan dan rempah-rempah. Para penjajah baik Belanda maupun Jepang yang pernah bercokol di Indramayu, memanfaatkan Cimanuk untuk menguras harta kekayaan alam Kota Mangga.

            Sementara acara “Ngunjung Cimanuk” dikabarkan, sebagai bentuk penghargaan terhadap keberadaan Sungai Cimanuk, serta para leluhur yang ikut menjaganya. Karena Raden Bagus Wiralodra, tokoh pendiri Indramayu seperti ditulis dalam Buku Sejarah Indramayu, justru diperintahkan ke Indramayu yang pertama harus mencari lembah Sungai Cimanuk.

Sehingga memunculkan banyak penafsiran, tantang betapa berharganya nilai luhur yang terkandung dari sungai yang dikisahkan dalam cerita hasil buatan manuk (burung), sambil terbang membuat aliran air berbentuk sungai yang berbelok-belok. Setelah ada warga yang bermukim, sungai itu dinamai Cimanuk, karena diyakini hasil karya si burung sakti itu.   

            Pantuan Satim Terus, hingga kini keberadaan Sungai Cimanuk sangat berjasa, dan berharga dalam memenuhi kebutuhan air mayoritas  penduduk Indramayu. Keringnya Cimanuk dari Juli hingga Oktober 2015, membuat mayoritas warga Kabupaten Indramayu pada menjerit.

            Ratusan ribu hektar  tanaman padi dikabarkan puso (gagal panen). Tak hanya itu, ledeng tidak ngocor berhari-hari, dan sejumlah sumur kering-kerontang. Untuk urusan mandi saja, tak sedikit warga terpaksa harus membeli air galon isi ulang.

            “Oleh karena itu, masyarakat pun harus bersikap arif dan bijaksana dalam menghargai keberadaan Sungai Cimanuk. Jangan membuat pencemaran dan membuang sampah di Cimanuk. Jangan mengeruk bantaran dan tanggul seenak perutnya, karena akan menuai bencana,” tandas H. Suwenda Asmita, Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air, Pertambangan dan Energi Kabupaten Indramayu, kemarin.(Satim)***  Foto-foto : Satim/2015

                       



Tidak ada komentar:

Posting Komentar