Siswa dari Sekolah yang Bagus
Dikhawatirkan Kalah Bersaing
Senin, 14/02/2011 - 13:50 WIB
BANDUNG, Ekspedisi Humaniora - Nilai rapor yang menjadi elemen penilaian kelulusan siswa dinilai harus menjadi perhatian khusus. Hal ini disebabkan setiap sekolah memiliki kebijakan yang berbeda pada kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada tiap mata pelajaran.
"Saya khawatir siswa dari sekolah bagus kalah bersaing pada jalur undangan masuk perguruan tinggi, karena KKM-nya rendah," ujar Sekjen Dewan Pengurus Pusat Federasi Guru Independen Indonesia (FGII) Iwan Hermawan, di Bandung, Minggu (13/2).
Berdasarkan kondisi di lapangan, lanjut dia, siswa yang berasal dari sekolah terbaik akan kalah bersaing pada jalur undangan masuk PT, karena biasanya kebijakan sekolah tersebut tidak mematok KKM tinggi. Sementara nilai rapor menjadi penilaian utama PT dalam menyeleksi siswa melalui jalur undangan. “Sekolah bagus tidak terlalu obral KKM. Sedangkan di sekolah lain masih ada pertimbangan KKM hanya untuk kepentingan sekolah, dengan tujuan hanya mark up nilainya saja,” tutur Iwan.
Padahal, kata dia, pertimbangan sekolah dalam menerapkan KKM seharusnya berdasarkan pada beberapa faktor seperti rata-rata nilai sebelumnya, nilai Ujian Nasional, serta fasilitas pendukung yang dimiliki sekolah.
Akan tetapi, pada kenyataannya banyak sekolah yang ingin mengatrol akreditasi dengan cara menerapkan KKM tinggi. “Hal ini terkesan dipaksakan. Kebijakan penerapan KKM seperti itu tidak sesuai dengan ketentuan pemerintah,” ungkapnya.
Sementara itu, menurut Ketua FGII Jawa Barat Ahmad Taufan, ia khawatir sekolah terbaik sekalipun tidak dapat meloloskan murid dengan nilai yang layak ke jalur undangan PT, karena penerapan KKM yang lebih rendah dari sekolah lain. Berbeda dengan kondisi di daerah, yang seringkali diuntungkan dengan KKM tinggi. “Hasilnya, persaingan akan dibebankan pada siswa. Siswa dari sekolah manapun akan sama-sama memiliki kemampuan akademik yang bagus, tetapi mereka akan bersaing dengan perolehan nilai rapor berdasarkan KKM itu,” ujarnya.
Ia menjelaskan, beberapa sekolah memang mendasarkan penerapan KKM dengan tujuan merangsang guru dan murid untuk memberikan kemampuan terbaik pada setiap mata pelajaran. Akan tetapi, masih ada kebijakan sekolah yang tidak berdasarkan ketentuan pemerintah “Ketidakadilan akan terlihat, karena kebijakan sekolah yang menerapkan KKM rendah bisa saja bobot pendidikannya lebih berat, dibandingkan sekolah yang dengan mudah menerapkan KKM tinggi,” tuturnya. (A-196/A-147)***
Source : Pikiran-Rakyat Online, Minggu, 13/02/2011 - 15:59
Tidak ada komentar:
Posting Komentar