Rabu, 23 Desember 2009

Kerusakan Bangunan Bersejarah di Kota Salatiga Semakin Mengkhawatirkan

CAGAR BUDAYA

Cagar Budaya Makin Berkurang

Salatiga Terancam Kehilangan Jati Diri Kota

SALATIGA - Laju kerusakan bangunan bersejarah atau cagar budaya di Kota Salatiga semakin mengkhawatirkan. Dalam inventarisasi terbaru Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah dan Pemerintah Kota Salatiga, hanya tersisa 115 bangunan cagar budaya. Padahal, pada inventarisasi tahun 1999, cagar budaya masih mencapai 192 bangunan.

"Hasil inventarisasi itu sudah kami seminarkan beberapa hari lalu dan tinggal dimantapkan, berikut rekomendasinya. Sebagian bangunan cagar budaya yang masih ada juga dalam kondisi kurang terawat," kata Kepala Bidang Pemerintahan, Sosial, dan Budaya, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Salatiga Adi Setiarso, Senin (21/12).

Menurut Adi, dari 115 bangunan bersejarah yang tersisa, ada 16 bangunan yang dianggap memiliki nilai tinggi. Bangunan itu di antaranya adalah Hotel Mutiara yang didirikan tahun 1810 atau bekas asrama militer Belanda yang saat ini menjadi Kantor Satuan Lalu Lintas Polres Salatiga dan rumah dinas Komandan Korem 073 Makutarama.

Sementara itu, bangunan lain yang terinventarisasi merupakan rumah tinggal, perkantoran, tempat ibadah, atau fasilitas militer, termasuk bangunan eks kantor Kodim 0714 Salatiga di Jalan Diponegoro. Bangunan-bangunan itu masuk inventarisasi karena berusia di atas 50 tahun dan memiliki kekhasan arsitektur atau nilai sejarah.

Adi menegaskan, bangunan dalam inventarisasi itu dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya sehingga perusaknya bisa terancam pidana. Pemerintah Kota Salatiga pada tahun 2010 berencana menyiapkan peraturan wali kota guna memperkuat landasan hukum perlindungan bangunan itu, termasuk bila memungkinkan membuat peraturan daerah.

Jati diri hilang

"Muncul pula usulan memberikan insentif bagi pemilik bangunan itu berupa penghapusan atau pengurangan pajak bumi dan bangunan. Ini agar mendorong pemilik merawat bangunan itu," kata Adi.

Eddy Supangkat, pemerhati sejarah sekaligus penulis buku Salatiga: Sketsa Kota Lama, menuturkan, paparan angka hancurnya bangunan bersejarah di Salatiga merupakan fakta mengerikan. Eddy meyakini, tanpa upaya serius, kehancuran seluruh bangunan kuno di Salatiga hanya tinggal menunggu waktu.

"Kalau semua bangunan kuno itu habis, Salatiga akan kehilangan jati dirinya. Harus diingat, bangunan itu menjadi salah satu faktor yang membuat Salatiga dianggap kota terindah di Jawa Tengah awal tahun 1900," kata Eddy. (gal)***

Source : Kompas, Selasa, 22 Desember 2009 | 12:41 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar