HARI PERS
Penghargaan PWI untuk Ibas, Puan, dan Karoline
Menyaksikan anggota DPR dari Fraksi Partai Demokrat, Edhie Baskoro Yudhoyono, menyampaikan sambutan di podium merupakan kesempatan langka karena putra bungsu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini tergolong pendiam di depan publik. Bahkan, ia begitu kalem saat berkampanye pada pemilu untuk anggota legislatif 2009.
Namun, Senin (8/2) malam, Ibas, begitu ia dipanggil, berhasil ditampilkan di podium oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Ibas tampil untuk menerima penghargaan sebagai salah satu dari tiga anggota DPR periode 2009-2014 yang memenuhi bilangan pembagi pemilih (BPP) yang diberikan Pengurus Nasional Masyarakat Pers Pemantau Pemilu (Mapilu) yang berada di bawah naungan PWI.
Selain Ibas, dua anggota DPR lainnya yang memenuhi BPP dan menerima anugerah itu berasal dari PDI-P. Puan Maharani, putri mantan Presiden Megawati Soekarnoputri, meraih BPP dari Daerah Pemilihan Jawa Tengah V, sedangkan Karoline Margret Natasa, putri Gubernur Kalimantan Barat Cornelius, meraih BPP dari Daerah Pemilihan Kalimantan Barat.
Ketua Umum PWI Pusat Margiono mengatakan, penghargaan itu diberikan sebagai bentuk penghormatan kepada figur yang paling besar mendapat kepercayaan rakyat karena ketiganya terpilih sebagai anggota DPR dengan suara terbanyak. Menurut Margiono, sebagai putra-putri ”orang besar”, ketiganya terbukti telah belajar dari orangtua untuk juga menjadi ”orang besar”.
Namun, pengamat politik J Kristiadi punya pendapat berbeda. ”Tiga-tiganya populer secara matematis, antara lain, karena orangtua mereka dikenal. Tetapi, untuk populer dalam kapasitas sebagai wakil rakyat, masih harus dibuktikan dulu bagaimana mereka berempati pada persoalan rakyat dan bisa menemani rakyat yang mengalami kepahitan hidup,” ujarnya.
Pada kesempatan itu, Ibas, yang menyampaikan sambutan dengan membaca catatan, mengatakan, penghargaan itu akan memotivasinya mengemban tugas sebaik mungkin di dunia politik yang dipandangnya keras dan penuh tantangan.
Puan Maharani dalam pidato tanpa teks menyebutkan, ia masih harus belajar dan menimba pengalaman dari konstituennya. Sementara Karoline Margret Natasha yang juga tak menggunakan teks dalam sambutannya mengatakan, demokrasi tidak bisa berjalan tanpa peran media.
Pada puncak peringatan Hari Pers Nasional 2010, Selasa kemarin, PWI juga memberikan penghargaan Kartu Pers Nomor Satu kepada 80 wartawan yang menjadi contoh terbaik, antara lain Rosihan Anwar, Jakob Oetama, Herawati Diah, dan Pia Alisjahbana. (Nur Hidayati)***
Source : Kompas, Rabu, 10 Februari 2010 | 03:55 WIB
Ada 4 Komentar Untuk Artikel Ini. Posting komentar Anda
Khairunnisa Pardede @ Rabu, 10 Februari 2010 | 15:45 WIB
Hareee geenneee...????!!! Wake up PWI? Be a real man....
sekhudin @ Rabu, 10 Februari 2010 | 15:04 WIB
Organisasi sebesar PWI ko masih malu-malu bikin penghargaan padahal setahu saya banyak sekali anggota sering teraniaya dlm menjalankan tgs coba pikirkan itu?
Syamsi @ Rabu, 10 Februari 2010 | 10:13 WIB
Ha ha PWI memberi penghargaan kpd pembeli suara pd pemilu kemaren. PWI ga punya kerjaan ih . .
arifai @ Rabu, 10 Februari 2010 | 10:07 WIB
PWI ngapain ngurusin hasil BPP? PWI mau menjual diri. Insan pers sebenarnya kan sdh tahu suara bisa dibeli saat pemilu kemaren. Penilaian itu ga bermutu!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar