Pemerintah Harus Beli Artefak
BMKT Blanakan Lebih Besar daripada BMKT Cirebon
JAKARTA - Pemerintah harus membeli seluruh koleksi artefak bawah laut dari perairan Cirebon yang berjumlah 217.381 keping senilai 80 juta dollar AS yang belum ada pembeli saat lelang Rabu (5/5) di Jakarta. Ini satu-satunya solusi agar Indonesia tetap mudah mengakses artefak itu.
Koordinator Masyarakat Advokasi Warisan Budaya (Madya) Jhohannes Marbun menekankan, penjualan artefak bawah laut atau benda berharga asal muatan kapal tenggelam (BMKT) melalui lelang, bertolak belakang dengan upaya pemerintah.
”Pemerintah selama ini ingin mengembalikan aset-aset bangsa yang ada di luar negeri. Ini kan kontradiktif,” kata Jhohannes.
Usulan Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad untuk membuat museum maritim dengan mengundang kalangan pengusaha China di Indonesia dinilai positif. Jhohannes mengingatkan, harus ada kesepakatan atau perjanjian yang jelas terlebih dahulu terutama mengenai status kepemilikan keping artefak itu dan museum maritim.
Jika tiga kali lelang gagal, Kementerian Kelautan dan Perikanan bisa melelang melalui balai lelang swasta atau internasional dan bisa menjual dengan cara lain sepersetujuan menteri keuangan.
Direktur Institute for National Strategic Interest & Development (INSIDe) Danial Nafis juga mendukung usulan Fadel sekaligus meminta agar semua pengusaha nasional, bukan hanya pengusaha China, diajak bekerja sama. Bahkan, lanjutnya, sebenarnya ada beberapa yayasan dari Eropa ingin bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia untuk kepentingan nonkomersial semata-mata untuk pelestarian benda cagar budaya. ”Saya setuju dengan usul Pak Fadel. Tetapi, apa benar pemerintah berorientasi pada pelestarian cagar budaya untuk kepentingan ilmu pengetahuan?” tanya Danial.
Koordinator Konsorsium Penyelamat Aset Bangsa Endro Soebekti Sadjiman menilai kegagalan pelelangan akibat ketidakseriusan penyelenggara. Hal ini membuktikan, Panitia Nasional Pengangkatan dan Pemanfaatan BMKT hanya berorientasi ekonomi tanpa memerhatikan sumber daya sejarah, budaya, dan ilmu pengetahuan.
Sementara itu, sebanyak 12.415 BMKT berhasil diangkat dari bangkai kapal karam di kedalaman 58 meter di perairan Blanakan, Subang, Jawa Barat, Rabu (6/5). Ekskavasi yang dimulai 11 April diperkirakan memakan waktu setahun karena besarnya BMKT.
Saat memantau langsung kegiatan di atas tongkang untuk ekskavasi BMKT, Dirjen Pengawasan Pengendalian Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Aji Sularso mengatakan, BMKT ini berpotensi jumlahnya dua kali lipat dibandingkan BMKT di Cirebon. Hal ini berdasarkan pemantauan dengan sonar saat survei oleh perusahaan penerima izin survei dan pengangkatan, PT Comexindo Usaha Mandiri. (LUK/LKS)***
Source : Kompas, Jumat, 7 Mei 2010 | 04:33 WIB
Ada 1 Komentar Untuk Artikel Ini. Posting komentar Anda
Canthing_batik @ Jumat, 7 Mei 2010 | 09:03 WIB
Usul p Fadel Muhammad lebih bisa diterima.kalau kita punya museum u menyimpan BMKT yg tdk sedikit itu,bisa jadi wahana u generasi muda terutama siswa2 kita,utk mengerti dan bangga bhw di masa lalu pun Indonesia sdh menjadi jalur penting perdagangan internasional.juga akn menjadi oasis bagi kita di tengah kejenuhan mengikuti polemik bgs akhr2 ini.museum juga bisa mnjadi aset wisata yg tak kalah dg wahana2 wisata lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar