Tak Ada Peminat Lelang yang Hadir
JAKARTA - Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad menyatakan, pihaknya mempertimbangkan pembangunan museum maritim sebagai solusi untuk mempertahankan benda-benda peninggalan bersejarah yang menunjukkan kejayaan maritim Nusantara.
Demikian disampaikan Fadel dalam diskusi terbatas dengan Kompas, Rabu (5/5), seusai pelaksanaan lelang atas 271.381 keping artefak berumur lebih dari 1.000 tahun. Pelelangan koleksi benda berharga asal muatan kapal tenggelam (BMKT) dari perairan Cirebon itu berlangsung tanpa ada penjualan.
Ia mengakui, pembangunan museum maritim dan pengangkatan BMKT terganjal kemampuan keuangan negara. Untuk itu, konsep pembiayaan yang dikaji, antara lain, adalah skema pendanaan ke perbankan lewat fasilitasi Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO). Gagasan itu akan disampaikan dalam pertemuan dengan UNESCO, 10 Mei di Bali.
”Pembangunan museum budaya maritim sudah saatnya dipikirkan. Beri saya waktu untuk memikirkan itu secara matang,” ujar Fadel, yang juga menjabat Ketua Panitia Nasional Pengangkatan dan Pemanfaatan BMKT.
Opsi lain, yaitu mengumpulkan pengusaha-pengusaha China di Indonesia agar bersama-sama pemerintah melestarikan koleksi peninggalan sejarah maritim. Dukungan itu sekaligus meningkatkan apresiasi masyarakat pada budaya China di Indonesia.
Sementara, tambahnya, Museum Singapura mengusulkan kerja sama pariwisata jika ada museum bahari. Hasil tiket kunjungan museum dipakai untuk membayar pinjaman bank dan mengganti investasi perusahaan swasta yang mengangkat koleksi artefak bersejarah.
Seusai penutupan lelang, di hadapan publik, Menteri Pariwisata dan Kebudayaan Jero Wacik menyesalkan adanya kontroversi pelelangan harta karun Perairan Cirebon.
”Terima kasih kepada masyarakat yang peduli kebudayaan Indonesia. Ini pertanda begitu cinta. Ada yang keliru pemahamannya, mungkin karena kurang sosialisasi,” ujarnya. Menurut dia, benda di dalam kapal tidak ada kaitan dengan kebudayaan Indonesia karena sebagian besar keramik Tiongkok.
Saat lelang ditutup, Erwin Erlangga, yang mengaku alumni Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Indonesia, berteriak lantang menolak pelelangan. Dia langsung diamankan petugas.
Tentang lelang yang tak ada penawaran ini, Fadel akan melaporkan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Empat menit
Lelang BMKT Balai Lelang Pemerintah Indonesia di Kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta, berlangsung empat menit karena tak ada penawaran dari 20 calon peminat.
”Tidak ada yang menyetor uang jaminan 16 juta dollar AS sehingga tak ada penawaran. Lelang saya tutup,” kata Iraningsih, pejabat lelang. Obyek yang dilelang berupa satu lot artefak hasil pengangkatan sebanyak 271.381 potong senilai 80 juta dollar AS dengan 16 juta dollar AS uang penjaminan.
Kolektor barang seni dan pelestari budaya, Anhar Setijadibrata, menyesalkan adanya pelelangan, ”Harta karun ini menunjukkan Nusantara amat penting bagi bangsa-bangsa besar dunia. Terbukti ini berasal dari Tiongkok, Persia, dan Arab,” ujarnya.
Sementara Fadel menegaskan, ”Saya juga berpandangan jauh ke depan, tidak jangka pendek. Yang penting solusinya win-win untuk berbagai pihak,” ujarnya. ”Cara transparan ini merupakan upaya menghilangkan perampokan BMKT,” katanya.
Beberapa tahun lalu, sejumlah pemburu harta karun mengangkat BMKT di perairan Indonesia tanpa mengikuti prosedur. Benda-benda itu dijual di luar negeri dan tidak didata sama sekali.
Menurut Anhar, artefak itu dapat dipamerkan di museum-museum besar dunia. ”Bisa saja dipinjamkan ke Smithsonian dan lembaga besar lain. Itu bisa menghasilkan devisa,” katanya.
Direktur Operasional Cosmix Luc Heymans menyesalkan pelbagai hambatan dalam proses lelang. ”Ini pertama kalinya di Indonesia penemuan harta karun diangkat dan dilelang sesuai prosedur hukum. Kami juga sudah mendata lengkap semua artefak. Museum Nasional Indonesia juga sudah mengambil lebih dari seribu artefak terbaik,” ujarnya. (CHE/EGI/ISW/NAL/LKT/LUK/ONG/THT/Kompas)***
Source : Kompas, Kamis, 6 Mei 2010 | 04:24 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar