Kamis, 30 Juni 2011

Terjadi di Cirebon : Benda Pusaka Keraton Kasepuhan Hilang

Kamis, 30 Juni 2011

MAJU TERUS

EKSPEDISI HUMANIORA ONLINE

Benda Pusaka Keraton Kasepuhan Hilang

LEMAHWUNGKUK, EKSPEDISI HUMANIORA ONLINE - Pencurian benda pusaka kembali terjadi di Kota Cirebon. Benda pusaka milik Keraton Kasepuhan yang merupakan peninggalan Sultan Sepuh X Keraton Kasepuhan, diketahui hilang sejak Jumat (26/6) lalu.

Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun Kabar Cirebon, Rabu (29/6), benda pusaka berupa mata tombak berusia ratusan tahun tersebut hilang dari tempat penyimpanannya di Museum Keraton Kasepuhan. Mata tombak tersebut raib dari tempat pajangan di lemari, diperkirakan antara hari Rabu (22/6) sampai Jumat (26/6) pekan kemarin. Modus yang digunakan pelaku yakni dengan menukar mata tombak tersebut dengan mata tombak lain yang sudah disiapkan.

Raibnya benda pusaka keraton tersebut diketahui saat petugas pemandu keraton mencurigai bentuk tombak yang ada di tempat pajangan. Pemandu yang setiap hari melihatnya, sangat hapal semua koleksi yang dipajang di museum, hingga bisa mengetahui bahwa mata tombak yang ia lihat palsu.

Temuan tersebut sudah dilaporkan ke Lurah Keraton Kasepuhan. Namun karena Sultan Keraton Kasepuhan, P.R.A. Arief Natadiningrat, yang juga Ketua Umum Badan Pengurus Silaturahmi Nasional (Silatnas) Raja dan Sultan Senusantara 2011, sedang ada kegiatan di Silatnas di Bandung, lurah tidak berani melaporkan hal itu.

Sultan Kasepuhan Cirebon, Pangeran Raja Adipati (PRA) Arief Natadiningrat, saat dikonfirmasi, membenarkan adanya kejadian tersebut.

Menurut Arief, berdasarkan dugaan sementara, pelaku melakukan pencurian tersebut antara hari Rabu sampai Jumat pekan lalu, berdasarkan kecurigaan petugas atas perilaku dua warga sekitar yang diduga sebagai pelakunya.

"Saya baru sampai ke Cirebon Selasa sore, dan baru tadi pagi (kemarin, red) lurah melaporkan temuan itu kepada saya. Menurut keterangan lurah, terduga pelaku dua orang. Satu orang yang masuk museum mengenakan jaket hitam, sedangkan yang seorang lagi mengajak ngobrol petugas. Bisa saja, mata tombak itu disimpan di jaketnya. Tapi untuk memastikannya, kami serahkan kepada polisi," terang Arief.

Arif meminta pihak kepolisian mengusut tuntas kasus pencurian tersebut. Pasalnya, menurut Arief, ada kemungkinan pencuriannya juga terkait dengan kehilangan benda-benda pusaka milik Keraton Keprabonan.

Menurut Sultan, mata tombak palsu yang dipajang di museum, ternyata termasuk benda kuno juga. "Mata tombak penggantinya juga termasuk benda kuno, hanya bukan milik Keraton Kasepuhan," tambahnya.

Ditarik

Dikatakan Sultan, begitu mendapat laporan soal kehilangan itu, sejumlah koleksi benda pusaka yang disimpan di lemari pajang yang tidak terkunci di museum, langsung ditarik ke ruang Dalem Arum. Begitu juga sejumlah benda pusaka yang dipajang di sejumlah ruangan, langsung ditarik, dan disimpan di Dalem Arum.

Arief mengkau, pihaknya sudah menyerahkan identitas terduga pelaku kepada pihak kepolisian. "Siapa tahu, komplotan itu sama dengan pelaku yang mencuri benda pusaka milik Keprabonan," ujarnya.

Saat dikonfirmasi, Kepala Kepolisian Resor Cirebon Kota, Ajun Komisaris Besar A. Edi Suheri, membenarkan laporan tentang hilangnya benda pusaka mata tombak milik Keraton Kasepuhan tersebut. Pihaknya sudah menerjunkan tim identifikasi untuk melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) guna kepentingan penyelidikan.

Seperti halnya benda pusaka Keraton Keprabonan yang beberapa hari lalu hilang, Edi menuturkan, pihaknya akan terus melakukan penyelidikan, terlebih barang tersebut adalah benda pusaka.

"Kami mengimbau kepada masyarakat untuk teliti dan tidak mau begitu saja menerima atau membeli barang-barang seperti keris atau pedang," katanya.
Terkait penyelidikan tujuh benda pusaka milik Keraton Keprabonan yang hilang, menurut Edi, pihaknya akan memeriksa tiga orang sebagai saksi. Mereka merupakan keluarga Keraton Keprabonan. (C-14)***

Source : kabar-cirebon,com, Kamis, 30 Juni 2011 - 04:17:59 WIB

Rabu, 29 Juni 2011

Lima Pusaka Kaprabonan Hilang

Rabu, 29 Juni 2011

MAJU TERUS

EKSPEDISI HUMANIORA

Lima Pusaka Kaprabonan Hilang

CIREBON, EKSPEDISI HUMANIORA ONLINEKomplotan pencuri spesialis benda-benda pusaka kembali beraksi. Kali ini mereka melakukan aksinya di Keraton Kaprabonan Jl. Lemahwungkuk, Kota Cirebon. Sebanyak lima buah benda pusaka yang dikramatkan milik Keraton Kaprabonan yakni terdiri dari keris, pedang, dan ypmbak hilang dicuri.

Data yang dihimpun Radar di lokasi kejadian menyebutkan, peristiwa pencurian di keraton Kaprabonan Cirebon ini baru diketahui Kamis (23/6/2011) petang sekitar pukul 17:30 oleh Sultan Kaprabonan Pangeran Raja Ir. Hempi ketika akan berangkat ke Bandung untuk menghadiri pameran dan pertemuan para raja dan sultan se-Indonesia.

Sultan terkejut melihat sejumlah barang pusaka yang akan dibawa ke Bandung untuk dipamerkan sudah tidak ada di tempatnya yang tersimpan di ruang tengah keraton. Selanjutnya, Sultan memberitahukan kepada adiknya yakni Raden Hekaputra (47) perihal hilangnya benda-benda pusaka tersebut. Kemudian dilaporkan ke polisi.

Petugas Kepolisian dari Polres Cirebon Kota yang menerima laporan dengan cepat mendatangi lokasi kejadian dan olah TKP. Hasil olah TKP, polisi tidak menemukan adanya tanda-tanda pengrusakan di sekitar TKP. Polisi menduga, pelaku adalah orang yang sudah mengetahui kondisi dan letak benda-benda pusaka tersebut.

“Pihak keraton sudah membuat laporan resminya. Langkah selanjutnya, laporan itu kami tindak lanjuti dengan melakukan penyelidikan,” jelas Kapolres Cirebon Kota AKBP Asep Edi Suheri Sik saat dokonfirmasi Radar, Kamis (23/6/2011).

Sementara itu, Edi (52), selaku abdi dalem keraton Kaprabonan Cirebon kepada Radar menuturkan, bahwa benda-benda yang dicuri itu terdiri dari 2 pedang, dua buah keris serta satu tombak Trisula Cangak dan tombak Trisula biasa.

“Benda-benda itu adalah benda cagar budaya yang sangat dikeramatkan di keraton Kaprabonan, dan merupakan benda sejarah cikal bakal berdirinya keraton Kaprabonan,” tuturnya.(rdh)***

Source : Radar Cirebon, Jumat, 24 Juni 2011

Senin, 27 Juni 2011

Penerimaan Siswa Baru : Jangan Takut Laporkan Pungli PSB!

Senin, 27 Juni 2011

MAJU TERUS

EKSPEDISI HUMANIORA ONLINE

Penerimaan Siswa Baru

Jangan Takut Laporkan Pungli PSB!

Inggried | Senin, 27 Juni 2011 | 13:50 WIB

Ilustrasi : shutterstock

TERKAIT:

JAKARTA, EKSPEDISI HUMANIORA ONLINE — Proses penerimaan peserta didik baru (PPDB) yang tengah berlangsung menjadi konsen para orangtua saat ini. Di samping memilih sekolah yang baik, tentunya dari sisi biaya juga menjadi hal yang telah dipersiapkan. Jika mendaftarkan anak di sekolah negeri, perlu diingat bahwa tidak ada pungutan yang dikenakan. Para orangtua diimbau untuk waspada serta tak terjebak oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan sekolah dan menarik sejumlah uang dengan janji anaknya akan diterima di sekolah yang dituju. Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Taufik Yudi Mulyanto, mengatakan, tak ada sumbangan pendidikan yang dikenakan bagi calon siswa di sekolah negeri. Bagaimana jika menemukan adanya praktik pungutan seperti itu?

"Yang harus dilakukan orangtua adalah jangan takut dan jangan mau. Cek orang ini siapa, bisa jadi ada orang yang memanfaatkan situasi. Kalau sampai ketemu praktik seperti ini, meminta sejumlah uang, laporkan ke Dinas Pendidikan DKI Jakarta," kata Taufik kepada Kompas.com, Senin (27/6/2011).

Ia menegaskan, dalam formulir pendaftaran yang dilakukan secara online jelas tidak ada klausul mengenai besaran sumbangan pendidikan. Hal yang sama juga berlaku untuk sekolah negeri dengan status rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI).

"Untuk sekolah negeri, pada dasarnya, layanan pendidikan bagi SD dan SMP secara standar sudah dipenuhi melalui BOS (bantuan operasional sekolah) dan BOP (bantuan operasional pendidikan) plus tambahan-tambahan yang lain karena biaya investasi seperti gedung, lab, sudah dilakukan pemerintah provinsi. Lainnya, untuk operasional seperti gaji sudah ditangani oleh pemprov juga. Sementara, kebutuhan personal siswa seperti seragam, buku, ya dipenuhi oleh orangtuanya," papar Taufik.

Jika terdapat program di luar standar yang telah ditetapkan pemerintah, Taufik menekankan, agar dibicarakan dengan pihak orangtua. "Program tersebut harus berbasis kebutuhan dan bukan keinginan," ujarnya.

Tak hanya itu, pihak sekolah juga harus mengajukan masukannya tentang program yang akan dilaksanakan dengan Komite Sekolah. Setelah dilakukan pembahasan antara sekolah dan Komite Sekolah, maka orangtua akan mendapatkan penjelasan dari Komite Sekolah.

Adukan di Posko Peduli Pendidikan

Selain mengadukan ke Dinas Pendidikan DKI Jakarta, para orangtua juga bisa mengadukannya ke posko yang dibentuk Koalisi Masyarakat Sipil Peduli Pendidikan. Posko yang dibuka di 12 provinsi ini menjadi sumber informasi dan pos pengaduan bagi orangtua siswa.

Selain itu, posko pengaduan ini juga akan memberikan bantuan advokasi pada orangtua siswa yang menghadapi kesulitan memasukkan anaknya ke sekolah yang diinginkan. Posko tersebut berada di Kantor Aliansi Orangtua Peduli Pendidikan (APPI) sekaligus Kantor Indonesia Corruption Watch (ICW) di Jalan Kalibata Timur IV D No 6 Jakarta Selatan atau menghubungi Jumono melalui saluran telepon di (021) 70791221.

Masyarakat juga dapat menghubungi Education Care (E-Care) dengan nomor telepon (021) 70623749, Garut Governance Watch (GGW) di (0262) 237323, MaTA Aceh di (0654) 43605, Koalisi Mahasiswa dan Rakyat Tasikmalaya di 081383690032 (Jamal), Lembaga Pendidikan Rakyat Antikorupsi (Perak Institute) Makassar di (0411) 453058, Gabungan Solidaritas Antikorupsi (GaSAK) Banda Aceh di 085261785854, dan Kantor Pattiro Semarang di (024) 8441357 dan 082134857927.(Kompas.com)***

Source : Kompas.com, Senin, 27 Juni 2011

Selasa, 21 Juni 2011

Sisi Lain Wayang Kulit Oleh Dadang Kusnandar

Selasa, 21 Juni 2011

MAJU TERUS

EKSPEDISI HUMANIORA ONLINE

Ilustrasi : Ist.

Sisi Lain Wayang Kulit
Oleh Dadang Kusnandar

KASET wayang kulit Cirebon bertajuk "Cungkring Kelangan Bapa" (Petruk Kehilangan Bapak) menemani perjalanan Cirebon Bandung pagi itu. Seni tradisi Cirebon yang dimainkan dalang Haji Mansur, tak hanya menghibur tetapi juga mendekatkan kami kepada wayang kulit. Guyon khas dalang yang disahuti nayaga, meski kadang out of context, ternyata tetap asyik didengar. Bayangkan, di tengah lakon tiba-tiba ada seloroh: Samson, Gatot Gaca Mancing, bahkan roti bakar.

Sedikitnya pemahaman tentang wayang kulit seketika menimbulkan dugaan adanya keberanian dalang melawan pakem wayang purwa. Padahal, menurut sang dalang, "Lakon carang itu karangan, saat mengarang tokohnya dari pakem namun alur cerita rekayasa dalang, sedangkan pakem itu galur". Kembali ke wayang kulit Cirebon dengan lakon carang. Sempat terlintas bahwa wayang kulit Cirebon merupakan modifikasi wayang golek Sunda dengan wayang kulit Jawa Tengah/Jawa Timur. Asumsi ini tampak pada hentak gendang dan tembang pesinden (sinden wayang kulit Cirebon pun bisa melantunkan lagu Sunda).

Secara terpisah dalang wayang kulit Wangi Indria mengatakan, ia tidak terlalu tahu sejarah wayang. Namun katanya, mungkin saja wayang kulit Cirebon merupakan modifikasi wayang golek dan wayang kulit. Ada pun tentang tembang yang dilantunkan sinden, kata dia, sinden Cirebon tidak menyerap sinden Sunda karena irama dan syairnya berseberangan. Menyoal seloroh nayaga yang selalu menyahuti dalang dalam pertunjukkan wayang kulit Cirebon, hal itu menunjukkan kreativitas seniman walaupun keluar dari konteks.

Jalan damai

Membaca database wayang kulit Cirebon, ada yang mengatakan kuatnya pengaruh Kerajaan Demak ketika Wali Sanga masih hidup. Data ini menunjukkan keterikatan wayang kulit Cirebon dengan dakwah agama Islam, khususnya di Jawa. Tidak hanya wayang, kesenian tradisi Cirebon selalu terpaut dengan ajaran agama. Islamisasi melalui kesenian merupakan jalan damai karena pengajaran dan pendidikan agama dilakukan dengan cara menghargai budaya lokal.

Wayang kulit Cirebon dengan tema cerita carangan, akhirnya boleh dikata sebagai kolaborasi seni tradisi. Tokoh wayang yang tampil pada pertunjukan seakan masuk ke dunia kini. Cukup menarik lakon wayang kulit yang dimainkan di Bandung Mei 2011 yang menceritakan Gatotkaca membawa laptop dan berkirim email, karena dalam kisah carangan ini ia berperan menjadi seorang wartawan. Lakon kolaborasi yang dimainkan H. Wakhudin, redaktur senior koran Pikiran Rakyat Bandung ini bahkan mempertemukan Yudhistira dengan Rama. Padahal menurut galur, Yudhistira dan saudara-saudaranya didapat pada Kisah Mahabarata, sementara episode Rama vs Rahwana ada pada lakon Ramayana.

Berbagai kolaborasi wayang kulit yang pernah dilakukan di Cirebon ternyata tidak sebatas pada penceritaan. Dalang Wowo Rudi (38 tahun) dari Desa Plumbon melakukan "kawin silang" wayang kulit dengan wayang wong. Dalang di balik tabir hanya bertutur cerita pewayangan, sedangkan di depan layar para penari wayang wong tampil memerankan penuturan sang dalang. Modifikasi dua wayang ini konon juga dilakukan seniman di sanggar Sekar Pandan Kota Cirebon.

Selain dia, dalang gaek Askadi Sastrasuganda dari Desa Cangkring Kabupaten Cirebon, memadukan wayang kulit dengan babad Cerbon. Lakon bertajuk "Tumancebing Kropak Agung" yang dipentaskan 10 tahun lalu itu, menggambarkan betapa dekatnya wayang kulit dengan syiar agama Islam. Bahkan para nayaga pun mengenakan busana Muslim, termasuk sinden.

Yang agak unik Wayang Puisi. Ide Abidin, Kepala Dinas Budaya Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Cirebon itu tampil tahun 2010 lalu di teras gedung kesenian Cirebon, Nyi Mas Rarasantang. Dayang memainkan wayang dan di sebelahnya sebuah puisi dibacakan. Yang belum ada, kolaborasi wayang kulit dengan sulap. Siapa tahu Limbad bisa dihadirkan pada sebuah lakon carangan wayang kulit.

Kreativitas

Lantaran tanpa kreativitas maka kesenian akan kehilangan jejak. Sudah pasti keberanian seniman mengelaborasi cerita, tokoh, atau alat musik yang mengiringi pentas diperlukan bagi jejak perjalanan kesenian berikutnya. Kesenian ke depan merupakan sejumlah bentukan dari berbagai anasir. Bukankah sulit mencari kesenian asli, bahkan pada seni tradisi? Bagaimana pun jika kita merunut muasal seni tradisi, hal itu adalah kolaborasi sejumlah kesenian dari beberapa tempat.

Begitulah sebagaimana diungkap Wangi Indria di atas, musisi/nayaga yang menyahuti dalang wayang dengan seloroh (celetukan) merupakan kreativitas seniman. Dan begitu pula kesenian tradisi ini terus dikembangkan berdasar kreativitas para awaknya. Sinergi antara dalang dengan pemusik jelas perlu, tidak sekadar untuk menghibur dan mengundang tawa. Akan tetapi dialog itu pun dimaksud bagi kedekatan hubungan emosional mereka. Meski kadang honorarium yang diterima pemusik jumlahnya kecil, namun soal honor pun sesekali meluncur dalam seloroh (celetukan) pentas wayang kulit Cirebon. Artinya tidak ada hal yang ditutupi. Dalang pun tidak marah, bahkan ia menyambut seloroh itu dengan seloroh pula.

Sisi lain wayang kulit Cirebon dalam pandangan sejarawan Raffan Hasyim juga terlihat pada busana yang melekat di tubuh wayang kulit. Katanya, jika ingin memeragakan busana pernikahan adat Cirebon, pelajari saja busana yang membalut wayang kulit Cirebon.

Ternyata masih banyak hal yang dapat diungkap dan dikembangkan dari wayang kulit Cirebon. Kuncinya tidak lain ialah kreativitas memadukan imajinasi dengan kecerdasan, namun tentu saja secara lebih mengoptimalkan penggunaan otak kanan.

*) Dadang Kusnandar, penulis lepas, tinggal di Cirebon.***

Source : kabarcirebon.com, Kamis, 16 Juni 2011 - 05:32:38 WIB

Jumat, 17 Juni 2011

Pengumuman UN SD/MI Senin (20/6/2011)

MAJU TERUS

EKSPEDISI HUMANIORA ONLINE

Pengumuman UN SD/MI Senin (20/6/2011)

BANDUNG, EKSPEDISI HUMANIORA ONLINE - Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Dede Hasan menuturkan, pengumuman kelulusan Ujian Nasional tingkat sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah akan diumumkan sesuai jadwal pada Senin (20/6) di masing-masing sekolah. Berbeda dengan kelulusan tingkat SMP/MTs dan SMA/SMK, untuk kelulusan SD/MI, kata Dede, kelulusan tingkat SD/MI ini sepenuhnya diserahkan kepada sekolah.

“Sekolah yang berhak menentukan termasuk menentukan batas nilai kelulusan siswa. Dengan begitu antara satu sekolah dengan sekolah lain akan berbeda nilai standar kelulusannya,” kata Dede, Jumat (17/6). (A-157/das)***

Antisipasi Liburan Sekolah, PT KA Daop 5 Sediakan Tiket "Go Show"

MAJU TERUS

EKSPEDISI HUMANIORA ONLINE

Antisipasi Liburan Sekolah, PT KA Daop 5 Sediakan Tiket "Go Show"

PURWOKERTO, EKSPEDISI HUMANIORA ONLINE - Mengantisipasi liburan sekolah, PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daop 5 Purwokerto Jawa Tengah menyediakan layanan tiket “go show” luntuk segala kelas KA.

Layanan khusus tiket go show (dibeli ditempat). Hanya untuk Ka Purwojaya (kelas eksekutif), Sawunggalih Utama Pagi/ Malam (kelas Bisnis) serta Ka Ekonomi AC Bogowonto untuk tujuan Jakarta.

Ke empat kereta api ini merupakan kereta api komersial asal Daop 5.Tiket go show akan disediakan untuk keberangkatan setiap hari Minggu mulai tanggal 19 Juni sampai dengan 10 Juli, serta khusus pada tanggal 24, 25,29 Juni dan tanggal 8, 9 Juli 2011 dengan selisih tarip sebesar Rp 15.000. untuk kelas eksekutif dan bisnis, serta Rp 5000. Untuk kelas ekonomi AC Bogowonto.

"Selisih tarip ini masih berada dalam rentang batas bawah dan batas atas tarip yang berlaku," kata Manager Humas PT KA Daop 5 Purwokerto Surono, Jumat (17/6).

Penjualan tiket go show akan dibuka pada pukul 08.00. untuk kelas eksekutif Purwojaya, dan 2 jam sebelum keberangkatan KA kereta api untuk KA Sawunggalih Utama Pagi/ Malam dan Bogowonto.

Untuk keperluan tiket go show ini, Daop 5 Purwokerto menyediakan 1 gerbong pada tiap kereta api tersebut dengan jumlah tempat duduk masing- masing 54 (eksekutif), 64 (bisnis), dan 80 tempat duduk (ekonomi AC).

Kebijaksanaan tiket go show ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada penumpang yang bepergian mendadak masih dapat memperoleh tiket.

Di samping itu tiket go show juga dimaksudkan untuk mempersempit ruang gerak calo tiket yang sering memanfaatkan situasi jumlah penumpang. Dengan masih tersedianya tiket di loket, penumpang tidak perlu membeli pada calo dengan harga yang sangat tinggi. (A-99/das)***

Source : Pikiran Rakyat Online,

Sabtu, 11 Juni 2011

Jakarta Fair Gelar Berita-Foto Terbaik

Sabtu, 11 Juni 2011

MAJU TERUS

EKSPEDISI HUMANIORA ONLINE

Jakarta Fair Gelar Berita-Foto Terbaik

Imanuel More | Robert Adhi Kusumaputra | Sabtu, 11 Juni 2011 | 06:11 WIB

TERKAIT:

JAKARTA, MAJU TERUS EKSPEDISI HUMANIORA ONLINE PT Jakarta International (JI) Expo mengadakan lomba liputan jurnalistik seputar penyelenggaraan Jakarta Fair 2011. Perlombaan ini terbagi dalam dua kategori, yaitu berita jurnalistik dan karya fotografi.

Pihak JI Expo selaku penyelenggara Jakarta Fair menyatakan, kegiatan ini diadakan sebagai wujud apresiasi terhadap peran serta kalangan jurnalis dalam mendukung kesuksesan penyelenggaraan ajang yang untuk kedelapan kalinya diadakan oleh PT JI Expo.

Persyaratan yang ditentukan, antara lain, peserta haruslah merupakan jurnalis media cetak dan online, yang bekerja pada media lokal, nasional, dan internasional di Indonesia.

Untuk kategori berita, tulisan yang disertakan telah dipublikasikan di media dan bukan dalam bentuk hardnews atau opini. Setiap peserta diizinkan mengirimkan lebih dari satu tulisan.

Sementara untuk kategori fotografi, salah satu sisi hasil foto minimal berukuran 30 cm. Foto pemenang menjadi milik PT JI Expo dan yang akan digunakan untuk kepentingan promosi. Hak cipta tetap menjadi milik peserta.

Tema berbeda telah ditentukan untuk kedua kedua kategori yang dilombakan. Tema bagi pewarta tulis adalah "Jakarta Fair Kemayoran 2011 sebagai Ajang Pengembangan Industri Kreatif dan UMKM." Sementara itu, untuk pewarta foto, tema yang diangkat adalah "Pernak-pernik Kemeriahan Jakarta Fair Kemayoran 2011". Karya peserta harus disesuaikan dengan tema yang ditentukan.

Penyelenggara telah menyediakan hadiah menarik. Juara pertama kedua kategori itu akan mendapatkan satu sepeda motor. Juara kedua dan juara ketiga akan mendapatkan hadiah uang masing-masing sebesar Rp 7.500.000 dan Rp 5.000.000. Selain itu, ada hadiah kategori khusus sebesar Rp 5 juta bagi peserta dari media berbahasa Inggris.

Juri akan dipilih dari kalangan wartawan senior yang merupakan pemimpin redaksi sejumlah media dan beberapa fotografer senior.

Karya peserta sudah diterima panitia paling lambat 15 Juli 2011. Sementara pengumuman pemenang dan penyerahan hadiah akan dilangsungkan di Expo Resto JI Expo Kemayoran pada 13 Agustus 2011. ***

Source : Kompas.com, Sabtu, 11 Juni 2011

Ada 1 Komentar Untuk Artikel Ini.

·

Meguerre Ryan Bakkaru

Sabtu, 11 Juni 2011 | 07:29 WIB

Entar malem enaknye ke Djakarta Per yang dulunya mangkal di Monas (sekarang bebas dari Gresimon), sambil poto-poto siapa tau dapet hadiah 5 jeti

Tanggapi Komentar

Laporkan Komentar


Tahun Ajaran Baru, Kiriman Uang TKI Meningkat

Sabtu, 11 Juni 2011

MAJU TERUS

EKSPEDISI HUMANIORA ONLINE

Biaya Pendidikan

Tahun Ajaran Baru, Kiriman Uang TKI Meningkat

Runik Sri Astuti | Inggried | Jumat, 10 Juni 2011 | 17:03 WIB

Ilustrasi : KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO

TERKAIT:

MADIUN, MAJU TERUS EKSPEDISI HUMANIORA ONLINE Kiriman uang para tenaga kerja Indonesia asal Kota dan Kabupaten Madiun, Jawa Timur, meningkat tajam dalam dua bulan terakhir. Peningkatan ini diperkirakan terjadi karena tingginya permintaan uang dari keluarga buruh migran di kampung halaman menjelang tahun ajaran baru pendidikan. Pimpinan Cabang Pegadaian Madiun Endang Sri Sundari mengatakan, kenaikan jumlah kiriman uang mencapai 25 persen dibandingkan dengan bulan-bulan normal. Kenaikan ini terjadi sejak Mei 2011 dan masih berlangsung hingga awal Juni ini. Diperkirakan, kiriman uang dari TKI akan terus meningkat hingga dua bulan ke depan mengingat bakal ada perayaan hari raya Idul Fitri di bulan Agustus mendatang.

Data yang dihimpun dari tujuh outlet pegadaian di seluruh wilayah Kota dan Kabupaten Madiun menunjukkan besarnya kiriman uang TK I pada Mei 2011 mencapai Rp 250 juta. Dibandingkan dengan nilai rata-rata transfer dana TKI pada bulan-bulan sebelumnya yang berada di kisaran Rp 200 juta, kenaikannya mencapai Rp 50 juta per bulan atau sekitar 25 persen.

Jika dilihat dari negara asal kiriman uang, paling besar berasal dari TKI yang bekerja di Arab Saudi, Hongkong, dan Malaysia. Dalam satu tahun, rata-rata kiriman uang dari para TKI yang melalui Pegadaian Madiun mencapai Rp 4 miliar.***

Source : Kompas.com, Sabtu, 11 Juni 2011

Ada 1 Komentar Untuk Artikel Ini.

·

M. Arwani Munib

Jumat, 10 Juni 2011 | 17:44 WIB

terbukti keberangkatan mereka tidak lain hanya demi kemajuan dan terpenuhinya kebutuhan pendidikan generasi bangsa. piye pemerintah kapan semua sekolah geratis

Tanggapi Komentar

Laporkan Komentar

Jumat, 10 Juni 2011

Master Plan PDAM “Tirta Darma Ayu” Kabupaten Indramayu

Jumat, 10 Juni 2011

MAJU TERUS

EKSPEDISI HUMANIORA ONLINE

Master Plan PDAM “Tirta Darma Ayu” Kabupaten Indramayu

MASTER PLAN PDAM INDRAMAYU – Master plan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) “Tirta Darma Ayu” Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat, terpampang di ruangan tunggu Direktur Utama (Dirut) PDAM, sebuah perusahaan milik daerah Pemerintah Kabupaten Indramayu. Gamvar diambil, Kamis (14/4/2011) siang. (Satim)*** Foto : Satim

Misteri Abad Pertengahan Mediterania

Jumat, 10 Juni 2011

MAJU TERUS

EKSPEDISI HUMANIORA ONLINE

B U K U

Misteri Abad Pertengahan Mediterania

Nurhadi BW

• Judul : Foucault’s Pendulum • Pengarang : Umberto Eco • Penerjemah : Nin Bakdi Soemanto • Penerbit : Bentang • Tahun : I, November 2010 • Tebal : xi + 691 halaman • ISBN : 978-602-8811-02-6

Umberto Eco bukannya tidak memiliki skenario dengan novel ini. Melalui tiga tokoh utama, dia mengisahkan rentang sejarah abad pertengahan dengan sentral Laut Tengah, khususnya terkait dengan kelompok-kelompok yang berperan dalam pergolakan sejarah.

Foucault’s Pendulum (Italia: Il Pendolo di Foucault) terbit pertama kali tahun 1988. Nama Foucault mengingatkan kepada tokoh filsafat kontemporer, Michel Foucault. Padahal, Foucault pada judul novel ini adalah nama penemu pendulum, yaitu Leon Foucault.

Nama Umberto Eco sendiri di Indonesia tidak kalah populer dibandingkan dengan Michel Foucault. Selain ahli bidang semiotik, sejarah abad pertengahan, dan kajian budaya kontemporer, Eco juga seorang novelis. Pria kelahiran Italia tahun 1932 ini telah menulis enam novel. Dua di antaranya telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, The Name of the Rose dan Boudolino.

Foucault’s Pendulum adalah novel kedua setelah The Name of the Rose (1980). Novel-novel Eco bukanlah novel yang linier menyajikan sebuah narasi seperti novel umumnya. Karya-karyanya berupa intertekstualitas, khususnya tentang sejarah abad pertengahan, sebuah rentang waktu dan wilayah yang tidak mudah dipahami, bahkan oleh orang-orang Eropa sendiri. Misal, untuk memahami novel The Name of the Rose perlu sebuah buku panduan tersendiri. Tampaknya, hal yang sama juga berlaku untuk Foucault’s Pendulum.

Knight Templar

Novel ini sebenarnya memiliki latar cerita pada akhir 1960-an di sekitar Milan, Paris, dan Brasil. Akan tetapi, paparan kisahnya merentang dalam waktu yang cukup panjang, mulai dari abad ke-11 hingga abad ke-20. Fokusnya adalah sepak terjang Knight Templar, ordo ksatria yang muncul pada masa perang salib di Jerusalem. Riwayat Knight Templar bukanlah kisah sederhana. Awalnya, kelompok pengawal para peziarah Eropa yang pergi ke Jerusalem hanyalah sebuah kelompok yang didirikan oleh sembilan orang. Lalu menjadi ordo yang kuat dan kaya, namun berseberangan dengan Vatikan. Akibatnya, diberangus. Setelah itu, muncul sebagai kelompok yang disebut dengan Iluminati atau Freemasonry. Kelompok ini sering dikaitkan dengan kekuatan rahasia yang menguasai dunia dan juga Teori Konspirasi.

Knight Templar tentu saja menjadi pilar utama yang menjadi jalinan kisah novel ini. Di Indonesia, kelompok ini mulai dikenal, antara lain, melalui The Da Vinci Code karya Dan Brown. Novel Brown yang diterbitkan pada tahun 2003 ini membahas tentang sejarah kehidupan Maria Magdalena dan kelompok Priory of Sion, nama lain Knight Templar.

Foucault’s Pendulum bukanlah novel yang menyajikan sebuah romansa tokoh-tokohnya ataupun sekadar novel detektif tentang sebuah pembunuhan dan dalangnya. Novel ini bersifat cerita berbingkai. Novel Eco mirip dengan yang dilakukan Brown pada karya-karyanya, termasuk The Da Vinci Code, meski dilihat dari tahun penerbitannya, novel Eco muncul jauh sebelum Brown. Novel Eco pun kaya dengan berbagai referensi sejarah abad pertengahan dan dipenuhi kutipan berbagai bahasa. Selain itu, juga bersifat simbolik; menggambarkan titik balik arah pergerakan sebuah pendulum, titik balik kekuasaan sejarah dunia.

Novel ini berpusar pada tiga tokoh yang mempelajari keberadaan dan sejarah sepak terjang Knight Templar. Ketiganya adalah Casaubon, Belbo, dan Diotallevi. Casaubon, narator, awalnya mempelajari Knight Templar guna menyelesaikan disertasinya pada akhir 1960-an. Sementara dua temannya, Belbo dan Diotallevi, adalah editor penerbit Garamond yang mendapatkan naskah tentang Knight Templar dari seorang kolonel bernama Ardenti.

Hampir sebagian besar novel berupa pengungkapan sepak terjang Knight Templar. Mulai dari pendiriannya oleh Huges de Payens dan Godfrey de Saint-Omer di Palestina pada 1119 hingga peristiwa pemberangusan dan pelarangan oleh Paus Clement V dan oleh Raja Perancis, Philip IV, pada 1312. Pimpinan Knight Templar kala itu, Jacques de Mollay, ditangkap dan dieksekusi di penjara Bastile. Revolusi Perancis (1879) yang berawal dari penjara Bastile konon sering dikaitkan sebagai bentuk balas dendam kelompok ini kepada Raja Perancis yang telah mengeksekusi De Mollay.

Dengan menuliskan sejumlah peristiwa yang terkait dengan Knight Templar sebagai benang merah dalam bentuk novel, Eco mengangkat tema tersebut menjadi sebuah diskursus. Tidak sedikit kritikus sastra yang meyakini sejumlah informasi yang diangkat Eco ini sebagai sebuah kebenaran sejarah, meski sejarah Knight Templar hingga Masonry sering kali gelap karena sifat kerahasiaan keanggotaan mereka. Fakta historis semacam ini juga dipergunakan oleh Dan Brown dalam trilogi novelnya (Angels and Demons, The Da Vinci Code, dan The Lost Symbol).

Tanpa mengetahui atau mengenali permasalahan yang terkait dengan Knight Templar, rasanya sulit untuk membaca novel ini. Untuk menjadi pembaca novel-novel semacam ini diperlukan pengetahuan yang mendasarinya. Eco memperlakukan calon pembacanya sebagai orang yang bukan awam terhadap informasi abad pertengahan di wilayah Mediterania itu.

Nurhadi BW,

Dosen FBS UNY, Lulus Program S-3 Sastra UGM, Yogyakarta

Source : Kompas, Minggu, 03 April 2011