Selasa, 10 Februari 2009

Ada Apa Dengan Valentine Day ?


Ada Apa Dengan Valentine Day ?

SETIAP bulan Februari, para remaja di hampir seluruh dunia ramai-ramai merayakan “Hari Kasih Sayang” atau yang lebih populer dengan sebutan “Valentine Day”. Perayaan bukan hanya diperingati para remaja di kota-kota, namun kini tampaknya telah digandrungi remaja di pedesaan. Mereka terlihat ceriah dan bersuka ria dalam merayakan hari yang paling dibangga-banggakannya itu.

Bahkan tak sedikit pula diantara para remaja yang sengaja menggelar pesta besar-besaran dengan mengundang rekan-rekannya, berpesta, hura-hura, bahkan diduga tak sedikit pula yang sampai rela bergaul bebas dengan lawan jenisnya, sehingga kadang harus berurusan dengan petugas, karena mereka tertangkap basah tengah melakukan hal-hal yang dianggap melanggar hukum.

Valentine Day seperti yang dikisahkan Vanny, merupakan hari-hari yang paling istimewa. Remaja yang kini bermukim di Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat itu, Vanny mengaku selalu merayakan “Hari Kasih Sayang” itu dengan menggelar pesta di sebuah tempat dengan mengundang teman-teman yang paling disayanginya. Bukan hanya cewek, namun teman pria pun sengaja diundangnya untuk berpesta di hari yang dianggapnya sakral tersebut.

Valentine Day yang biasa dirayakan setiap tanggal 14 Februari itu dimeriahkan oleh jutaan remaja di berbagai belahan dunia. Ini merupakan fenomena yang khas bagi media massa cetak maupun elektronik di seluruh dunia untuk memberitakannya. Apalagi, pesta “Hari Kasih Sayang” itu sudah banyak diselenggarakan kaum remaja di desa-desa. Namun persoalan yang krusial, kadang perayaan Hari Kasih Sayang tadi cenderung berdampak negatif . Ini apabila diperingati dengan pesta-pesta yang tak mengindahkan norma-norma hukum dan agama di negeri kita tercinta ini. Karena budaya itu merupakan budaya Barat, yang belum tentu sesuai dengan adat Ketimuran kita.

Hal yang menggelitik, tak sedikit pula diantara para remaja yang belum mengetahui secara jelas, mengapa Valentine Day selalu menjadi perayaan para kaum muda di dunia ? Artikel A. Sudiarja, Dekan Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sempat memaparkannya di Harian Kompas, 14 Februari 2008.

Sudiarja menyebutkan, “Hari Kasih Sayang” itu awalnya dipicu aksi protes anak-anak muda Amerika terhadap perang Vietnam. Gelombang aksi para remaja Negeri Paman Sam itu meneriakan yel-yel “Make Love Not War”. Inilah semboyan yang bergema tahun 1960.

Karena perang Vietnam tersebut telah memicu keresahan kaum muda Amerika yang menginginkan adanya kebebasan bergaul, ketenangan, kesenangan yang lebih mengidolakan perjalanan hidupnya yang ceria. Gugatan kuam muda Amerika itu terus menggelora dimana-mana.

Yang lebih tragis lagi, perang Vietnam yang berlangsung 1959 - 1975 ini mengguncangkan stabilitas politik dan pemerintahan Amerika Serikat (AS) pada masa itu. Lantaran kemenangan diraih Vietnam Utara. Sedangkan Vietnam Selatan yang mendapat dukungan Amerika Serikat malah kalah.

Semboyan “Dambakan Cinta Bukan Perang”, tampaknya merupakan deklarasi yang mewarnai “Make Love Not War” yang semboyan sebagian besar anak muda AS kelahiran sesudah Perang Dunia II, yang disebut baby boomers, yang kemudian menggerakan budaya besar-besaran di sana.

Sesudah itu muncul John Lenon, kelompok Hippies dan revolusi seks. Lalu kapitalisme memanfaatkan peluang itu untuk meraup keuntungan dari eksploitasi seks dan pornografi hingga kini.

Legenda Valentine tampaknya mempunyai alur yang mirip semasa berkuasanya kaisar Claudius II yang beranggapan, bahwa lelaki muda yang belum menikah lebih perkasa sebagai tentara. Karena itu, ia melarang perkawinan pasangan muda demi kepentingan perang. Valentine yang melihat pelanggaran hak dan keadilan ini melawan dekret kaisar dan menikahkan pasangan-pasangan muda yang bercinta.

Mendengar itu, kaisar Claudius marah dan memerintahkan Valentine untuk dihukum mati. Jadi semboyan “Make Love Not War” rupanya berlaku juga bagi Valentine.

Namun fenomena yang kemudian mewabah saat ini, peringatan Valentine Day diduga telah banyak yang diselewengkan kaum kapitalis yang berujung pada pelanggaran hukum dan norma agama yang berlaku di negeri ini. Karena dalam prakteknya lebih rentan terhadap pergaulan bebas yang tengah melanda di sebagian remaja saat ini.

Eksploitasi seks yang telah menjadi industri kaum kapitalis, adalah peradaban yang seharusnya ditangkal oleh semua pihak, termasuk para orangtua sebelum anak-anaknya menjadi korban kebiadaban lembah pergaulan bebas dan “kebarat-baratan” yang membahayakan masa depannya.

Jika mau diimplementasikan dengan budaya bangsa kita, alangkah baiknya peringatan Valentine Day menjadi hari yang positif untuk mengasihani dan menyayangi sesama, belas kasihan kepada yang kaum fakir miskin yang membutuhkan tengah pertolongan, memperkokoh kasih sayang keluarga, membangun hubungan yang harmonis dan saling tolong menolong dengan saudara, tetangga, kerabat dan handai taulan. Lalu membangun hubungan yang harmonis dengan semua pihak dalam koridor Indonesia Bangkit, demi menggapai kemakmuran dan kesejahteraan. ( Satim ) ***

1 komentar:

  1. Valentine budaya barat yang merusak adat orang timur

    BalasHapus