EKSPEDISI SRIWIJAYA
Jejak-jejak Pra-Sriwijaya di Air Sugihan
Kawasan Air Sugihan di Kabupaten Ogan Komering Ilir dikenal sebagai salah satu lumbung padi Sumatera Selatan. Kawasan rawa di pantai timur Sumatera yang dibuka sebagai lokasi transmigrasi sejak tahun 1980-an itu dipenuhi persawahan.
Sungai terbesar di kawasan tersebut adalah Sungai Sugihan, dengan beberapa anak sungainya. Sungai Sugihan bermuara ke Selat Bangka.
Pemerintah membangun kawasan perairan di pinggir Sungai Sugihan sebagai permukiman transmigrasi. Kanal-kanal besar dan kecil dibuat sebagai sarana transportasi antarpermukiman transmigran. Kawasan transmigrasi yang masuk Kecamatan Air Sugihan itu kemudian dikenal dengan nama Jalur karena banyaknya kanal di sana.
Kawasan Air Sugihan merupakan salah satu lokasi yang akan disinggahi tim ekspedisi Sriwijaya. Tim berangkat dari Kota Kapur, Bangka, menuju Air Sugihan dengan menggunakan perahu. Di Air Sugihan, tim akan melakukan pengamatan dan penelitian terhadap peninggalan arkeologis di kawasan itu.
Penelitian oleh tim arkeologi di Air Sugihan pernah dilakukan pada tahun 2007 dan 2008. Tim menemukan berbagai peninggalan yang diduga berasal dari zaman sebelum Sriwijaya (pra- Sriwijaya), atau dari abad III hingga IV Masehi.
Menurut Kepala Balai Arkeologi Palembang, Nurhadi Rangkuti (Kompas, 26 Mei 2006), kawasan Air Sugihan lebih dulu dieksploitasi kekayaan arkeologinya, khususnya manik-manik dan keramik.
Setelah peninggalan dari Air Sugihan semakin berkurang karena dieksploitasi, para pemburu harta karun mengalihkan perhatian ke Karangagung, Kabupaten Musi Banyuasin, di sebelah barat Air Sugihan.
Penemuan artefak
Berdasarkan laporan tim peneliti situs Air Sugihan oleh Puslitbang Arkeologi Nasional tahun 2008 yang dipimpin Endang Sri Hardianti, terdapat beberapa artefak yang ditemukan dari hasil penggalian (ekskavasi) dan dari survei.
Artefak dikelompokkan dalam beberapa jenis, yaitu artefak logam, tembikar, artefak kayu dan ijuk, manik-manik, fragmen kaca, fragmen emas, fragmen batuan, dan sisa tumbuhan.
Penemuan yang unik dari penggalian di Air Sugihan adalah tiang-tiang rumah panggung dari kayu nibung (sejenis kelapa). Formasi tiang-tiang itu menunjukkan, permukiman penduduk pada masa itu dibangun di pinggir sungai, dengan sebagian tiang berada di bantaran sungai. Ternyata kondisi permukiman pada masa lalu di Air Sugihan tak jauh berbeda dengan kondisi permukiman pada masa kini.
Saat penggalian di Air Sugihan, tim dari Puslitbang Arkeologi Nasional menemukan sisa ijuk yang menempel pada sisa tiang nibung. Ijuk digunakan untuk mengikat struktur rumah panggung, atau semacam kawat pada bangunan modern.
Penemuan tiang bekas rumah panggung itu juga diikuti dengan penemuan berbagai macam pecahan tembikar yang salah satu fungsinya adalah sebagai perkakas rumah tangga. Tembikar yang banyak ditemukan di Air Sugihan adalah tungku dan kendi.
Banyaknya penemuan benda purbakala di Air Sugihan membuktikan bahwa kawasan tersebut sejak zaman pra-Sriwijaya sudah menjadi kawasan permukiman penting meskipun belum ditemukan prasasti yang menyebutkan tentang Air Sugihan. Namun, keberadaannya dapat disejajarkan dengan Kota Kapur, yang juga disinggahi tim ekspedisi Sriwijaya. (WAD)***
Source : Kompas, Kamis, 8 Oktober 2009 | 03:48 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar