Panitia Ujian Nasional Sub Rayon I Indramayu. (Foto : Satim)
Ratusan Murid SLTP
Batal Ikut Ujian Nasional
INDRAMAYU – Sebuah “tamparan” secara tidak langsung dilayangkan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Lantaran masih banyak murid setingkat SLTP yang berhenti sekolah karena buru-buru kawin, dan menjadi TKI/TKW ke luar negeri. Selain karena alasan ekonomi orangtua, namun yang lebih fatal lagi orangtua dan lingkungan sekitarnya yang kurang mendukung terhadap program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun sesuai amanat Undang-Undang.
Pemantauan ToeNTAS News selama berlangsungnya Ujian Nasional tingkat SLTP, betapa banyaknya siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) yang tidak hadir untuk mengikuti Ujian Nasional (UN) Tahun 2009 yang digelar selama empat hari sejak Senin (27/4) hingga Kamis (30/4). Dari 25.000 lebih siswa yang terdaftar sebagai peserta UN, tidak tanggung-tanggung, yang tidak ikut ujian nasional jumlahnya mencapai ratusan murid yang tersebar di SMP Negeri, SMP PGRI, MTsN, dan sekolah setara SMP lainnya lantaran diduga kawin, dan menjadi TKW ke luar negeri.
Sejumlah keterangan dari pihak pendidik, masyarakat, dan pihak Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu menyebutkan, banyaknya murid setingkat SLTP yang batal mengikuti UN, konon, karena berbagai faktor. Ada yang kawin, ikut dengan neneknya di luar daerah, bahkan sebagian besar karena terpaksa menjadi TKW dengan alasan faktor ekonomi. Meski sejumlah sekolah menawarkan pendidikan gratis, namun senjata demikian ternyata belum ampuh juga.
Fenomena “mengenaskan” demikian seperti diungkapkan Drs. Edi Suwardi, Kepala SMP PGRI Sindang, Indramayu. “Sebanyak 51 murid kami tidak ikut Ujian Nasional Tahun 2009 ini. Mayoritas berhenti sekolah karena kawin di bawah umur dan menjadi TKI/TKW. Kami benar-benar sedih,” ungkap Edi, Senin (27/4), di kantornya.
Menurutnya, berbagai upaya pencegahan telah ia lakukan, seperti pembinaan siswa dan pendekatan dengan orangtuanya, agar anaknya tetap sekolah jangan buru-buru kawin. Bahkan ia lakukan dengan gigih menjalin hubungan dengan pemerintahan desa setempat, camat, dan sejumlah pihak untuk mencegah kawin di bawah umur bagi anak-anak yang masih usia sekolah.
Sampai-sampai ia berani untuk menggelar pendidikan di empat titik di Kecamatan Arahan, Cantigi, Sindang, dan Kebon Kelapa dengan pusat pengedali pendidikan di SMP PGRI Sindang. Maksud Edi, ia ingin mempermudah jangkauan masyarakat terhadap layanan pendidikan dasar sembilan tahun.
“Hasilnya hingga kini belum maksimal. Tapi kami tak putus asa, tetap berjuang untuk memperbanyak siswa-siswa SMP PGRI Sindang ini,” tuturnya.
Ketidakikutsertaan 51 murid SMP PGRI Sindang dalam UN 2009, tergolong ranking tertinggi murid yang batal menamatkan pendidikan tingkat SLTP di wilayah Kabupaten Indramayu. Sedangkan sekolah sederajat lainnya yang absen UN masih di bawah angka itu. Ini seperti yang dialami MTsN di bawah naungan Seksi Majelis Pendidikan Agama Islam (Mapendais) Kantor Departemen Agama Kabupaten Indramayu.
Tidak sedikit pula murid MTsN yang gagal ikut UN. “Alasannya klasik, yakni kawin dan menjadi TKI/TKW. Kondisi demikian amat bersebarangan dengan program pemerintahan Bupati Yance yang mengutamakan pendidikan. Namun harus bagaimana lagi, realitanya seperti itu,” ucap Ace Sukarya, Seksi Data Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Mapendais, Selasa (28/4), di kantornya.
Fenomena “kelabu” dalam UN SLTP itu, ternyata mengejutkan pihak Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu yang ditangani melalui Kepala Sub Dinas Pendidikan Menengah (KasubdinDikmen) di dinas tersebut. KasubdinDikmen, Drs. H. Odang Kusmayadi, MM mengatakan, pihaknya akan meminta data dan keterangan dari sejumlah sekolah setara SLTP yang sejumlah siswanya tidak mengikuti UN.
No comments:
Post a Comment