Kampanye “Bala Reang” Tanam Pohon – Bupati Indramayu H. Irianto MS Syafiuddin secara simbolis menyerahkan bibit pohon keras kepada perwakilan pemohon ijin usaha, Sutanto Jaya, pada saat pencanangan kampanye Lingkungan Hidup “Balad Kuring/Bala Reang” (teman kita-Red) yang dipusatkan di kawasan Hutan Kota Indramayu di Jalan Pahlawan, Sabtu (30/5). (Foto : Satim)
Antisipasi Pemanasan Global
“Bala Reang” Diminta Tanam Pohon
INDRAMAYU – Dalam melakukan pencanangan kampanye lingkungan hidup (LH) “Balad Kuring/Bala Reang” (teman kita-Red) tahun 2009 di KabupatenIndramayu, Provinsi Jawa Barat, Pemkab setempat melakukan penanaman 500 bibit tanamaan keras (produktif/pelindung) yang dipusatkan di kawasan Hutan Kota Indramayu di Jalan Pahlawan, Sabtu (30/5).
Gerakan penanaman pohon berkelanjutan itu dipimpin Bupati Indramayu H. Irianto MS Syafiuddin. Secara simbolis, Bupati Yance (sapaan akrab H. Irianto MS Syafiuddin) menyerahkan pohon keras kepada sejumlah komponen masyarakat yang telah disiapkan pihak panitia pada hari itu.
Gerakan penanam pohon di wilayah Kabupaten Indramayu itu, sebagai bentuk implementasi peringatan Hari Lingkungan Hidup yang bakal dirayakan secara nasional pada 7 Juni 2009 itu. Program ini, konon, awalnya merupakan program penghijauan hasil kolaborasi pihak Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Kantor Lingkungan Hidup, Pertamina UP-VI Balongan, dan pihak Kehutanan KPH Indramayu untuk mengantisipasi pemanasan global yang selalu mengancam keselamatan makhluk hidup di bumi. Sehingga dibutuhkan gerakan serius untuk menyelamatkan bumi dari ancaman berbagai bencana yang selalu mengancam kehidupan seluruh makhluk hidup berikut ekosistemnya di jagad ini.
Bupati Yance mengatakan, timbulnya fenomena alam seperti angin puting beliung, bencana banjir, timbulnya ledakan hama, dan penyakit tanaman lainnya merupakan pertanda dari dampak pemanasan global. Ia menghimbau, untuk mengantisipasi dampak tersebut, maka semua pihak harus sadar dan segera bertindak untuk melakukan penanaman bibit pohon keras yang terangkum dalam Gerakan Remaja Indramayu Menanam (GRIM).
“GRIM merupakan langkah untuk segera memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung produktifitas dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga,” katanya.
Dikatakan, untuk memaksimalkan GRIM, maka dibutuhkan peran serta masyarakat untuk sadar dan peduli terhadap lingkungannya masing-masing. Dengan sadar dan peduli, secara tidak langsung semua pihak telah menjaga keseimbangan alam demi kelangsungan hidup anak cucu di kemudian hari. “Sapa lagi yang akan peduli terhadap lingkungannya, kalau bukan kita sendiri yang melakukannya,” ungkap Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Indramayu.
Pasangan Pengantin
Pada kesempatam itu Bupati Yance secara simbolis memberikan bibit tanaman keras diantaranya kepada pasangan pengantin, pemohon Akte Kelahiran, pemohon perpanjangan STNK, pemohon ijin usaha, perwakilan PNS yang naik pangkat, perwakilan pelajar dan sebagainya.
Hadir dalam kesempatan itu, Kapolres AKBP. H. Mashudi, Dandim 0616 Letkol Arh. Hindro Martono, Kahupmas UP VI Balongan Darijanto, Sekda Dra. Hj. Srie Indrawati, MM Kandepag H. Sulaiman Hasan, MA, para kepala dinas/badan dan undangan lainnya.
Sementara tema yang diambil dalam kegiatan tersebut adalah “Dalam rangka hari lingkungfan hidup se-dunia tingkat Kabupaten Indramayu tahun 2009. Mari bersama selamatkan bumi dari perubahan iklim dan sukseskan kampanye lingkungan “Balad Kuring/Bala Reang” dan Gerakan Remaja Indramayu Menanam (GRIM) serentak di 26 kabupaten/kota se –Provinsi Jawa Barat.
Kepala Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kabupaten Indramayu, Ir. Aep Surahman mengatakan, kampanye LH “Balad Kuring/Bala Reang” merupakan gerakan peduli lingkungan. Intinya, mengembalikan sikap kepedulian masyarakat Jawa Barat khususnya di Indramayu untuk peduli lingkungan, kepedulian itu bisa saja dengan melakukan penghijauan, kepedulian terahadap kehidupan sehari-hari seperti tidak membuang sampah sembarangan, pola hidup sehat dan sebagainya. “Dengan adanya kepedulian terhadap lingkungan diharapkan lingkungan akan sehat dan bersih,” ujarnya.
Aep mencontohkan, sebagai bangsa yang mampu dan pintar sekalipun, tetapi kalau mereka tidak peduli terhadap lingkungan hasilnya akan percuma, karena lingkungan bukannya akan semakin bagus tetapi semakin rusak. Kalau lingkungan hidup sudah rusak, makhluk hidup di dunia ini yang akan menerima dampak dan berbagai kerugiannya yang paling parah. (Satim)***
BERBURU ECENG GONDOK- Berburu eceng gondok merupakan pekerjaan sehari-hari Ranito (51) bersama istrinya, Wasni (47), warga Blok Anjun, Kelurahan Paoman, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat ini. Konon, mereka setiap hari menyisir bantaran Sungai Cimanuk Indramayu untuk mencari nafkah dengan mengumpulkan eceng gondok yang biasa hidup di kali Cimanuk dan rawa-rawa. Meski mengandung risiko terkena gigitan ular atau benda tajam ketika kakinya turun ke rawa-rawa, namun ia mengaku begitulah perjalanan hidup yang tengah dilakoninya. Menurut Ranito, eceng itu kalau sudah kering dijual Rp 2.000 per kilogramnya. Konon, sudah ada pengepulnya dari Cirebon, konon, eceng yang sudah kering itu akan diolah menjadi berbagai barang antik, dan peralatan rumah tangga. "Lumayan untuk menyambung hidup dalam kemiskinan ini. Saya ini orang miskin, mencari sesuap nasi dari eceng gondok yang sering dijuluki sampah pencemaran lingkungan," kata Ranito ketika ditemui di bantaran Sungai Cimanuk Blok Sindang, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu. (Satim)***