Thursday, December 30, 2010

Dana Abadi Beasiswa Rp 1 Triliun

Dana Abadi Beasiswa Rp 1 Triliun

shutterstock

Dana abadi untuk beasiswa sebesar Rp 1 triliun saat ini sudah tersedia. Dana itu berasal dari lonjakan penerimaan negara akibat kenaikan harga minyak mentah pada awal 2010.

TERKAIT:

JAKARTA - Dana abadi untuk beasiswa sebesar Rp 1 triliun saat ini sudah tersedia. Dana itu berasal dari lonjakan penerimaan negara akibat kenaikan harga minyak mentah pada awal 2010.

Meski demikian, dana itu tidak bisa segera dicairkan karena perangkat utama yang dibutuhkan sebagai syarat pencairan dana, yakni komite pendidikan yang harus dibentuk oleh beberapa kementerian, hingga saat ini belum terbentuk.

”Dana abadinya sudah tersedia Rp 1 triliun dalam APBN Perubahan 2010. Dana ini akan kami kelola, disimpan di deposito dengan bunga 7 persen per tahun, sehingga kami harap ada dana beasiswa Rp 70 miliar dalam satu tahun,” ungkap Kepala Pusat Investasi Pemerintah (PIP), Kementerian Keuangan, Soritaon Siregar di Jakarta, Rabu (29/12/2010).

Menurut Soritaon, PIP sudah siap mencairkan dana beasiswa tersebut setelah dasar hukumnya jelas, yakni terbitnya Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 238/PMK.05/2010 tentang Tata Cara Penyediaan, Pencairan, Pengelolaan, dan Pertanggungjawaban Endowment Fund (Dana Pengembangan Pendidikan) dan Dana Cadangan Pendidikan.

Dana ini dialokasikan dalam APBN-P 2010 sebesar Rp 1 triliun yang berasal dari lonjakan penerimaan negara dari hasil penjualan minyak mentah dan pendapatan pajak migas.

Meski sudah memegang dana abadi pendidikan tahun 2010, PIP tidak serta-merta dapat mencairkan dana tersebut untuk beasiswa. Keputusan untuk pencairan dana beasiswa dan penerimanya harus dikeluarkan oleh komite pendidikan yang hingga saat ini belum jelas statusnya karena belum terbentuk. Komite pendidikan ini merupakan lembaga gabungan antardepartemen yang selama ini memang sudah mengelola dana pendidikan, antara lain Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Agama, Kementerian Keuangan, dan Kementerian Perhubungan.

Sebelumnya, dana abadi pendidikan yang dialokasikan dalam APBN-P 2010 sebesar Rp 2,4 triliun. Ide tersebut muncul pada saat Menteri Keuangan masih dijabat Sri Mulyani Indrawati. Anggaran Rp 2,4 triliun itu dialokasikan sebagai dana abadi pendidikan karena pada APBN-P 2010 ada tambahan anggaran belanja pendidikan nasional sebesar Rp 11,869 triliun. (OIN)***

Source : Kompas.com, Kamis, 30 Desember 2010 | 09:22 WIB

Editor: Jimmy Hitipeuw Dibaca : 1109

Tantangan Ilmuwan Pendidikan

IKATAN ILMUWAN INDONESIA INTERNASIONAL

Tantangan Ilmuwan Pendidikan

shutterstock

Ilustrasi: Sinergi antarilmuwan di dalam dan luar negeri memungkinkan tumbuhnya keterikatan batin bagi mereka yang bekerja di luar negeri.

TERKAIT:

Oleh: Doni Koesoema A

JAKARTA - Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I-4) menyelesaikan Pertemuan Puncak di Jakarta pada 18 Desember 2010 lalu. Pada kluster pendidikan, kehadiran para ilmuwan memberi harapan sekaligus tantangan.

Kluster pendidikan dalam I-4 berdiri sendiri. Namun, persoalan pendidikan juga dibahas sebagai rekomendasi dalam kluster lain seperti rekomendasi tentang pengembangan jaringan kerja sama, baik untuk riset, publikasi di jurnal ilmiah, maupun pengajaran di universitas.

Sinergi antarilmuwan ini merupakan embusan semangat baru bagi pengembangan pendidikan di Indonesia. Tak hanya praksis di lapangan, tetapi juga riset teoretis yang akan jadi basis bagi praksis pendidikan di Indonesia.

Sinergi antarilmuwan di dalam dan luar negeri memungkinkan tumbuhnya keterikatan batin bagi mereka yang bekerja di luar negeri. Ilmuwan dalam negeri bisa jadi rekan kerja dalam implementasi dan aplikasi riset pendidikan yang dilakukan bersama. Jaringan internasional dibutuhkan bagi pengembangan pendidikan nasional agar bangsa kita mampu terlibat aktif di tingkat global.

Lima rekomendasi

Secara umum rekomendasi kluster pendidikan menegaskan kembali yang selama ini jadi perhatian publik di dalam negeri. Pertama, pengembangan profesionalisme guru baik dari segi pedagogis maupun teknis. Kedua, penekanan pada pengajaran yang menyentuh hati, memberi inspirasi, dan merengkuh semua siswa, bukan hanya segelintir anak pandai.

Pendidikan mesti kasih kesempatan semua anak berhasil. Meminjam ungkapan Ken Soetanto: membuat anak buangan jadi rebutan.

Ketiga, pendidikan merupakan sarana perubahan transformasi sosial masyarakat melalui pembentukan karakter, ekselensi akademis, dan keterampilan profesional vokasional.

Keempat, kemitraan dan tanggung jawab semua pemangku kepentingan. Kerja sama pengembangan pendidikan mestinya sinergi antara sekolah, keluarga, masyarakat, dan negara.

Kelima, pemerataan pendidikan baik dalam hal akses dan kualitas didukung oleh infrastruktur yang dirancang untuk pendidikan berkelanjutan dengan kebijakan jangka panjang demi memastikan bahwa semua anak Indonesia berhak memperoleh pendidikan.

Tantangan ke depan

Berkumpulnya para ilmuwan berkeprihatinan besar pada pendidikan yang tergabung dalam kluster pendidikan I-4 menghadapi beberapa tantangan. Pertama, langkah konkret apa yang mau dilakukan setelah ini?

Para ilmuwan sudah bersedia bersinergi. Mereka bersedia berbagi pemikiran dan jaringan. Akankah ada pangkalan data memetakan siapa, di mana, dan apa kompetensi para ilmuwan? Dapatkah para ilmuwan itu— dengan kompetensinya—memberi sumbangan nyata, entah itu bagi pengambil keputusan untuk memberi pencerahan maupun pemikiran nyata, terutama untuk pengembangan pendidikan, khususnya pengembangan profesional guru dan evaluasi pendidikan? Apa yang bisa dilakukan ilmuwan pendidikan?

Kedua, selama diskusi muncul sebuah gagasan baru tentang pentingnya memulai gerakan pendidikan. Selama ini reformasi dunia pendidikan selalu mengutamakan aras kelembagaan formal seperti perbaikan dalam evaluasi, pengembangan guru, perbaikan sarana yang bersifat kelembagaan. Padahal, pendidikan adalah urusan semua.

Reformasi pendidikan dalam konteks kelembagaan itu penting. Namun, yang tak kalah penting: membangun kesadaran bersama dalam masyarakat bahwa pendidikan adalah urusan bersama. Sangat penting menularkan gagasan bahwa setiap orang Indonesia yang terdidik perlu mendidik warga negara lain di lingkungannya sesuai kompetensi dan kemampuannya.

Gerakan pendidikan ini penting karena kondisi geografis, demografis, sosial ekonomi, dan kebudayaaan tiap daerah berbeda sehingga usaha menghilangkan buta aksara dan meningkatkan berbagai kecerdasan adalah tanggung jawab setiap warga negara. Konsekuensi gerakan pendidikan ini: setiap warga negara perlu punya pemikiran dan kepekaan mengembangkan pendidikan di lingkungannya.

Berpola pikir mementingkan orang lain jadi penting. Ilmu dan pengetahuan itu untuk dibagikan, bukan dimiliki sendiri. Ketiga, mengingat peran ilmuwan sangat strategis baik bagi kepentingan nasional maupun global, para ilmuwan mesti menyadari bahwa forum seperti ini rawan ditunggangi banyak kepentingan. Maka, para ilmuwan mesti selalu kritis terhadap keberadaan dirinya.

Kompetensi keilmuwanan itu mesti jadi berkat bagi masyarakat Indonesia dan kemanusiaan. Jangan sampai forum sepenting ini ditunggangi kelompok kepentingan yang malah memanfaatkan para ilmuwan demi agenda politiknya sendiri.

Terlepas dari kekurangan di sana sini, saya melihat I-4 sebuah nyala baru bagi perbaikan negeri ini di masa depan. Seperti kata Gellner, di masa depan kemajuan negara akan tergantung dari banyaknya doktor, doctorat d’éta; bukan banyaknya eksekutor, guillotine. Tak peduli Anda doktor dalam negeri atau luar negeri. Yang penting, bisakah Anda bekerja membangun bangsa?

Source : Kompas.com, Kamis, 30 Desember 2010 | 15:58 WIB

Guru Belum Terima Tunjangan Khusus

KESEJAHTERAAN

Guru Belum Terima Tunjangan Khusus

shutterstock

Ilustrasi: Dinas Pendidikan Provinsi meminta para guru bersabar, karena sebelum lebaran pihaknya mengupayakan tunjangan untuk 1.410 guru non-PNS yang SK-nya sudah terbit bisa dicairkan.

TERKAIT:

PONTIANAK - Ratusan guru di wilayah perbatasan Kalimantan Barat belum menerima tunjangan khusus perbatasan tahun 2010. Padahal, tunjangan tersebut sangat diperlukan untuk mendukung aktivitas para guru.

Zakaria, guru SD 05 Saparan, Kecamatan Jagoi Babang, Kabupaten Bengkayang, mengatakan, para guru mendapat surat keputusan pada November 2010 dari Direktur Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan Nasional.

Dalam surat keputusan itu disebutkan, tunjangan diberikan mulai Januari 2010. Besarnya tunjangan Rp 1.350.000 per bulan. ”Setelah dipotong pajak, guru akan menerima tunjangan Rp 13,77 juta untuk 2010 ini,” ujar Zakaria, pekan lalu. Namun, tunjangan itu belum mereka terima. Di Jagoi Babang, ada 307 guru di wilayah perbatasan yang mendapatkan tunjangan khusus.

Mereka umumnya mengajar di sekolah-sekolah dengan akses jalan yang sulit sehingga harus menggunakan moda transportasi air dengan ongkos yang sangat mahal. Berdasarkan pantauan Kompas, beberapa waktu lalu, jalan utama dari Kabupaten Bengkayang ke Kecamatan Jagoi Babang yang berbatasan dengan Serikin, Negara Bagian Sarawak, Malaysia, pun kondisinya sangat buruk.

Selain sejumlah ruas yang terkelupas aspalnya, di beberapa titik juga sulit dilalui mobil tanpa penggerak empat roda, terutama setelah turun hujan. Kepala Seksi Pendidikan Tinggi dan Tenaga Pendidik Dinas Pendidikan Kalimantan Barat Maliki mengakui, ada sebagian guru yang belum bisa mencairkan tunjangan khusus. (AHA)*** Editor: Jimmy Hitipeuw Dibaca : 569

Source : Kompas.com, Kamis, 30 Desember 2010 | 09:58 WIB

Friday, December 24, 2010

Model Sertifikasi Guru Memble, Perlu Diubah

GURU

Model Sertifikasi Memble, Perlu Diubah

Jumat, 24 Desember 2010 | 16:31 WIB

ILLUSTRASI: Sejauh ini banyak guru dan dosen yang sudah mengikuti sertifikasi, tetapi masyarakat belum menerima dampak dari sertifikasi tersebut.(M.LATIEF/KOMPAS.COM)

TERKAIT:

SEMARANG - Sertifikasi guru yang menuai banyak kritik seharusnya mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Jika pemerintah dan masyarakat belum puas dengan kinerja guru pasca-sertifikasi selama ini, jangan hanya menyalahkan guru, tetapi pengawasan yang ketat dan berkelanjutan terhadap proses sertifikasi haruslah dilakukan dengan melibatkan pemerintah dan pemangku kebijakan di daerah.

"

Desain sertifikasi harus berubah. Model memberikan sertifikasi pada guru itu yang penting.

-- Sudharto

"

Demikian pokok persoalan yang mengemuka dalam Diskusi ”Menakar Profesionalitas Guru Pasca-sertifikasi” yang diselenggarakan Kelompok Diskusi Wartawan (KDW) Provinsi Jawa Tengah dan Universitas Negeri Semarang (Unnes), Rabu (22/12/2010) di Kampus Unnes, Gunung Pati, Semarang, Jawa Tengah.

Diskusi yang dibuka Rektor Unnes Sudijono Sastro Atmodjo itu dihadiri sejumlah guru SD, SMP, SMA, serta para dosen, Dinas Pendidikan Jateng, lembaga swadaya masyarakat, penyelenggara sertifikasi guru, dan tokoh pendidikan.

”Desain sertifikasi harus berubah. Model memberikan sertifikasi pada guru itu yang penting,” ujar Sudharto, Ketua Badan Penasihat PGRI Jateng.

Samsudi, Ketua Tim Pengembangan dan Pembinaan Keprofesian Guru Berkelanjutan (PPKGB) Unnes, mengemukakan, dari segi kebijakan, sertifikasi guru tidak ada masalah. Namun, secara proses perlu ada pembaruan-pembaruan, terutama pengembangan dan pembinaan pasca-sertifikasi.

Rektor IKIP PGRI Semarang Muhdi menyatakan sependapat, ke depan model pengembangan keprofesian guru harus dibuat bagus agar mutu pendidikan ditingkatkan. Dalam diskusi tersebut, guru SMPN 2 Semarang, Roberta Sri Wahyuningrum, menegaskan motivasinya mengikuti sertifikasi murni untuk peningkatan kompetensi, bukan untuk motivasi finansial.

Rektor Unnes mengakui bahwa sejauh ini banyak guru dan dosen yang sudah mengikuti sertifikasi, tetapi masyarakat belum menerima dampak dari sertifikasi tersebut. (SON)***

Sumber : Kompas,com, Jumat, 24 Desember 2010/Editor: Latief Dibaca : 292

Mahasiswa Bidang Sains cuma 400.000 ?

PENELITIAN SAINS

Mahasiswa Bidang Sains cuma 400.000 ?

Jumat, 24 Desember 2010 | 17:05 WIB

KRISTIANTO PURNOMO/KOMPAS IMAGES

Ilustrasi: Menurut Wamendiknas Fasli Jalal, salah satu cara merangsang minat siswa pada bidang sains adalah dengan gencar melakukan penelitian sains, terutama penelitian multidisiplin.

TERKAIT:

DEPOK, KOMPAS.com - Minat pada bidang sains di perguruan tinggi masih rendah. Hal ini terlihat dari jumlah mahasiswa di bidang sains yang hanya mencapai sekitar 400.000 mahasiswa atau 5 persen dari total 4,6 juta mahasiswa di seluruh Indonesia.

Salah satu cara untuk merangsang minat siswa pada bidang sains adalah dengan gencar melakukan penelitian sains, terutama penelitian multidisiplin. Hal itu dikemukakan Wakil Menteri Pendidikan Fasli Jalal seusai meletakkan batu pertama pembangunan Gedung Laboratorium Sains dan Multidisiplin kerja sama Universitas Indonesia (UI) dan PT Pertamina (Persero), Kamis (23/12/2010) kemarin, di kampus FMIPA-UI Depok.

Fasli yang didampingi Rektor UI Gumilar Rusliwa Somantri dan Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Karen Agustiawan. (LUK)***

Sumber : Kompas Cetak/Editor: Latief Dibaca : 278

Sunday, December 19, 2010

UN SMP dan SMA Dilaksanakan Mei 2011

UN SMP dan SMA Dilaksanakan Mei 2011

Laporan wartawan KOMPAS Ester Lince Napitupulu

Jumat, 17 Desember 2010 | 21:28 WIB

ILUSTRASI: Mendiknas bilang, dalam ujian selalu ada faktor kemungkinan dan peluang. Peserta ujian memiliki kemungkinan dan peluang untuk lulus ataupun tidak lulus. LASTI KURNIA/KOMPAS IMAGES.

TERKAIT:

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah dan Badan Standar Pendidikan Nasional telah siap dengan formula baru penilaian kelulusan siswa dari satuan pendidikan. Untuk itu, pelaksanaan ujian nasional tahun ajaran 2010/2011 hanya dilaksanakan satu kali pada bulan Mei 2011.

http://stat.k.kidsklik.com/data/2k10/images/quote_1.gif

Pada tahun ini UN ulangan ditidakan. Adapun ujian sekolah diadakan sebelum pelaksanaan UN.

http://stat.k.kidsklik.com/data/2k10/images/quote_2.gif

Ujian nasional (UN) utama untuk SMA/SMK digelar pada minggu pertama Mei 2011, sedangkan untuk SMP pada minggu kedua Mei 2011. Adapun UN susulan bagi mereka yang belum mengikuti UN utama dilaksanakan satu minggu kemudian. Pada tahun ini UN ulangan ditidakan. Adapun ujian sekolah diadakan sebelum pelaksanaan UN.

Demikian perubahan yang terungkap dalam sosialisasi kebijakan UN Tahun Pelajaran 2010/2011 yang dilaksanakan Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) dan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) di Jakarta, Kamis (17/12).

Kegiatan tersebut selain untuk mensosialisasikan juga meminta masukan soal perubahan UN dari dinas pendidikan kota/kabupaten dan perguruan tinggi.Pemerintah memnag telah memgang formula baru. Namun, sebelum ditetapkan secara resmi, pemerintah dan BSNP meminta masukan dari daerah apakah perubahan dalam pelaksanaan UN 2011 bisa diterima dengan baik.

Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh mengatakan dengan adanya formula baru yang mengevaluasi siswa secara komprhensif selama tiga tahun belajar, polemik UN yang muncul tiap tahun diharapkan bisa berhenti. "Kita nantinya mesti lebih fokus pada apa yang perlu dikerjakan atau diperbaiki dari hasil UN," ujar Nuh.

Ketua BSNP Djemari Mardapi mengatakan penilaian kelulusan antara UN dan hasil belajar di sekolah tidak lagi saling memveto, namun bisa saling membantu. Untuk itu, penilaian UN digabung dengan nilai dari sekolah.

Kelulusan siswa dari sekolah dengan melihat nilai gabungan rencananya dipatok minimal 5,5. Nilai gabungan merupakan perpaduan nilai UN dan nilai sekolah untuk setiap mata pelajaran UN.

Rumus yang ditawarkan pemerintah untuk nilai gabungan = (0,6 x nilai UN) + (0,4 x nilai sekolah). Nilai sekolah dihitung dari nilai rata-rata ujian sekolah dan nilai rapor semester 3-5 untuk tiap mata pelajaran UN.

Nuh mengatakan bobot UN mesti lebih besar dari nilai sekolah untuk mengontrol hasil kelulusan. Pasalnya, dari data-data yang ada masih banyak sekolah yang me-mark up nilai siswa.

Dengan formula baru ini, rencananya akan dipatok nilai tiap mata pelajaran minimal 4,00. Integrasi nilai UN dan nilai sekolah ini diharapkan jadi pendorong untuk menganggap penting semua proses belajar sejak kelas 1 hingga kelas 3.

Adapun kriteria kelulusan ujian sekolah diserahkan kepada sekolah. Nilai sekolah merupakan nilai rata-rata dari ujian sekolah dan nilai rapor semester 3-5 setiap mata pelajaran yang tidak diujikan dalam UN.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemendiknas Mansyur Ramli mengatakan penilaian kelulusan siswa tidak lagi hasil potret evaluasi sesaat. Penilaian dilakukan selama proses belajar siswa di sekolah.

Editor: R Adhi KSP Dibaca : 4600

Ilham Khoriri : "Harapan Baru Setelah Timah"

SEJARAH

Harapan Baru Setelah Timah

Oleh Ilham Khoiri

Sejak abad ke-19 Masehi, Pulau Belitong didatangi banyak orang karena kandungan timahnya. Namun, ketika pamor bahan tambang ini kian merosot tahun 1990-an, kawasan di Bangka Belitung ini seakan ditelantarkan. Kini, lewat novel ”Laskar Pelangi,” muncul harapan baru.

Nama Belitong terkenal setelah Belanda mendirikan perusahaan pertambangan timah bernama Gemeenschappelijke Mijnbouwmaatschappij Billiton (GMB) tahun 1851. Perusahaan besar ini mendatangkan banyak pekerja dari berbagai kawasan di Nusantara, bahkan dari China. Mereka dikenal sebagai kuli kontrak.

Saderi (69), tokoh masyarakat di Gantong, Belitung Timur, menuturkan, kehidupan para pekerja itu dijamin perusahaan. Belanda memasok kebutuhan bahan pangan, sandang, dan papan mereka. Warga lokal yang tidak terkait pertambangan timah sulit mencicipi fasilitas itu.

Belitung kemudian menjadi bagian dari Provinsi Sumatera Selatan ketika Indonesia merdeka pada 1945. Perusahaan timah dikelola negara lewat PN Timah yang selanjutnya menjadi PT Timah Tbk. Hingga 1980-an, ketika pamor timah mentereng di dunia, kawasan ini masih diperhatikan.

Namun, pada pertengahan 1990-an, seiring dengan merosotnya harga timah dunia, pertambangan di Belitong ditutup. Pulau ini lantas seolah ditinggalkan begitu saja. Ketika penambangan liar mengeduk tanah di pulau itu sehingga bolong-bolong, kerusakan tersebut seperti didiamkan saja.

Kehidupan pulau tak banyak berubah meski kemudian berusaha mandiri sebagai Provinsi Bangka Belitung tahun 2000. Belitung dimekarkan menjadi Belitung (induk) dengan ibu kota Tanjung Pandan dan Belitung Timur dengan ibu kota Manggar. Kerusakan lingkungan akibat penambangan liar kian parah.

”Kami ketinggalan dalam pendidikan, ekonomi, dan infrastruktur,” kata Saderi.

Berubah

Perhatian masyarakat terhadap Pulau Belitong mulai berubah saat terbit novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, warga asli Desa Linggang, Gantong, Belitung Timur. Novel ini menceritakan perjuangan sekelompok anak kampung di kawasan itu dalam memperoleh pendidikan di tengah kesulitan ekonomi dan fasilitas. Buku terbitan Bentang Pustaka tahun 2005 itu terjual hingga sekitar lima juta eksemplar di pasaran.

Sukses itu kemudian diperkuat novel-novel berikutnya, yaitu Sang Pemimpi (2006), Edensor (2007), serta Maryamah Karpov (2009). Tiga novel itu lantas diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, masing-masing dengan judul Rainbow Troops, The Dreamer, dan Edensor. Artinya, ketiga karya tersebut telah menembus dunia.

”Kisah perjuangan anak-anak itu bisa jadi inspirasi bagi semua orang, tak terbatas negara,” kata John Colombo (25), penerjemah Edensor asal Amerika Serikat.

Laskar Pelangi kian meledak, terutama setelah diangkat ke layar lebar dengan sutradara Riri Riza pada 2008. Film produksi Miles Films dan Mizan Productions itu ditonton sekitar 4,6 juta orang dan menyabet penghargaan internasional. Salah satunya masuk dalam seksi panorama di Berlinale International Film Festival tahun 2009.

Film berikutnya, Sang Pemimpi (2009), juga ditonton 2,3 juta orang serta mendapat penghargaan festival internasional. ”Sambutan publik luar biasa. Mungkin karena ceritanya mengangkat lokalitas, tetapi problem pendidikan kan memang menjadi masalah universal,” kata Mira Lesmana, pemilik Miles Films. Kini, produser film ini sedang mempersiapkan ”Musikal Laskar Pelangi” yang bakal digelar di Jakarta, pertengahan Desember.

Sukses Laskar Pelangi melejitkan nama Belitong. Nama pulau kecil penghasil timah itu pun mencuat. Kunjungan wisatawan meningkat tajam. Mereka mendatangi situs-situs bekas shooting film, seperti sekolah Laskar Pelangi serta rumah Bu Muslimah (tokoh guru dalam novel itu). Mereka juga menikmati pesona pantai indah pulau itu, seperti Pantai Tanjung Tinggi dan Tanjung Kelayang—yang kebetulan juga menjadi lokasi shooting.

Semua itu memberikan efek ekonomi, terutama jasa transportasi, hotel, dan rumah makan. Lebih penting lagi, masyarakat setempat memaknai sukses Laskar Pelangi sebagai momentum untuk bangkit. ”Inilah saatnya masyarakat Belitong tidak lagi menggantungkan diri hanya kepada timah, tetapi kepada kreativitas seni budaya,” kata Ahmad (51), Kepala SD 28 Gantong.

Festival

Agar tren ini tak jadi momen sesaat, Andrea Hirata bersama tokoh-tokoh warga lokal menyelenggarakan Festival Laskar Pelangi yang direncanakan diadakan setiap tahun. Untuk tahun 2010, festival berlangsung selama November. Berbagai ekspresi seni budaya lokal ditampilkan, seperti tari, musik, dan seni pertunjukan.

Tak hanya memusat di panggung, berbagai kelompok masyarakat juga didorong untuk menyajikan ragam budaya dalam karnaval. Ada barongsai, seni lesung panjang, tari campak, beripat, sepen, pakaian adat, atau bahasa Melayu lokal. Sebagian seni pertunjukan tradisional itu kemudian dikolaborasikan dengan seni modern, seperti puisi atau musik jazz. Salah satunya, Aminoto Kosin, personel Karimata Band yang jaya pada 1980-an sampai 1990-an.

”Masyarakat sangat antusias. Mereka ingin sekali menghidupkan budaya sendiri yang sebenarnya mulai terkikis zaman,” kata Fakhrul Rizal, Kepala Desa Linggang sekaligus Direktur Festival Laskar Pelangi.

Panitia festival mengukuhkan Desa Linggang sebagai ”Desa Sastra”. Tak jelas betul bagaimana konsepnya, tetapi yang jelas salah satu jalan desa diberi nama Jalan Laskar Pelangi, beberapa yang lain dengan nama tokoh-tokoh sastra Indonesia. Dibangun pula rumah puisi Andrea Hirata untuk residensi seniman dari luar serta rumah baca Laskar Pelangi sebagai perpustakaan umum.

Andrea Hirata menuturkan, program desa sastra itu terinspirasi dari perjalanannya di Amerika Serikat beberapa waktu sebelumnya. Dia sempat mampir ke Hannibal di Missouri, Amerika Serikat. Kawasan itu dibangun dengan mengabadikan citra dua karya sastra terkenal Mark Twain (1835-1910), yaitu Adventures of Huckleberry Finn dan The Adventures of Tom Sawyer.

Gerakan serupa mungkin dapat dikembangkan di Desa Linggang, tempat lahirnya Laskar Pelangi. ”Kenapa tidak? Ini diharapkan bisa mendongkrak pariwisata dan ekonomi rakyat, sekaligus menjadi alternatif baru setelah era timah berakhir,” ungkap Andrea.

Source : Kompas, Minggu, 12 Desember 2010 | 03:55 WIB

Tuesday, November 23, 2010

ARKEOLOGI : Warisan Kemandirian Pantai Utara Jabar

ARKEOLOGI

Warisan Kemandirian Pantai Utara Jabar

Pengunjung mengamati Candi Jiwa di Kompleks Percandian Batujaya, Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Rabu (27/10). Candi Batujaya merupakan salah satu artefak sejarah yang meninggalkan banyak jejak pemanfaatan teknologi yang beberapa di antaranya masih bertahan hingga saat ini. (KOMPAS/MUKHAMAD KURNIAWAN)***

Oleh Cornelius Helmy

Eksplorasi penemuan Candi Batujaya di antara Desa Segaran dan Telagajaya, Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, membuka fakta menarik. Candi dari era Kerajaan Tarumanegara ini menyingkap bukti bahwa kemandirian dengan balutan teknologi maju ketika itu sudah hadir.

Candi Batujaya dibangun antara abad ke-6 dan ke-10. ”Meski dipengaruhi tradisi dari Nalanda di India Utara yang masuk di era Kerajaan Hindu Tarumanegara, tidak dapat dimungkiri pernah ada penerapan teknologi mandiri dan kreatif yang kemudian tidak terwariskan terus-menerus. Kebudayaan India itu datang seiring banyaknya pendatang dari berbagai negara di pantai utara Jawa Barat, baik itu berdagang atau menyebarkan agama,” papar arkeolog peneliti Candi Batujaya, Hasan Djafar, di sela-sela seminar Percandian Batujaya di Universitas Pasundan, Bandung, Kamis (11/11).

Melalui metode penanggalan absolut C14 (radio carbon dating), candi ini diyakini dibuat dalam dua fase. Fase pertama 680-750 Masehi, fase kedua tahun 760-900 Masehi saat Tarumanegara dikuasai Kerajaan Sriwijaya. Faktor Sriwijaya menjadi salah satu penyebab kuatnya pengaruh agama Buddha Mahayana di candi ini. Batujaya adalah candi Buddha Mahayana tertua di Jawa.

Bata sekam padi

Menurut Hasan, kemandirian terlihat dari batu bata yang digunakan untuk membangun candi yang pertama kali diteliti tahun 1984 oleh tim arkeologi Universitas Indonesia. Sebagai dataran rendah dengan dominasi tanah aluvial, bahan baku tanah liat melimpah di daerah ini. Umumnya, batu bata itu berbentuk balok, 40 x 20 x 7 sentimeter.

Pembuatan batu bata terbilang maju, dengan campuran sekam atau kulit padi. Campuran itu diyakini mematangkan bagian dalam batu bata saat dipanaskan hingga suhu 700 derajat celsius. Hasilnya, batu bata menjadi keras baik lapisan luar maupun dalam sehingga daya serap airnya rendah. Tidak heran bila batu bata di Candi Batujaya tetap bertahan hingga kini.

Beton stuko

Kemandirian lain terlihat dari penggunaan stuko (plester berwarna putih), pelapis tembok candi agar lebih kuat. Stuko juga digunakan untuk membuat ornamen, relief, dan arca. Bahan baku stuko diperoleh dari pembakaran batu kapur pada suhu 900-1.000 derajat celsius. Kapur diambil dari pegunungan kapur di Karawang Selatan, membentang arah barat-timur sepanjang 20 kilometer.

Para arsitek dan pekerjanya juga berinisiatif menggabungkan stuko dengan pasir dan kerikil. Hasilnya, suatu bahan bangunan yang amat kuat—biasa disebut beton stuko—untuk pengerasan lantai dan halaman candi, membangun kubah stupa, memperkuat konstruksi urukan tanah di sekeliling candi guna menghindari banjir. Inovasi lain adalah pembuatan genteng hingga penggunaan kayu untuk bingkai pintu atau tiang cungkup candi. Bekas fondasi tiang kayu ini mirip bangunan stupa di Sanchi, India Tengah, pada tahun sama.

Transportasi sungai

Kemandirian berbalut teknologi ini juga diperkuat hasil penelitian T Bachtiar dari Masyarakat Geografi Indonesia. Bachtiar mengatakan, beton stuko sangat mirip dengan bangunan beton pertama di Jabar—benteng dari zaman kolonial di Gunung Putri, Lembang, Bandung Barat, dibangun pada abad ke-19.

Bachtiar menambahkan, kemandirian dan kreativitas itu diperkuat dengan salah satu moda transportasi di era pembuatan Batujaya. Besar kemungkinan penggunaan perahu sudah lazim untuk melintasi Sungai Citarum. Ini ditandai dengan temuan dayung di sekitar situs. ”Besar kemungkinan kebiasaan membuat perahu di Batujaya dipengaruhi warisan kebudayaan ribuan tahun lalu,” katanya.

Butuh perlindungan

Lalu, mengapa teknologi itu tidak terwariskan secara turun-temurun? Bachtiar berpendapat, zaman dulu pengetahuan seperti ini kerap kali dimitoskan dan dianggap tabu dibicarakan. Pengetahuan ini hanya boleh dimiliki sekelompok atau orang tertentu. Akibatnya, saat orang atau kelompok pemilik pengetahuan ini meninggal dunia, pengetahuan itu ikut terkubur.

Dari temuan-temuan itu, Hasan meminta semua pihak menjadikan kompleks Candi Batujaya sebagai pendorong semangat untuk terus mengembangkan kemampuan secara mandiri. Dari Batujaya, masyarakat Indonesia ditantang kreatif memanfaatkan apa yang ada di sekitarnya menjadi lebih bermakna.

Bachtiar meminta pemerintah daerah memerhatikan keberadaan Candi Batujaya sebagai penambah semangat masyarakat. Terutama adalah perlindungan dan pemugaran terhadap 30 situs candi yang telah dieksplorasi.

”Saat ini pemugaran di kompleks Candi Batujaya belum dilakukan dengan unsur kesejarahan yang tepat. Contohnya di lantai Candi Segaran V atau Candi Blandongan. Tangganya dibangun ulang dengan batu keras—bukan batu bata—yang digergaji hingga licin dan dengan ukuran lebih kecil,” ujarnya.

Untuk jangka panjang, pemerintah daerah juga harus berani menetapkan perlindungan terhadap situs utama atau situs pendukung, seperti Karst Pangkalan.

Saat ini, Karst Pangkalan nasibnya berada di ujung tanduk akibat eksploitasi penambangan dan pembuatan kapur bakar.

”Penataan wilayah untuk penelitian dan sumber referensi juga harus terus ditingkatkan. Saat ini akses di sekitar lokasi situs belum banyak membantu proses eksplorasi dan promosi,” kata Bachtiar. ***

Source : Kompas, Senin, 22 November 2010 | 03:25 WIB

Friday, November 19, 2010

TUGU NOL INDRAMAYU : Nyaris Lenyap “Disapu” Perkembangan Jaman

TUGU NOL INDRAMAYU

Nyaris Lenyap “Disapu” Perkembangan Jaman

INDRAMAYU – Masih banyak bangunan cagar budaya yang ada di wilayah Kabupaten Inadramayu, Provinsi Jawa Barat yang hingga kini kurang terurus, bahkan cenderung tidak pernah tersentuh renovasi. Salah satunya, peninggalan bersejarah itu adalah tugu “NOL INDRAMAYU”. Padahal, sebelum terjadinya perbaikan jalan yang berada di sekitar jembatan yang pernah populer dengan julukan “Kreteg Sorog” itu, masih tampak patok beton yang di tengahnya diduga terbuat dari besi bulat berdiameter sekitar 20 cm. Keberadaan bangunan itulah yang menjadi titik awal menghitung jarak Kota Indramayu dengan sejumlah daerah lainnya.

Meski belum banyak terungkap tentang keberadaan tugu Titik “0” (baca : nol) Indramayu dalam berbagai buku sejarah yang berkaitan dengan perkembangan wilayah Kabupaten Indramayu, namun monumen itu tersebut tampaknya telah memberikan gambaran bahwa pada jaman penjajahan Belanda, pemerintahan kolonialisme itu telah membuat perhitungan untuk mengukur jarak Indramayu dengan sejumlah wilayah yang ada di sekitarnya dengan membangun tugu titik “0” Indramayu yang tak jauh dari pusat pemerintahan Kota Mangga tersebut.

Dari berbagai penelusuran menyebutkan, ada beragam versi kapan tugu titik “0” Indramayu dibangun ? Ada yang mengatakan, tugu titik “0” dibuat sekitar abad XVI. Namun sumber lain juga mengatakan, monumen perhitungan jarak “0” tersebut dibangun pada masa penjajahan Belanda gelombang pertama sekitar tahun 1837. Bahkan, konon, pernah mengalami rehabilitasi pada tahun 1947, ketika tengah ganas-ganasnya pergolakan politik di Bumi Wiralodra Indramayu.

Dalam Buku Sejarah Indramayu yang diterbitkan pada tahun 1970-an mengungkapkan, penjajah Belanda ketika itu berusaha membumi hanguskan beberapa wilayah Indramayu untuk dijadikan daerah jajahannya. Bahkan, pelabuhan Indramayu yang berada di kawasan Cimanuk Indramayu (dekat jantung kota) yang ketika masih menjadi sarana arus barang telah dikuasainya. Namun upaya itu gagal, karena para pejuang Indramayu melakukan perlawanan walaupun jatuh korban jiwa tidak sedikit.

Di bawah kepemimpinan M.A. Sentot yang menjadi penglima perang berbendera “Pasukan Setan” berhasil melancarkan perlawanan sengit, dan membuat bala tentara Belanda kocar-kacir. Yang tersisa kini, sejumlah bangunan bersejarah peninggalan semasa penjajahan Belanda ayang masuk dalam kategori Benda Cagar Budaya, hingga kini masih banyak yang berdiri. Kendati kondisinya sangat memperihatinkan, karena pemerintah terkesan kurang peduli terhadap sejumlah bangunan bersejarah, termasuk bagaimana nasib tugu “0” Indramayu yang nyaris lenyap “disapu” perkembangan jaman bermerk pembangunan. (Satim)*** Foto=foto : Satim

MUSIK ANGKLUNG : Kolaborasi yang Memesona

MUSIK ANGKLUNG

Kolaborasi yang Memesona

Pertunjukan angklung modern dimainkan kelompok musik asal Bandung membuka pameran purwarupa angklung Indonesia di Bentara Budaya Jakarta, Kamis (18/11). Pertunjukan dan pameran angklung yang berlangsung hingga 27 November 2010 tersebut menyambut disahkannya angklung sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO. (KOMPAS/LUCKY PRANSISKA)***

Dimainkan dalam warna dan genre apa pun, musik angklung tetap memukau dan memesona. Penampilan angklung tradisional Reog Buncis dari Banjaran yang berlaraskan pentatonik, angklung massal yang bernada diatonik kromatik, dan angklung Indonesia masa depan yang dimainkan kelompok Arumba, Kamis (18/11) malam di Bentara Budaya Jakarta, mencerminkan kekayaan budaya Indonesia tersebut.

Setelah angklung disahkan UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia Tak Benda dari Indonesia, 16 November 2010, dalam sidang ke-5 di Nairobi, Kenya, ratusan pengunjung Pameran Purwarupa Angklung Awi-awi Mandiri 2010 dan Pagelaran Musik ”Mendengarkan Indonesia” mendapat suguhan musik angklung yang begitu kaya, unik, dan langka dari kelompok Saung Angklung Udjo.

Angklung Buncis dari Banjaran, yang tradisional, dimainkan generasi tua. Suatu pertanda, perlunya regenerasi untuk jenis angklung tradisional ini. Sedangkan angklung massal dimainkan anak-anak sekolah. Lima lagu Nusantara dimainkan dengan apik dan memukau.

Ketika musik angklung dimainkan kelompok Arumba, terlihat betapa angklung bisa dikolaborasikan dengan jenis alat musik lain.

Arumba, yang sudah pentas ke sejumlah negara, tampil luar biasa membawakan komposisi musik instrumentalia berjudul ”Take Five” dan ”Juwita Malam” yang dinyanyikan trio dengan genre yang variatif.

Ratusan penonton yang memadati halaman Bentara Budaya Jakarta dibuat terpesona dengan alunan musik angklung tersebut.

Tidak hanya pertunjukan musik angklung yang menarik, pameran purwarupa angklung yang dibuka wartawan senior Kompas Ninok Laksono juga tak kalah menariknya. Pameran merupakan upaya untuk memperkenalkan khazanah budaya angklung, sekaligus untuk membuka cakrawala mengenai sejarah, perkembangan, dan fungsi angklung tidak hanya bagi masyarakat dunia, tetapi juga dunia.

Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik, yang ditemui secara terpisah, mengatakan, UNESCO menetapkan angklung sebagai Warisan Budaya Dunia Tak Benda antara lain karena angklung merupakan seni musik yang mengandung nilai-nilai dasar kerja sama, saling menghormati, dan keharmonisan sosial yang merupakan bagian utama identitas budaya masyarakat di Jawa Barat dan Banten.

”Tugas ke depan bagaimana melestarikan, mengembangkan, dan melakukan regenerasi serta mempromosikan nilai-nilai dalam musik angklung,” ungkap Jero Wacik. (YURNALDI)***

Source : Kompas, Jumat, 19 November 2010 | 04:21 WIB

Angklung Warisan Dunia

BUDAYA

Angklung Warisan Dunia

Ari (24) menyelesaikan pembuatan alat musik tradisional Jawa Barat, angklung, di tempat pembuatan angklung milik Udin di Kampung Padasuka, Bandung, Jawa Barat, Rabu (17/11). Pada Selasa (16/11), alat musik bambu tersebut resmi dikukuhkan menjadi salah satu warisan budaya dunia kategori Warisan Budaya Dunia Tak Benda (The Intangible Cultural Heritage of Humanity) dari UNES CO. (KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO)***

JAKARTA - Alat musik tradisional Indonesia, angklung, pada sidang ke-5 Inter- Governmental Committee UNESCO di Nairobi, Kenya, 16 November pukul 16.20 waktu setempat, ditetapkan sebagai The Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity.

Direktur Jenderal Nilai Budaya Seni dan Film Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Tjetjep Suparman, juga pimpinan delegasi Republik Indonesia pada sidang itu, mengatakan, ”Ini membuktikan betapa kekayaan budaya Indonesia pantas menjadi warisan budaya dunia.” Demikian diungkapkannya saat dihubungi Rabu (17/11) dari Jakarta melalui Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata I Gusti Ngurah Putra.

Tjetjep menjelaskan, angklung merupakan rumpun kesenian yang menggunakan alat musik dari bambu yang berasal dari Jawa Barat. Kendati muncul pertama kali di daerah Jawa Barat, angklung berkembang dan menyebar ke seantero Jawa, lalu ke Kalimantan dan Sumatera.

Pada 1908 tercatat sebuah misi kebudayaan dari Indonesia ke Thailand, ditandai penyerahan angklung, lalu permainan musik bambu ini pun sempat menyebar di sana.

Sejak 1966, Udjo Ngalagena—tokoh angklung yang mengembangkan teknik permainan berdasarkan laras-laras pelog, salendro, dan madenda—mulai mengajarkan cara bermain angklung kepada berbagai komunitas.

Direktur Pengembangan Bisnis Saung Angklung Udjo, Satria, berkomentar, penetapan angklung sebagai Warisan Budaya Dunia Tak Benda itu merupakan momentum yang luar biasa. ”Ini sebuah pengakuan yang pantas kita syukuri ,” katanya. (NAL)***

Source : Kompas, Kamis, 18 November 2010 | 03:08 WIB