Minggu, 09 Desember 2012
BUBUR SURA – Jenis Bubur Sura
seperti tampak dalam gambar hanya ada di Bulan Sura, dan tahun 2012 ini
bertepatan dengan Bulan November 2012.(Satim)*** Foto-foto : Satim/Ekspedisi Humaniora Online
BUBUR SURA
Warga Desa Pesta Bubur Sura
INDRAMAYU, EKSPEDISI HUMANIORA ONLINE
– Sejak
awal hingga akhir Bulan Sura, warga desa di wilayah Kabupaten Indramayu,
Provinsi Jawa Barat masih melakukan pesta adat ritual dengan memasak bubur “Sura”.
Pesta adat yang, konon, sudah ribuan tahun secara turun-temurun itu, katanya
sih dalam rangka mengenang kembali bencana alam terbesar di dunia pada jaman
Nabi Nuh. Nah, sebagian masyarakat di Kota Mangga Indramayu menginginkan, sekarang ini bisa hidup aman dan damai tanpa
bencana.
Untuk
menghindari bencana banjir bandang seperti peristiwa di jaman Nabi Nuh tersebut,
sebagian kalangan secara bergotong-royong memasak bubur yang bercampur dengan
berbagai jenis makanan lainnya yang mereka sebut “Bubur Sura”. Karena jenis
bubur ini hanya ada di setiap Bulan Sura.
Pemantauan Ekspedisi Humaniora Online di Bulan Sura
atau tahun ini kebetulan jatuh di Bulan November 2012, tak sedikit pula warga yang mampu dan
terpandang secara turun-temurun menggelar pesta adat membuat bubur Sura. Selain
itu, para Kuwu (Kepala Desa) yang masih aktif terkesan wajib membuat bubur
Sura. Buburnya kemudian dibagi-bagikan kepada warga yang ada di desanya.
Bahkan, para mantan kuwu pun masih punya
kewajiban membuat bubur Sura.
“Pada Minggu
ini, saya pun menggelar pesta adat membuat bubur Sura. Ini bagian dari
kewajiban kami selaku Kuwu. Lihat saja sejumlah warga sedang pada memasak bubur
Sura,” kata Narsito, Kuwu Desa Pabean Ilir, Kecamatan Pasekan, Kabupaten
Indramayu, Minggu (09/12/2012) sore.
Narsito
menjelaskan, bahwa pesta adat seperti itu sudah berlangsung turun-temurun sejak
dulu. Intinya, mengenang kembali peristiwa bencana banjir bandang pada jaman
Nabi Nuh. “Pembuatan bubur Sura itu hanya simbol saja sebagai penolak bala agar
terhindar dari musibah serupa. Yang selamat, hanya orang-orang yang takwa dan
mau mengikuti ajaran agama yang diemban Nabi Nuh. Nah, keterkaitan dengan bubur
Sura, intinya, mari bersama-sama menciptakan ketakwaan kepada Allah Swt sambil
tetap memupuk kegotong-royongan demi kemajuan bersama,” kata Narsito.
Campuran
Bubur Sura tersebut, tergolong bubur yang unik dan hanya
ada di Bulan Sura. Meski warnanya nyaris serupa dengan bubur ayam yang banyak
dijual orang. Biasanya berwarna kuning karena pewarna dari kunyit yang berwarna
kuning. Tapi yang dicampur di Bubur Sura berbeda dengan bubur ayam.
Campuran Bubur Sura berbagai macam makanan yang ada,
tergantung kondisi bahan masakan yang ada di dapur. Biasanya, campuran Bubur
Sura seperti Kelungsu (biji asam matang), kentang, jagung, kol, buncis, soun, pepaya,
dan lain-lain. Dicampur jadi satu dan dimasak hingga matang. Lalu di atasnya
diberi soun, gorengan parutan kelapa, rasa pemedas, dan lain-lain. Rasanya
lezat dan gurih.
Keunikan lainnya, warga yang datang dan bergoting-royong
ikut memasak biasanya sambil membawa beras dengan sejumlah bahan makanan yang
siap dicampur untuk membuat bubur sura tersebut. (Satim)***
No comments:
Post a Comment