Para anggota delegasi partai saat menghadiri kongres Partai Komunis China di Gedung Agung di Beijing, China, Rabu (3/3). Kongres seperti ini biasanya digambarkan sebagai semacam forum pengesahan parlemen bagi para petinggi Partai Komunis China untuk mengesahkan perundang-undangan. (AFP/Liu Jin)***
CHINA
Media Massa "Berani" Suarakan Reformasi
BEIJING, Rabu - Belasan surat kabar di China pekan ini mengambil langkah berani yang tergolong jarang terjadi. Mereka berani menyalahkan sistem komunisme era Mao Zedong yang menyebabkan melebarnya kesenjangan pendapatan antara warga kaya dan miskin.
Kolom editorial 13 surat kabar di seluruh negeri, Senin (1/3), serempak mengungkapkan potensi ketegangan pada masa datang. Isu ini dicuatkan menjelang hajatan politik terbesar China, Kongres Rakyat Nasional, yang dimulai pada Jumat.
Dalam pertemuan tahunan itu memang akan dibahas tema persatuan dan perubahan. ”China sudah pernah merasakan kegetiran sistem registrasi rumah tangga,” demikian salah satu isi editorial itu.
”Kebebasan bergerak merupakan hak asasi manusia,” demikian bagian lain dari editorial itu. Kolom editorial itu ”ditandai” dengan logo dari 13 surat kabar.
Registrasi rumah tangga (keluarga) atau hukou bertujuan untuk mendata setiap warga China dan menggolongkannya sebagai warga kota dan desa. Kebijakan itu merujuk kejadian saat revolusi China saat Mao Zedong ingin mengendalikan migrasi dari desa-desa ke kota-kota di China.
Kekakuan dan dampak negatif sistem ini semakin jelas dalam beberapa tahun terakhir. Ada jutaan pekerja migran yang meninggalkan kampung halaman untuk mencari pekerjaan di kota-kota China yang maju pesat.
Namun, hingga sekarang status kependudukan mereka tetap sebagai warga di daerah asal. Dengan status itu pekerja migran tidak dapat mengakses layanan pemerintah di kota-kota, seperti pendidikan. Mereka akhirnya tidak memiliki tingkat pendidikan yang dibutuhkan untuk mendapatkan pekerjaan di kota.
Anak-anak pekerja migran yang lahir di kota tetap dicatat sebagai warga di daerah asal orang. Mereka hanya bisa mengikuti pendidikan normal di desa. Hal ini dianggap sebagai bibit kesenjangan pada masa datang.
PM berjanji
Perdana Menteri Wen Jiabao menanggapi perlawanan publik terhadap sistem hukou lewat chatting online, sesuatu yang jarang terjadi sebelumnya. Dia mengatakan, pemerintah akan mengubah sistem tersebut.
Editorial mencatat komentar-komentar Wen Jiabao sebagai sebuah tanda harapan. Bersuara dengan kompak sebenarnya bukanlah hal yang lazim untuk media-media Pemerintah China, apalagi aspirasi itu menantang pemerintah pusat.
Pada Selasa sejumlah editorial, termasuk jaringannya, tidak lagi menampilkan komentar itu. Mungkin telah terkena sensor editornya sendiri.
Editor Yunnan Information Paper, Tan Zhiliang, mengatakan, mereka menerbitkan editorial sebagai suatu hal yang rutin. Para editor menilai bahwa kongres nasional yang dimulai pekan ini merupakan momentum tepat untuk menurunkannya.
Sejumlah reporter bertekad untuk tidak mau membiarkan isu itu tenggelam.
Topik soal reformasi yang diajukan sejumlah media itu masih terbatas, belum menyentuh hak-hak asasi paling hakiki, kebebasan mengeluarkan pendapat. Namun, keberanian setengah hati ini bisa menjadi embrio demokrasi di China. (AP/CAL)***
Source : Kompas, Kamis, 4 Maret 2010 | 04:16 WIB
No comments:
Post a Comment