Wednesday, July 28, 2010

MENGENANG MUHAMMAD SYAIFULLAH

MENGENANG MUHAMMAD SYAIFULLAH

Mengingatmu, Teringat Jurnalisme Investigasi

Keluarga dan kerabat serta warga mengikuti proses pemakaman wartawan Kompas Muhammad Syaifullah di makam keluarga Desa Gambah Dalam Barat, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan, Selasa (27/7). Muhammad Syaifullah ditemukan meninggal Senin, 26 Juli 2010, di rumah dinas di Balikpapan, Kalimantan Timur. (BANJARMASIN POST/APUNK ANWAR)***

Mengingatmu, teringat segala ilmu dan pengalaman yang engkau ajarkan tentang hidup, fakta, dan jurnalisme investigasi. Selamat jalan Bang...

Demikian komentar salah seorang temannya dalam akun Facebook Muhammad Syaifullah (43), Kepala Biro Kompas Kalimantan, yang Senin (26/7) ditemukan di rumah dinasnya di Balikpapan, Kalimantan Timur, dalam kondisi sudah meninggal dunia.

Lebih dari 100 ucapan belasungkawa yang muncul di akunnya itu. Semua mengenang dan mendoakan almarhum agar diterima di sisi-Nya.

Ucapan belasungkawa tersebut mengalir mengiringi kepergian Syaifullah, anak sulung dari tiga bersaudara.

Jenazah Ful—demikian panggilan akrabnya di Kompas—kemarin pukul 10.45 dimakamkan di samping makam ayahnya, Haji Sabran, di pemakaman keluarga di Desa Gambah Dalam Barat, Kandangan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan. Lebih dari 100 warga dan kerabat hadir pada acara itu. Kandangan adalah tanah kelahirannya.

Jenazah almarhum diberangkatkan dari Rumah Sakit Bhayangkara, Balikpapan, Kalimantan Timur, Senin pukul 21.30, melalui jalan darat. Sekitar pukul 09.00 jenazah tiba di rumah duka di Jalan Ahmad Yani, Kilometer 125 Simpang Lima, Tumpangtalu, Kandangan.

Sekitar pukul 10.00 jenazah dibawa ke Mushala Darur Falah untuk dishalatkan. Dari sini jenazah kemudian diberangkatkan ke tempat peristirahatannya yang terakhir, yang berjarak sekitar 2 kilometer.

Ibu almarhum, Maahrita (68), istri almarhum, Isnainijah (41), serta sejumlah keluarga ikut mengiringi. Isnainijah sempat tidak sadarkan diri selepas melihat peti suaminya dibuka, sebelum dimasukkan ke liang lahat. Ibu almarhum pun demikian. Ia sempat pingsan begitu proses pemakaman dan doa selesai dilakukan.

M Ridwan, paman almarhum, menuturkan, keluarga pada prinsipnya menerima kepergian Syaifullah dengan ikhlas. ”Semua yang terjadi sudah menjadi kehendak dan suratan Tuhan Yang Mahakuasa. Semua sudah ada waktunya untuk berangkat ke hadapan Ilahi.”

Masalah lingkungan

Menjadi bagian dari harian Kompas pada tahun 1996, dan selanjutnya ditugaskan menjadi Kepala Biro Kalimantan per 15 Februari 2008, Syaifullah bisa dibilang kemudian menjadi ”faktor” Kalimantan.

Kami menggunakan istilah faktor karena sejak ia memimpin teman-teman Kompas di Kalimantan, topik besar tentang kerusakan lingkungan, termasuk yang berkaitan dengan pertambangan batu bara awal tahun ini, dapat diangkat secara nasional.

Berita itu sekaligus membuktikan bahwa kerusakan lingkungan alam yang parah memang terjadi di Kalimantan, terutama di Kalimantan Timur. Hasil investigasinya bersama teman-teman Biro Kalimantan tergolong berhasil memengaruhi kebijakan pengelolaan lingkungan di tingkat nasional.

Namun, tulisan-tulisan soal lingkungan yang tajam itu tak mustahil pula membuat sejumlah kalangan gerah.

Topik lain berskala nasional yang antara lain juga dapat dipanggungkannya dan berdampak nasional adalah terkait penerbangan di seluruh Kalimantan. Sejumlah kota dan kabupaten akhirnya bisa mengembangkan jaringan penerbangan meskipun masalah transportasi udara bukan masalah sederhana dan cepat selesai.

Laboratorium forensik

Kepergiannya yang mendadak memang banyak yang mempertanyakannya. Oleh karena itu, otopsi pun dilakukan.

Hingga kini penyebab meninggalnya masih terus diselidiki di Surabaya, Jawa Timur. Kepala Polresta Balikpapan Ajun Komisaris Besar Aji Rafik, kemarin siang, mengizinkan Kompas menyertakan dokter untuk memantau proses pengujian.

Pukul 14.15, dua anggota Polresta Balikpapan, yakni Inspektur Satu Teguh Sanyoto dan Brigadir Iswanto, yang disertai seorang wartawan Kompas berangkat dengan pesawat Batavia Air ke Pusat Laboratorium Forensik Surabaya dengan membawa sampel 19 organ tubuh Syaifullah. Sampel diterima di Puslabfor Surabaya pukul 14.55 waktu setempat.

”Kami sudah menerimanya dan akan melakukan pemeriksaan kira-kira dua hari,” kata Kepala Puslabfor Cabang Surabaya Komisaris Besar Bambang Wahyu Suprapto.

Sebagai langkah awal, pihaknya terlebih dulu mengecek daftar jenis sampel organ dan jaringan yang sudah diterima. Pemeriksaan baru bisa dilakukan setelah sampel tersebut dikeringkan dari rendaman alkohol.

Pemeriksaan, menurut Bambang, dilakukan di dua tempat. Selain di Puslabfor Cabang Surabaya, sebagian organ diperiksa di Instalasi Kedokteran Forensik Rumah Sakit Umum dr Soetomo, Surabaya.

Kenangan tentang Ful semalam juga dilangsungkan di Redaksi Kompas, Jakarta.

Selamat jalan Ful... semoga engkau juga menemukan kedamaian yang abadi....

(WER/AHA/BEE/HRD/MUL)***

Sumber : Kompas, Rabu, 28 Juli 2010 | 02:49 WIB

Ada 2 Komentar Untuk Artikel Ini. Kirim Komentar Anda

  • arifai

Rabu, 28 Juli 2010 | 12:35 WIB

Semoga pahlawan-pahlawan seperti Muhammad Saifullah ini tetap tegar dan tidak takut akan tekanan dan godaan dalam melaksanakan tugasnya. Selamat Jalan Mas Iful, semangat dan tekatmu akan terus kami kenang.

Balas tanggapan

  • edi petebang

Rabu, 28 Juli 2010 | 11:12 WIB

Selamat Jalan Bang. Niscaya rakya Kalimantan mengingat kontribusi banag menuju Kalimantan yang lebih adil untuk semua orang, terutama rakyat pedesaan yang banyak hanya menjadi penonton pengerukan sumber daya alamnya.

Balas tanggapan

No comments:

Post a Comment