Sunday, February 27, 2011

Buntut Ucapan Boikot : Dipo Alam Digugat Rp 101 Triliun

Minggu
27 Februari 2011

Buntut Ucapan Boikot

Dipo Alam Digugat Rp 101 Triliun

Penulis: Adi Dwijayadi | Editor: Erlangga Djumena

Minggu, 27 Februari 2011 | 09:28 WIB

Sekretaris Kabinet Dipo Alam menyatakan, dirinya tidak pernah berniat memboikot media, namun hanya mengkritik pemberitaan sejumlah media.(KOMPAS IMAGES/RODERICK ADRIAN MOZES)***

TERKAIT:

JAKARTA, Ekspedisi Humaniora Online — Pernyataan boikot media yang diungkapkan oleh Sekretaris Kabinet Dipo Alam tidak hanya dilaporkan pidana oleh Media Group, tetapi juga digugat secara perdata. Grup yang menaungi MetroTV dan harian Media Indonesia itu mendaftarkan gugatan perbuatan melawan hukum ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jumat ( 25/2/2011 ), dengan nilai gugatan sebesar Rp 101 triliun.

"Bahwa penggugat (Media Group) berhak atas ganti kerugian yang disebabkan oleh perbuatan melawan hukum tergugat (Dipo Alam) yang telah mengeluarkan pernyataan sepihak tanpa dasar hukum dan telah melanggar hak penggugat, baik secara kerugian materiil maupun immateriil," kata kuasa hukum Media Group, OC Kaligis, Sabtu (26/2/2011) di Jakarta.

Kaligis menjelaskan, pernyataan Dipo Alam yang mengimbau institusi pemerintah tidak memasang iklan pada dua media di dalam Media Group telah menimbulkan kerugian materiil. Ia menyebutkan soal turunnya pendapatan iklan MetroTV dan Media Indonesia dan nilai kerugian ditaksir mencapai Rp 1 triliun.

Secara immateriil, tutur pengacara kondang itu, Media Group mengalami kerugian waktu, tenaga, pikiran, dan pencemaran nama baik. Selain kepercayaan masyarakat menurun, usaha dua media tersebut juga terganggu yang nilainya tak terhitung. "Nilai kerugian immateriil klien kami mencapai Rp 100 triliun," ucap Kaligis.

Disebutkan dalam surat pendaftaran gugatan bernomor 81/PDT.G/ 2011 /PN.JKT.PST itu, alasan Media Group menggugat Dipo Alam adalah pada 21 Februari 2011 tergugat (Dipo Alam) mengeluarkan pernyataan sebagaimana dikutip di berbagai media cetak dan media elektronik yang menjatuhkan kredibilitas para penggugat (Media Group). Ada tiga bukti pernyataan Dipo Alam yang digugat di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Pertama, "Pokoknya saya katakan kalau mereka (media) tiap menit menjelekkan terus, tidak usah pasang (iklan). Saya akan hadapi itu. Toh, yang punya uang itu pemerintah. Enggak usah pasang iklan di situ dan juga sekarang orang yang di-interview dalam prime time tidak usah datang."

Kedua, "Ini, kan, membuat investor lari. Seolah-olah Indonesia ini kacau. Indonesia ini gelap."

Ketiga, "Saya memberikan instruksi boikot itu kepada seluruh sekjen dan humas kementerian. Kita bukan alergi kritik. Boleh kritik, kita senangi dikritik. Tapi, isinya negatif dan akumulatif sehingga orang-orang menjadi mislead, that is wrong. Itu bukan mengkritik. Itu bukan kebebasan pers. Saya mengatakan boikot saja. Yang tidak boikot, saya perhatikan."

OC Kaligis menyayangkan Dipo Alam tidak menggunakan hak jawab dan hak koreksi sebagaimana diatur Pasal 1 Butir 11 dan 12 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers. "Kalau tidak berkenan dengan pemberitaan sebuah media, hendaknya gunakan hak jawab atau hak koreksi, bukan mengeluarkan pernyataan sepihak tanpa dasar hukum yang menjatuhkan kredibilitas media di muka umum sehingga merugikan media itu," katanya.***

Source : Kompas.com, Minggu, 27 Februari 2011 | 09:28 WIB

Ada 29 Komentar Untuk Artikel Ini :

  • Sarlon Hutagaol

Minggu, 27 Februari 2011 | 17:44 WIB

Malu ah mengomentarinya

Balas tanggapan

  • Isti Mayangsari

Minggu, 27 Februari 2011 | 14:23 WIB

biar aja hal ini berproses. Dipo mau menyeimbangkan bandul jam informasi. kita tunggu saja

Balas tanggapan

  • nur sasongko

Minggu, 27 Februari 2011 | 13:25 WIB

ealah...tetap aja pengacara yang ketiban untung..dari buntungnya orang lain

Balas tanggapan

  • Bagoes Rinthoadi

Minggu, 27 Februari 2011 | 13:25 WIB

Semua punya kepentingan masing - masing, Pak Dipo , Metro TV, Media Indonesia,

Balas tanggapan

  • gnr ptk

Minggu, 27 Februari 2011 | 13:22 WIB

heleh... lebay,,,, jaman kayak gini kok yg kayyak gtan di ributin,,, 101T wah bisa buat modal kampanye buat jd calon presiden tu,, heheh

Balas tanggapan

  • abi ndari

Minggu, 27 Februari 2011 | 13:17 WIB

Metro, MI makin lebay, anti kritik

Balas tanggapan

  • thomas gintings

Minggu, 27 Februari 2011 | 13:11 WIB

Mantaaap....tambah ribut terus negeri ini, penuh dengan masalah kepentingan kelompok..

Balas tanggapan

  • aldi tiandi

Minggu, 27 Februari 2011 | 13:03 WIB

kebebasan yang kebablasan

Balas tanggapan

  • Noor Alhabsyi

Minggu, 27 Februari 2011 | 12:51 WIB

Ini sih tuntutan yang tidak masuk akal deh !Seperti main2 aja, gak realistis!

Balas tanggapan

  • putrawan wayan

Minggu, 27 Februari 2011 | 12:40 WIB

jangan berlebihan, mulat sarisa saja.......

Balas tanggapan

  • adi supriadi

Minggu, 27 Februari 2011 | 12:37 WIB

ini kayanya akan seru lagi.

Balas tanggapan

  • Rajinsholat

Minggu, 27 Februari 2011 | 11:59 WIB

hahaha 101triliun, dikira dipo alam mobarak kali pny duit segitu.

Balas tanggapan

  • kaisa yuri

Minggu, 27 Februari 2011 | 11:57 WIB

benar tuh selama ini kayaknya media di indonesia terlalu propokatip dan negatip yg di mana semua itu membuat semakin membingungkan akan hal yg terjadi sebenarnya jangan 1 di bilank 2 donk kalo 1 ya satu kalo muat berita juga yg berimbang sehingga masyarakat jadi tahu yg sebenarnya SAYA DUKUNG DIPO ALAM ATAS PEMBOIKOTANNYA TERHADAP MEDIA MASA TERSEBUT 1000000%

Balas tanggapan

  • aziz suib

Minggu, 27 Februari 2011 | 11:48 WIB

Media itu mata masyarakat yang akan mencucuci otak masyarakat, maka berilah berita apa adanya jangan ditambah dan jangan dikurangi

Balas tanggapan

  • mochamad-hilman sukagalih

Minggu, 27 Februari 2011 | 11:36 WIB

haha.....meress ..???

  • Niki Osing

Minggu, 27 Februari 2011 | 11:05 WIB

Baguslah di tuntut, toh pake uang pemerintah juga, cuma yang perlu diperhatikan untuk prosesnya bisa berjalan atau ada deal lain, ini menurut saya hanya persoalan stategi menuju 2014 saja,.lets we look together

Balas tanggapan

  • Anang Arif

Minggu, 27 Februari 2011 | 11:04 WIB

Diharapkan sama sama menjunjung tinggi hukum dalam persidangan sampai vonis oleh hakim. Jangan ada intervensi dari pihak manapun.

Balas tanggapan

  • Ajie Adnan

Minggu, 27 Februari 2011 | 11:01 WIB

101 trilyun? APBD di provinsi terpadat di Indonesia saja ga sampai segitu amat. Ni pengacara waras ga sih?

Balas tanggapan

  • anok budhana

Minggu, 27 Februari 2011 | 10:48 WIB

Lho kok mata duitan..... lalu yang sewenag-wenang, arogan, preman dan segala macamnya itu siapa ya...???

Balas tanggapan

  • Holil Soelaiman Soelaiman

Minggu, 27 Februari 2011 | 10:39 WIB

Apa tdk kebalik, seharusnya kedua media itu yang dituntut gr sekian karena banyaknya calon investor yang membatalkan investasinya di Ind. Masuknya investor di sektor real diharapkan dpt membuka lapangan kerja.

Balas tanggapan

  • rajendra wira

Minggu, 27 Februari 2011 | 10:35 WIB

Orang seperti Kaligis memang msti dihadapi dengan kasar seperti Dipo. I like it

Balas tanggapan

  • njf aja

Minggu, 27 Februari 2011 | 10:20 WIB

lumayan,,,, klo menang bisa buat kampanye 2014 NASDEM ,,,

Balas tanggapan

  • euleuh euleuh

Minggu, 27 Februari 2011 | 10:12 WIB

OC kaligis ini selalu membela yang aneh2.

Balas tanggapan

  • Irwan Jaelani

Minggu, 27 Februari 2011 | 09:56 WIB

Kekayaan Dipo alam, mungkin lebih dari 101 trilyun, he he he he bisa bayar lah dia...................

Balas tanggapan

  • cowidster widi

Minggu, 27 Februari 2011 | 09:55 WIB

Presiden dikelilingi oleh orang-orang yang tidak kapabel.

Balas tanggapan

  • Fauzi Mubarok

Minggu, 27 Februari 2011 | 09:53 WIB

setuju bang OC

Balas tanggapan

  • achmad safir

Minggu, 27 Februari 2011 | 09:45 WIB

Weleh.. weleh... sama-2 SALAH kok ribut, BOSAN. Yaa, plg2 cm cari sensasi, BOSAN. Sampai kpn pun, rebutan jd yg benar itu susah, BOSAN. Noh, noh, urusi rakyatmu yg lg susah shg kejahtan marak banget, BOSAN, BOSAN, dan BOSAN

Balas tanggapan

  • christopher tobing

Minggu, 27 Februari 2011 | 09:43 WIB

101 triliun? darimana rumusnya? media seperti kebakaran jenggot...

Balas tanggapan

  • hanhan dahri

Minggu, 27 Februari 2011 | 09:40 WIB

lama2 si OC kaligis diboikot masyarakat juga.... tampa dibilang begitu sama Dipo juga media group sdh kehilangan kepercayaan masyarakat. memang belum tahu?!?!?!

Balas tanggapan

No comments:

Post a Comment