MAJU TERUS
EKSPEDISI HUMANIORA ONLINE
DEWAN PERS
Media Jangan Hanya Kejar Kecepatan
K16-11 | Nasru Alam Aziz | Selasa, 5 Juli 2011 | 19:18 WIB
Agus Sudibyo, Ketua Komisi Pengaduan Masyarakat dan Penegakan Etik Dewan Pers, saat mengisi pelatihan Profesionalisme Jurnalis Media Cetak dan Elektronik, di Kota Malang, Jawa Timur, Selasa (5/7/2011). (K16-11/Kompas.com)***
TERKAIT:
- Tujuh Media Salah Pasang Foto Teroris
- Publik Tak Bisa Langsung ke Polisi
- Jika Buntu, Putusan di Tangan Dewan Pers
- Dewan Pers Percaya Kredibilitas "Kompas"
- Aburizal Bakrie Laporkan 5 Media ke Dewan Pers
MALANG, EKSPEDISI HUMANIORA ONLINE — Saat ini tak jarang media hanya mengedepankan kecepatan, bukan ketepatan. Namun, hal itu cenderung mengabaikan kode etik jurnalistik.
Menurut Ketua Komisi Pengaduan Masyarakat dan Penegakan Etik Dewan Pers, Agus Sudibyo, hal tersebut banyak dilakukan oleh media online dan sejenisnya. "Kecepatan boleh dikedepankan, tetapi harus tetap mengutamakan verifikasi dan konfirmasi dalam pemberitaan. Kalau hal tersebut terjadi, dikhawatirkan akan merusak citra media yang bersangkutan," ungkap Agus, Selasa (5/7/2011), di hadapan para wartawan yang mengikuti "Pelatihan Profesionalisme Jurnalis Media Cetak dan Elektronik" di Kota Malang, Jawa Timur.
Agus mengatakan, kalau media sudah melupakan kode etik jurnalistik, tak akan lama media tersebut akan ditinggal oleh pembacanya. "Tinggal menunggu waktu saja masyarakat akan mulai tidak percaya terhadap media tersebut," katanya.
Menurut Agus, saat ini kepatuhan media terhadap kode etik jurnalistik sangat rendah. Hal itu terjadi karena tuntutan media untuk lebih mengutamakan kecepatan semata. "Kadang pelaku pers menganggap enteng dalam hal konfirmasi dan verifikasi data yang diperolehnya saat membuat berita. Padahal, hal itu dapat merugikan pihak narasumber," katanya.
Agus membeberkan laporan yang masuk ke Dewan Pers tahun 2011 terkait narasumber yang merasa dirugikan oleh media, jumlah totalnya mencapai 512 pengaduan.
Ketua Komisi Hubungan antar Lembaga Dewan Pers, Bekti Nugroho, yang juga pemateri dalam pelatihan tersebut, mengemukakan bahwa godaan yang terus menghantui para jurnalis adalah menerima suap. "Menerima amplop bagi jurnalis itu yang menurut saya berat dihindari bagi jurnalis. Seharusnya, sudah bukan saatnya lagi jurnalis mau menerima amplop," tuturnya. ***
Source : Kompas.com, Selasa, 5 Juli 2011 | 19:18 WIB
Ada 2 Komentar Untuk Artikel Ini.
Rabu, 6 Juli 2011 | 11:39 WIB
kompas.com salah satu yang sangat lebay dalam menyampaikan berita, terutama untuk judul-judul berita contoh judul tentang dibukanya google+, padahal baru di buka untuk US, tapi judulnya seolah-olah sudah untuk semua, selain itu seperti berita pelatihan teroris, di beritakan seolah-olah terjadi tapi, ujung-ujungnya ada embel-embel pelatihan,simulasi....
Selasa, 5 Juli 2011 | 21:04 WIB
pers online mungkin jg tmsuk kompas.com mengutamakan kecepatan dan judul yg bombastis; tatakrama,tatabahasa jarang diindahkan
No comments:
Post a Comment