Isu Kecantikan, Prestasi Miss Indonesia dan Ironi Miss Kanada
on 20 Des
2015 at 20:30 WIB
13Shares
Miss Indonesia, Maria Harfanti (keempat kanan) beserta para peserta Miss World 2015
lainnya berpegangan tangan usai pnganugrahan juara di Sanya, Cina, Sabtu (19/12/2015).
Indonesia berhasil menorehkan prestasi dengan menjadi juara ketiga.
(REUTERS/Stringer)***
Liputan6.com,
Sanya `Beauty
with a Purpose` atau `Kecantikan yang Bertujuan` menjadi slogan dari ajang Miss
World. Ini berkaitan dengan wacana klasik kecantikan tentang bagaimana outer
beauty dan inner beauty dibahas. Salah satu manifestasi Miss World
Organization perihal bahasan tersebut adalah keputusan pada tahun 2014 tentang digantikannya kontes pakaian renang menjadi
pakaian pantai.
Ada atau tidak adanya sesi swimsuit
di diskusi soal kecantikan dalam maknanya yang diharapkan bebas dari unsur
objektifikasi tubuh perempuan bukan sebuah isu tanpa perdebatan. Sebagian
menilai bahwa yang salah bukan soal penggunaan bikini itu sendiri, yang justru
bisa menjadi sarana perempuan dalam merayakan tubuhnya. Melainkan bahwa
kompetisi kecantikan dengan segala kriteria kecantikan yang ada di dalamnya –
termasuk kecantikan berbikini – membentuk idealisasi sosok perempuan yang bisa
berdampak pada cara pandang keliru dalam mengapresiasi diri.
Lepas dari bagaimana berbagai beauty pageant
tinggal dalam kontroversinya, elemen-elemen seperti penghargaan `Beauty with a
Purpose` di ajang Miss World tetap perlu mendapat apresiasi positif. Di situlah
sikap “cantik” dalam mewujudkan kehidupan yang lebih baik mendapat sorotan.
Untuk tahun 2015 ini, peraih penghargaan tersebut berasal dari Indonesia. Maria
Harfanti bahkan bukan hanya meraih gelar khusus itu. Ia menyabet posisi Runner
ke-2 pada ajang Miss World 2015 yang berlangsung pada 19 Desember 2015 di
Beauty Crown Grand Theater, Sanya, China (gaun yang dikenakan Maria di final
malam itu adalah karya Windy Chandra Couture dan perhiasannya dari UBS Gold).
Mahkota juara pertama dinobatkan pada Miss Spain, Mireia Lalaguna Royo.
Foto: Maria Harfanti - Miss
Indonesia 2015 dan 2nd Runner up Miss World 2015 (MissWorld.com)
Lahir pada 20 Januari 1992, pemenang Miss Indonesia
2015 wakil dari Yogyakarta ini meraih gelar sarjana dari Fakultas Ekonomi
Universitas Trisakti. Kini Maria tengah menempuh pendidikan jenjang magister
bidang management di Universitas Indonesia. Perempuan yang punya hobi menyanyi
dan bermain piano ini berhasil meraih gelar `Beauty with a Purpose` untuk
proyek penyediaan akses air bersih untuk masyarakat Desa Kamancing, Banten,
yang menghadapi krisis air bersih. Selamat untuk Maria dan semoga proyeknya
bisa menginspirasi pihak-pihak lain untuk membuat aksi cantik lainnya yang
bermanfaat bagi kehidupan.
Kontras dengan prestasi yang diraih oleh Miss
Indonesia di ajang Miss World 2015, apa yang dialami oleh Miss Canada sontak
menimbulkan kesangsian tentang bagaimana Miss World Organization memperjuangkan
tagline `Beauty with a Purpose`. Bukankah Hak Asasi Manusia (HAM) juga
merupakan satu profil cantik dari peradaban manusia? Apa tak dibuat Miss World
Organization hingga kontestan asal Kanada tak bisa ikut di final kompetisi itu
lantaran dicekal Cina oleh karena berbicara soal HAM? Seperti dilansir dari
situs The Independent pada Minggu (20/12/2015),
Anastasia Lin pada kongres Amerika Serikat bulan Juli 2015 mengkritik kurangnya
kebebasan beragama di China. Bulan lalu putusan Persona non Grata dijatuhkan
padanya oleh otoritas negara itu sehingga ia tak bisa masuk ke negri tirai
bambu tersebut.
Keluarga dari wanita keturunan Tiongkok ini tinggal di
China. Anastasia pun awalnya takut dengan apa yang bisa menimpa sanak
saudaranya oleh karena apa yang ia buat. “Terlalu berisiko untuk keluarga saya
dan saya benar-benar tak tahu apa yang akan pemerintah China lakukan. Tapi
setelah berbicara dengan orang-orang yang memiliki pengalaman serupa, saya
berpikir bahwa saya tak boleh menyerah pada ketakutan dan cara paling efektif
untuk melindungi ayah saya mungkin adalah perhatian internasional,” ucap lulusan
Universitas Toronto itu. Miss Canada 2015 ini memang berasal dari China,
tepatnya di Propinsi Hunan. Saat berusia 13 tahun, ia dibawa serta sang ibu ke
Kanada sedangkan ayahnya tetap di China.
Foto: Anastasia Lin - Miss Canada
2015 (Independent.co.uk)
Anastasia dan keluarganya merupakan anggota grup
spiritual minoritas Falun Gong yang dicap sebagai “evil cult” oleh pemerintah
China dan dilarang secara hukum sejak tahun 1999. Kekerasan dan kematian
menjadi ganjaran yang menimpa anggota grup tersebut. Sampai sejauh ini, masih
belum ada satu penjelasan konklusif tentang kenapa Falun Gong dilarang. Tapi
satu hipotesis yang umum diajukan adalah bahwa amat besarnya jumlah pengkuti
grup tersebut dianggap sebagai ancaman laten bagi Partai Komunis. Apa yang
menimpa Miss Kanada dalam rangkaian Miss World 2015 tentu merupakan bahan
evaluasi berharga soal bagaimana ajang kecantikan mengadvokasi kecantikan itu
sendiri. Untuk semua Miss Cantik yang berpartisipasi di sana, ada satu
pertanyaan yang ingin diajukan: langkah cantik apa yang bisa Anda ambil untuk
merespons kasus ini?
Inner beauty akan selalu diperhitungkan. Ini tentang
bagaimana refleksi diri berkontribusi pada kemajuan peradaban dunia.
Perwujudannya bisa seproblematis peristiwa yang menimpa Miss Kanada tahun ini.
Tapi tak kalah peliknya perihal kecantikan fisik. Pada ujungnya pun, kecantikan
luar berhubungan dengan sikap mental seseorang dalam mengapresiasi diri dan
memahami konsep-konsep mendalam lainnya, seperti penghargaan atas keberagaman.
Terhadap isu ini, nama Sanneta Myrie disebut oleh situs Cosmpolitan. Miss Jamaica 2015 ini berhasil masuk
ke Top 5 Miss World 2015. Apa hal spesial dari perempuan yang berprofesi
sebagai seorang dokter ini? Tengok rambutnya.
Foto: Sanneta Myrie - Miss Jamaica 2015
(MissWorld.com)
Seperti dilansir dari situs Cosmpolitan, Sanneta
adalah perempuan pertama dengan rambut dreadlocks di kompetisi Miss World. Ini
dianggap sebagai satu hal berharga yang menyajikan konsep kecantikan dalam
keberagaman – di fashion show Victoria’s Secret tahun ini ada Maria Borges, model dengan jenis rambut afro
alami. Sanneta tumbuh di area rural Jamaika. Sebagai komitmennya untuk menolong
sesama, Sanneta tergabung dalam `Doctors without Borders`, sebuah organisasi
yang menyediakan perawatan medis bagi orang-orang termarginalkan di seluruh
dunia. Sanneta menyukai dan bangga dengan budaya bangsanya, mulai dari musik
reggae hingga sajian kuliner ikan segar. Ia juga merupakan volunter di
University of the West Indies sebagai konselor.***
- Kompilasi Lifestyle
- Kompilasi
- Miss Spain 2015
- Miss Jamaica 2015
- Miss Canada 2015
- Maria Harfanti
- Miss Indonesia 2015
- Miss Indonesia
- Miss World 2015
- Miss Worl
No comments:
Post a Comment