Dari Minyak Jarak Hingga “Byar Pet”
INDRAMAYU – Ki Tarpi (81), memang sudah kerempeng dan tubuhnya semakin lemah termakan usia. Namun lelaki tua itu masih ingat betul betapa sengsaranya ketika belum ada lampu listrik. “Kalau mau agak terang, saya menggulung kain nilon bekas sebagai sumbunya, pakai kaleng bekas atau seng yang dibentuk mirip botol, disulur dengan api baru menyala, dan terasa agak terang jika malam hari. Hidungku ini sampai banyak asapnya dan kotor,” kenang Ki Tarpi (81), warga Desa Panyindangan Wetan, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat.
Menurutnya, saat itu minyak tanah belum ada. Yang paling sengsara malah pada jaman penjajahan Jepang di Indramayu sekitar tahun 1943. “Kalau malam gelap gulita. Rakyat dicekam ketakutan menyalakan lampu di malam hari. Pakaian pun terbuat dari karung goni karena kejamnya tentara Jepang kepada rakyat Indramayu pada saat itu,” ujarnya.
Kondisi “kegelapan” yang diderita masyarakat Indramayu diamini Karwan (76), mantan pejuang Angkatan’45 yang pernah bergabung dengan Barisan Tentara Rakyat dalam melawan keganasan invasi pasukan beladiri Jepang. “Saat itu belum ada listrik. Sekarang jaman sudah maju, dan listrik telah menjangkau ke pelosok pedesaan,” ungkap warga yang sekampung dengan Ki Tarpi itu.
Ironisnya, jejak kelistrikan masa lalu nyaris sirna. Tihang-tihang listrik yang terbuat dari kayu besi ketika itu, namun kini sudah pada lenyap. Pihak Perusahaan Listrik Negara (PLN), tampaknya belum memiliki koleksi tihang listrik kayu, meski foto-fotonya masih tersimpan hingga kini.
Yang ada sekarang, beberapa batang tihang listrik yang terbuat dari besi sisa peninggalan penjajahan Jepang dan Belanda pada tahun 1940-an. Itu pun kondisinya kini sangat memperihatinkan, karena sudah termakan usia. Kalau sekarang umumnya sudah berganti model dengan menggunakan tihang beton, terbuat dari adukan semen, pasir, dan sirtu dirakit bersama rangkaian besi yang di cor.
Jejak tihang listrik besi kuno itu, masih terlihat dan berdiri di seputar perkotaan Kabupaten Indramayu. Seperti di pojok Kantor Dinas pengelolaan Sumber Daya Air, Pertambangan dan Energi (dulu Dinas PU Pengairan) Kabupaten Indramayu. Sejumlah tihang besi lainnya tersebar di sejumlah ruas jalan sekitar perkotaan Kota Mangga itu, seperti di Jalan Wiralodra Indramayu, Blok Sekober, Karanganyar, Karangturi, dan wilayah Kecamatan Sindang, Indramayu, serta Balongan.
Keberadaan tihang-tihang listrik kuno, tampaknya semakin memperjelas sejarah perkembangan kelistrikan di Kabupaten Indramayu, yakni dari jaman cempor, dan kini era “byar pet” karena adanya listrik. (Satim)***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar