Wednesday, June 3, 2009

Perjalanan Karier Dokter Cantik dan Profesional

Pasien pun Jatuh Cinta

Rosa Rai Djalal. Ah, dokter gigi ini pintar, cantik, dan enak sekali diajak ngobrol. Pantas saja, beberapa pasiennya sampai jatuh cinta dan mengiriminya bunga setiap hari selama berbulan-bulan.

Oleh : BUDI SUWARNA DAN PUTU FAJAR ARCANA

Saya sampai bingung, setiap hari pasien saya itu me­ngirim buket bunga besar-besar. Setiap hari, dia minta saya merawat giginya," ujar Rosa diikuti tawa renyah.

Terang saja Rosa tidak mau melayani pasien macam begini. Suatu kali, Rosa bahkan minta petugas satpam di rumah sakit tempat dia bertugas untuk mengawalnya dari kejaran pasien yang lagi kasmaran itu.

Di lain waktu, seorang bocah usia delapan tahun yang menjadi pasiennya juga kepincut kecan­tikan Rosa. Setiap hari, bocah itu minta diantar mamanya berobat ke Rosa. Setiap bertemu Rosa, bocah itu memandangnya le­kat-lekat.

"Suatu ketika mama bocah itu bilang ke saya,”Bu dokter, anak saya mungkin jatuh cinta sama ibu”. Saya tertawa. Kok bisa ya anak kecil jatuh cinta," tutur Ro­sa.

Itu kisah Rosa ketika masih bujangan dan praktik di Rumah Sakit Mitra Internasional, Jati­negara, Jakarta. Sekarang, Bu Dokter Rosa telah menjadi istri Dino Patti Djalal-diplomat yang menjadi Juru Bicara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Apakah Dino juga jatuh cinta kepada Rosa setelah giginya dia rawat ? Rosa tertawa mendengar pertanyaan itu. "Dino itu enggak pernah mau saya periksa giginya.”

Katanya, “Nanti kamu ilfil (ilang feeling) sama saya”. Padahal, gigi dia itu bagus lho," kata Rosa ketika ditemui, Kamis (28/5) di Rays International Dental Clinic di Jalan Brawijaya VIII Nomor 2, Jakarta Selatan.

Rosa bercerita, dia bertemu dengan Dino karena dikenalkan temannya yang bekerja sebagai diplomat. Setelah satu bulan ke­nal, Rosa langsung dilamar Dino. "Saya kaget juga, kok tiba-tiba dia ngajak nikah. Karena dia serius, saya pun shalat minta petunjuk Allah. Akhirnya, hati saya mantap untuk menikah dengan Dino. Ka­mi menikah bulan Juli 2004 de­ngan saksi Pak SBY (Presiden Susilo Bambang Yudhoyono)."

Dunia Rosa pun berubah. Se­hari-hari, dia tidak lagi "hanya" mengurusi gigi. Sebagai istri dip­lomat, dia harus bisa masuk ke dalam pergaulan internasional. Hampir setiap hari, Rosa meng­hadiri acara jamuan makan resmi yang diadakan diplomat dari ne­geri asing.

"Meski agak keblenger, saya tetap datang. Prinsipnya di dunia diplomasi kan jika kamu men­datangi, kamu akan didatangi. Ja­di balas-balasan gitu," tambah­nya.

Bagaimana rasanya? "Ah, ca­pek, tapi sangat menyenangkan. Saya jadi punya banyak peng­alaman dan teman," katanya.

Dokter PTT

Rosa lulus dari Fakultas Ke­dokteran Gigi Universitas Indo­nesia pada Januari 1997. Dia me­mulai kariernya sebagai dokter gigi di Rumah Sakit Mitra In­ternasional. Setelah itu, dia mengikuti program dokter pe­gawai tidak tetap (PTT) di Pulau Kelapa, Kepulauan Seribu, Ja­karta, yang dapat dijangkau pe­rahu klotok selama lima jam dari Teluk Jakarta.

Perjalanan itu selalu dia ke­nang. Mengapa? Karena di dalam perahu, orang secantik Rosa ha­rus rela berdampingan dengan barang belanjaan penumpang la­in, mulai sayur-mayur, ayam, dan kambing. "Selama dua tahun saya bolak-balik Jakarta-Pulau Kela­pa. Pernah perahu yang saya tumpangi diombang-ambing om­bak setinggi tiga meter. Saya pikir mati deh," katanya.

Seperti dokter di daerah ter­pencil lainnya, Rosa mendapat pengalaman-pengalaman unik. Masyarakat di sana, katanya, menganggap semua dokter, ter­masuk dokter gigi bisa me­nyembuhkan semua penyakit. "Kadang saya harus membantu sunatan," ujarnya sambil terta­wa.

Hah, dokter gigi menyunat orang ? Modelnya bisa tak ke­ruan?. "Enggak, saya cuma ban­tu-bantu saja kok. Yang menyunat dokter lain. Kalau saya yang menyunat, bisa gawat ha-ha-ha," balas Rosa diikuti tawa berde­rai-derai.

Buat Rosa, pengalaman seba­gai dokter PTT adalah penga­laman penting dalam hidupnya. "Selama di Pulau Kelapa saya sadar, saya bukan siapa-siapa. Sa­ya juga merasakan makna ke­setiakawanan dan rasa to­long-menolong dalam wujud pa­ling nyata."

Saat ini, Rosa bersama tiga temannya mengelola Rays In­ternational Dental Clinic yang melayani perawatan, rehabilitasi, dan kecantikan gigi. "Kalau ingin punya gigi yang rapi dan senyum manis datang saja ke sini," ka­tanya berpromosi.

Kontes-kontesan

Perempuan blasteran Bu­gis-Banten ini mengaku dirinya orang yang aktif. Tidak heran jika kegiatannya seabrek-abrek sejak masih lajang. Ketika duduk di bangku SMA, Rosa sempat ter­pilih sebagai anggota Paskibraka tahun 1990.

Selepas SMA, dia mengikuti beberapa kontes kecantikan, se­perti pemilihan Abang-None Ja­karta tahun 1993, Putri Indonesia tahun 1995, dan Miss World Uni­versity tahun 1995. Di ajang Abang-None Jakarta, dia menya­bet Juara III. Waktu itu juara satunya Maudy Koesnadi.

Di ajang Putri Indonesia, dia meraih Runner Up I dan di Miss World University di Korea Se­latan, Rosa masuk lima besar dunia model iklan.

Rosa mengaku, dirinya dididik ayahnya dengan bekal agama yang kuat. "Sejak umur dua ta­hun, saya sudah diajar mengaji. Kalau salah baca, tangan saya dipukul kayu kecil," kenang­nya.

Di sisi lain, dia merasa kedua orangtuanya sangat demokratis. Mereka, kata Rosa, tidak pernah memaksa shalat atau belajar. "Beliau cuma bilang, ’Kalau ingin masuk surga, kamu shalat. Kalau ingin berhasil, belajar yang te­kun’. Itu saya ikuti sampai se­karang."

Karena sikap demokratis itu­lah, ayahnya tidak melarang Rosa mengikuti kontes-kontes perempuan ayu. "Buat ayah saya, selama itu ada nilai ke­baikannya, saya boleh ikut," tam­bah Rosa.

Pengalaman mengikuti kon­tes-kontes kecantikan itu, Rosa rasakan manfaatnya ketika dia memasuki dunia diplomat. "Saya jadi lebih percaya diri," tambah­nya. Sementara itu, gemblengan selama mengikuti karantina Pas­kibraka membuat Rosa menjadi lebih disiplin.

"Semua ada manfaatnya Al­hamdulillah, dunia saya sangat berwarna. Ada dunia gigi, dunia istana, dunia diplomat, dunia ke­cantikan, dan dunia Paskibraka," ujar Rosa menutup bincang-bin­cang di siang yang gerah itu.

Tentang Rosa

• Nama : Rosa Rai Djalal

• Lahir :

Ujung Pandang, 5 Januari 1975

• Suami : Dino Patti Djalal

• Anak :

- Alexa Saraswati Djalal

- Keanu Dwibuwana Djalal - Chloe Ramadhanya Djalal

• Pendidikan :

- Dokter Gigi dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1992-1997

- Esthetic Dentistry New York University, AS, 2003-2004 - Program Magister Adminis­trasi Rumah Sakit, 2001-2003

• Karier :

- Dokter Gigi di RS Mitra In­ternasional Jatinegara, Ja­karta Timur, 1997-2007

- Dokter Gigi di Puskesmas Pulau Kelapa, Kepulauan Seribu, 1999-2001

- Dokter Gigi clan Pendiri Lo­kartha Dental Clinic, 2003-2008

- Dokter Gigi dan Pendiri Rays International Dental Clinic, 2009

• Kegiatan :

- Pengurus Mutumanikam Nusantara Indonesia

- Salah satu pendiri Perhim­punan KebayakU

- Ketua Yayasan AI Hamid yang bergerak di bidang pendidikan dan sosial

- Dewan Pengurus Indonesia Tersenyum

- Dharma Wanita Deplu clan Istana

- Anggota Modernisator Group

- Berpartisipasi dalam Diplo­matic Circle

• Pengalaman :

- Paskibraka 1990

- Abang None Jakarta (Juara III)

- Putri Indonesia 1995 (Run­ner Up I)

- Miss World University (masuk lima besar dan terpilih sebagai Miss Fashion).

NILAI KELUARGA

Telepon dari Presiden

Rosa merasa tidak kikuk masuk ke dalam lingkung­an Istana Negara yang ser­ba formal dan serba diatur pro­tokoler. Pasalnya, menurut Rosa, Presiden SBY sangat peduli de­ngan keluarga orang-orang di se­kitarnya.

Dia bercerita, ketika dia ulang tahun pada 5 Januari 2005, su­aminya, Dino, berjanji akan ikut merayakannya dengan makan malam bersama. Ternyata, hari itu Dino tidak bisa datang karena ada tugas mendadak di Istana. "Saya pikir ya sudah, mau ba­gaimana lagi."

Tiba-tiba, sekitar pukul 23.00, Presiden menelepon dan me­minta maaf karena Dino masih harus bekerja di Istana pada hari spesial tersebut. Selanjutnya, Presiden mengucapkan selamat ulang tahun dan mendoakan Ro­sa.

Tidak berhenti sampai di situ, menteri-menteri yang ada di Is­tana ketika itu juga bergantian mengucapkan selamat ulang ta­hun kepada Rosa. "Wah, saya enggak bisa ngomong apa-apa. Saya kaget dapat telepon dan ucapan selamat ulang tahun dari Presiden dan para menteri, pa­dahal saya ini siapa," katanya.

Dari pengalaman itu, Rosa me­lihat, orang-orang di Istana ter­nyata menganut nilai-nilai ke­keluargaan yang besar. Itu se­babnya Rosa tidak canggung hampir setiap hari datang ke Is­tana untuk mengantar ketiga anaknya bertemu Dino.

"Suami saya itu sibuk. Tapi, saya usahakan anak-anak saya bisa bertemu ayahnya setiap hari meski hanya satu jam. Setiap sore biasanya saya membawa anak-anak ke Istana untuk me­nemui ayahnya di sela-sela kerja. Jika Dino sedang tidak sibuk, kami pulang bareng dari Istana," ujarnya.

Karena sering datang ke Is­tana, lanjut Rosa, anggota Pas­pampres dan wartawan yang bi­asa meliput acara Istana sudah hafal dengan keberadaan dirinya. "Mereka baik-baik, Iho," kata­nya.

Apa sih peran seorang istri yang bekerja di Istana ? "Sebagai istri, saya pasti mendukung pe­nuh pekerjaan suami saya se­bagai juru bicara kepresidenan." Bentuknya bagaimana?

"Kalau Dino ada masalah, dia pasti telepon saya sekadar curhat. Yah, laki-laki itu sudah senang kalau curhatnya didengar, ha-ha-ha. Makanya, kalaupun ada pasien, pasti saya tunda du­lu," ujarnya.

Rosa juga aktif di lembaga nir­laba Mutumanikam Nusantara yang diprakarsai Ibu Ani Yud­hoyono. Di yayasan yang ber­gerak untuk pengembangan in­dustri kreatif itu, Rosa bertugas di unit pengembangan dan pe­masaran produk.

"Selain itu, pastinya saya aktif di Dharma Wanita," kata Rosa. (RSW/CAN)

Source : KOMPAS, Minggu, 31 Mei 2009


No comments:

Post a Comment