Jumat, 07 Mei 2010

Pengelolaan Museum Harus Libatkan Kaum Muda

MUSEUM

Libatkan Kaum Muda dalam Pengelolaan

DENPASAR - Di tengah arus derasnya perubahan zaman, paradigma pengelolaan museum di Tanah Air tidak berubah, lambat, sekaligus miskin inovasi. Pelibatan kaum muda sebagai target dan tester pasar dapat menjadi terobosan dalam pengelolaan museum.

Kreativitas dan spontanitas kaum muda diharapkan dapat membantu pengelola yang telah mapan untuk mempunyai cara pandang baru tentang museum. Hal itu mengemuka dalam seminar internasional bertajuk ”Paradigma Baru dan Manajemen Museum” yang digelar Asosiasi Museum Indonesia bekerja sama dengan Museum Nasional Indonesia di Sanur, Denpasar, Bali, Kamis (6/5). Seminar yang berlangsung hingga Minggu itu dihadiri pendiri, pengelola, ataupun pakar museum dari dalam dan luar negeri, seperti China dan Belanda.

Pemilik sekaligus pendiri Museum Lukisan Rudana, Nyoman Rudana, menyatakan, selama ini kaum muda hanya dilihat sebagai target pasar semata, tetapi tidak pernah dilihat lebih jauh, secara teliti, sekaligus detail tentang keinginan mereka ketika ke museum. Terdapat ”jarak” antara pengunjung museum dengan isi ataupun tampilan museum.

”Selama ini kita kira mereka puas dengan layanan, koleksi, dan tampilan museum. Kondisi itu mengecoh karena kita hanya melihat dari satu sisi. Itu pun berdasarkan asumsi belaka. Hal ini tak boleh berlanjut,” kata Rudana.

Menurut dia, pelibatan kaum muda dalam pengelolaan museum adalah keharusan. Soal cara ataupun metode, diserahkan pada pengelola masing-masing, baik swasta maupun pemerintah, dengan melihat kondisi dan sumber daya yang tersedia. Hal itu sudah dilakukan di Museum Rudana secara terbatas. Respons komunitas setempat cukup baik.

Mendesak revitalisasi

Direktur Jenderal Sejarah dan Purbakala Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Hari Untoro Dradjat menyatakan, revitalisasi museum mendesak dilakukan agar museum mampu mewujudkan fungsi dan misinya secara lebih kontekstual. Namun, hal itu masih menghadapi kendala pada sektor sumber daya manusia.

”Basis utama pendukung keberadaan museum adalah sumber daya manusia yang profesional dari berbagai disiplin ilmu. Mereka bertugas sebagai tenaga kurator, konservasi, dan tenaga tata letak yang mengatur benda koleksi dalam ruang pamer museum. Kapabilitasnya harus ditingkatkan,” kata Hari.

Selain sumber daya manusia, menurut Hari, aspek lain yang harus direvitalisasi, antara lain, adalah bangunan fisik museum, pengelolaan sumber daya manusia, koleksi museum, membangun jejaring komunitas, kebijakan, serta pemasaran. (BEN/Kompas)***

Source : Kompas, Jumat, 7 Mei 2010 | 04:31 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar