Pengajaran Matematika Salah Konsep
BANDUNG - Pengajaran Matematika di Tanah Air saat ini dinilai tidak relevan dengan tren global. Pendidikan di Indonesia masih bertumpu pada aspek kognisi, bukan pemecahan masalah.
”Orientasi pendidikan di kita masih seperti di zaman penjajahan. Hanya bertumpu pada knowledge (aspek kognisi). Padahal, di banyak negara maju, Matematika diarahkan pada expert thinking yang mencakup kemampuan analisis, pemecahan masalah, dan keingintahuan,” tutur Iwan Pranoto, pakar Matematika dari Institut Teknologi Bandung di sela-sela acara diskusi yang diadakan Asosiasi Guru Matematika Indonesia, Rabu (20/1) di Bandung.
Lemahnya kemampuan kecerdasan yang lebih tinggi, yaitu pemecahan masalah pada siswa-siswa Indonesia ini, terlihat dari serangkaian tes Program for International Student Assesment (PISA) yang dilakukan Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD).
”Tes ini mengukur kemampuan siswa-siswa umur 15 tahun untuk menghadapi tantangan hidup pada abad ke-21. Hasilnya, sangat mengecewakan untuk Indonesia. Padahal, kita sudah mengadopsi PISA,” ungkapnya.
Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan apa yang juga disampaikan Ahmad Muchlis, dosen Matematika ITB lainnya. Menurut pembimbing Olimpiade Matematika ini, sebuah survei internasional menyebutkan bahwa siswa Indonesia sebetulnya sulit mengejar standar yang baik dalam kemampuan Matematika.
”Tahun 2007, sebanyak 52 persen (yang disurvei) berada di kategori terendah, lower quarter. Hal ini berarti sisanya tidak mencapai standar yang terendah sekalipun,” ujarnya.
Kalaupun ada yang berprestasi misalnya di ajang olimpiade, itu tidak mewakili kondisi keseluruhan siswa di Tanah Air.
”Ini hanya gincu yang coba digembor-gemborkan pemerintah. Seolah dijadikan cermin keberhasilan pendidikan,” ujarnya.
Menurut Didi Suryadi, dosen program studi Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia, praktik pendidikan di Tanah Air seolah telah melawan arus global.
Di banyak negara maju, seperti Singapura, pendidikan sains, khususnya Matematika, diarahkan untuk dapat membekali siswa dengan kemampuan pemecahan masalah. (JON)***
Source : Kompas, Kamis, 21 Januari 2010 | 03:08 WIB
No comments:
Post a Comment