15 Januari, Gerhana Matahari Terlama
BANDUNG - Gerhana Matahari cincin terlama di milenium ini akan terjadi Jumat (15/1) sore. Gerhana yang diperkirakan berlangsung 11 menit 8 detik ini akan melewati Afrika bagian tengah, Samudra Hindia, dan sebagian wilayah Indonesia.
Clara Yatini, Kepala Bidang Matahari dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Rabu (13/1), mengatakan, di Indonesia, gerhana ini hanya terlihat parsial atau sebagian saja. ”Di bawah 10 persen. Kecuali, di Aceh yang mungkin bisa 50 persen,” tuturnya. Gerhana bisa dilihat di Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan, dan sebagian Sulawesi.
Proses gerhana yang dimulai dengan masuknya bayang-bayang Bulan di permukaan Bumi akan dimulai pukul 14.39 WIB. Puncak gerhana terjadi pada 15.55 WIB. ”Prosesnya berlangsung sekitar 1,5 jam,” ujarnya.
Gerhana Matahari dengan durasi lebih dari 11 menit baru akan terjadi lagi pada 1.033 tahun kemudian pada tahun 3043. Gerhana Matahari yang lebih lama terjadi pada tahun 1992, yaitu dengan durasi 11 menit 41 detik.
Titik maksimum gerhana akan terjadi di Samudra Hindia. Masyarakat di Afrika tengah, Kenya, China, dan Myanmar bisa melihat fase gerhana cincin. Total jalur penumbra gerhana mencapai 333 kilometer.
Di Observatorium Bosscha fenomena ini bisa dilihat menggunakan empat teleskop dan satu alat peneropong surya. Menurut Peneliti Observatorium Bosscha Mochamad Irfan, teleskop yang akan dipakai adalah Unitron dan tiga teleskop Coronado.
Juga akan digunakan coleostat, cermin yang mengikuti gerakan Matahari untuk mendapat proyeksi citra ataupun spektrum.
Irfan berharap penggunaan teleskop dan alat peneropongan surya ini bisa dimanfaatkan dengan baik. Bagi mereka yang tidak bisa melihatnya, ada program simulasi Stellarium 0.10.2. Di sana bisa dilihat waktu dan bagaimana posisi Matahari dan Bulan. Penghitungannya dikatakan cukup akurat karena sesuai dengan kalkulasi Badan Penerbangan dam Antariksa Amerika Serikat.
Peneliti fisika matahari, Dhani Herdiwijaya, berharap agar masyarakat bisa menyaksikan proses gerhana tanpa perlu takut merusak mata. ”Tapi jangan melihatnya langsung dengan mata telanjang. Melihat Matahari di hari biasa saja, tentu bisa merusak mata,” katanya. (jon/che)***
Source : Kompas, Kamis, 14 Januari 2010 | 03:19 WIB
No comments:
Post a Comment