Menyemarakkan peresmian pembangunan kembali sanggar seninya, penari sekaligus Ketua Sanggar Mulya Bhakti Wangi Indriya (48) menari sambil dilukis rekannya, pelukis Syayidin (41). (Foto : Mulya Bhakti)***
SENI PANTURA
Mulya Bhakti Menjadi Pusat Seni
INDRAMAYU - Sanggar Mulya Bhakti di Desa Tambi, Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, kini lebih hidup dan menjadi pusat aktivitas seni para seniman Indramayu. Seusai diresmikan, Kamis (19/11) siang, para seniman dan budayawan pada malam harinya meramaikan dengan pertunjukan seni.
Bupati Indramayu Irianto MS Syafiuddin meresmikan sanggar didampingi General Manager Humas Kompas Gramedia Nugroho F Yudho serta pemilik Sanggar Mulya Bhakti, Taham. Renovasi Sanggar dibiayai Dana Kemanusiaan Kompas, yaitu sumbangan dari pembaca Kompas senilai Rp 600 juta.
Bupati Indramayu menyambut baik pembangunan Sanggar Mulya Bhakti yang berdiri sejak tahun 1983 karena bisa membantu proses pelestarian budaya. ”Tahun 2000 saat akan mencalonkan diri sebagai bupati, saya sudah sadar bahwa budaya lokal mulai ditinggalkan masyarakat. Jika tidak dilestarikan, akan punah,” kata Irianto.
Dia meminta kepada pengelola sanggar agar mendorong generasi muda belajar seni dan budaya tradisional. Untuk mendukung aktivitas para seniman dan budayawan, Pemkab Indramayu telah membangun gedung baru bagi Dewan Kesenian Indramayu.
Wangi Indriya, Ketua Sanggar Mulya Bhakti, berencana mengadakan kegiatan dan acara kesenian yang melibatkan para seniman dan budayawan secara rutin. Kegiatan yang diberi nama Midang Sore itu akan gelar pada tanggal tujuh setiap bulan.
Sejumlah seniman Indramayu, seperti Ucha M Sarna, Sudibyo, Yudo, pelukis Alfin dan Azis, Hadi serta D Wardana, berpartisipasi mengisi pentas perdana Midang Sore, Kamis. Mereka menampilkan kesenian yang jarang ditampilkan, misalnya gurit dermayon, macapatan, dan tari, seperti bajidor kahot. Midang Sore juga diisi simfoni kelana gandrung, kolaborasi piano dan suling, serta pemutaran film pendek.
Syayidin, Ketua Dewan Kesenian Indramayu, menyatakan, para seniman ingin menyumbangkan kepiawaian mereka sebagai bentuk apresiasi terhadap Sanggar Mulya Bhakti. Selama ini sanggar itu banyak berperan dalam bidang pelestarian budaya. ”Hanya itu yang bisa kami sumbangkan kepada sanggar,” katanya.
Selama ini sanggar Mulya Bhakti menjadi pusat pendidikan kesenian nonformal. Jumlah siswa yang aktif berlatih di sanggar saat ini sekitar 150 anak dari tingkat taman kanak-kanak hingga SMA. Untuk tari, para siswa dipungut biaya Rp 5.000 sekali datang, tetapi untuk belajar karawitan, pedalangan, macapatan, pembuatan kedok, lukis kaca, dan ukir tidak dipungut biaya.
Menurut Kepala Sekolah SD Negeri Tambi I Suwardi, sanggar adalah wadah budaya yang melengkapi kebutuhan berkesenian murid-muridnya. Sejak dua tahun lalu, siswa kelas I hingga VI belajar menari dan bermain gamelan di sanggar itu. (NIT/THT) ***
Source : Kompas, Jumat, 20 November 2009 | 03:36 WIB
Bupati Indramayu Irianto MS Syafiuddin meresmikan sanggar didampingi General Manager Humas Kompas Gramedia Nugroho F Yudho serta pemilik Sanggar Mulya Bhakti, Taham. Renovasi Sanggar dibiayai Dana Kemanusiaan Kompas, yaitu sumbangan dari pembaca Kompas senilai Rp 600 juta.
Bupati Indramayu menyambut baik pembangunan Sanggar Mulya Bhakti yang berdiri sejak tahun 1983 karena bisa membantu proses pelestarian budaya. ”Tahun 2000 saat akan mencalonkan diri sebagai bupati, saya sudah sadar bahwa budaya lokal mulai ditinggalkan masyarakat. Jika tidak dilestarikan, akan punah,” kata Irianto.
Dia meminta kepada pengelola sanggar agar mendorong generasi muda belajar seni dan budaya tradisional. Untuk mendukung aktivitas para seniman dan budayawan, Pemkab Indramayu telah membangun gedung baru bagi Dewan Kesenian Indramayu.
Wangi Indriya, Ketua Sanggar Mulya Bhakti, berencana mengadakan kegiatan dan acara kesenian yang melibatkan para seniman dan budayawan secara rutin. Kegiatan yang diberi nama Midang Sore itu akan gelar pada tanggal tujuh setiap bulan.
Sejumlah seniman Indramayu, seperti Ucha M Sarna, Sudibyo, Yudo, pelukis Alfin dan Azis, Hadi serta D Wardana, berpartisipasi mengisi pentas perdana Midang Sore, Kamis. Mereka menampilkan kesenian yang jarang ditampilkan, misalnya gurit dermayon, macapatan, dan tari, seperti bajidor kahot. Midang Sore juga diisi simfoni kelana gandrung, kolaborasi piano dan suling, serta pemutaran film pendek.
Syayidin, Ketua Dewan Kesenian Indramayu, menyatakan, para seniman ingin menyumbangkan kepiawaian mereka sebagai bentuk apresiasi terhadap Sanggar Mulya Bhakti. Selama ini sanggar itu banyak berperan dalam bidang pelestarian budaya. ”Hanya itu yang bisa kami sumbangkan kepada sanggar,” katanya.
Selama ini sanggar Mulya Bhakti menjadi pusat pendidikan kesenian nonformal. Jumlah siswa yang aktif berlatih di sanggar saat ini sekitar 150 anak dari tingkat taman kanak-kanak hingga SMA. Untuk tari, para siswa dipungut biaya Rp 5.000 sekali datang, tetapi untuk belajar karawitan, pedalangan, macapatan, pembuatan kedok, lukis kaca, dan ukir tidak dipungut biaya.
Menurut Kepala Sekolah SD Negeri Tambi I Suwardi, sanggar adalah wadah budaya yang melengkapi kebutuhan berkesenian murid-muridnya. Sejak dua tahun lalu, siswa kelas I hingga VI belajar menari dan bermain gamelan di sanggar itu. (NIT/THT) ***
Source : Kompas, Jumat, 20 November 2009 | 03:36 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar