Luas Hutan Terbakar Meningkat Tajam
MADIUN - Areal hutan yang terbakar di Kesatuan Pemangkuan Hutan Lawu, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, meningkat tajam dibandingkan tahun lalu. Penyebab peningkatan itu antara lain kemarau panjang disertai angin kencang serta suhu udara yang panas.
Berdasarkan data KPH Lawu, luas hutan yang terbakar dari awal tahun 2009 hingga Oktober 2009 mencapai 2.136 hektar. Kerugian ditaksir Rp 453 juta. Total luas hutan di KPH Lawu 54.000 hektar. Tahun 2008, luas hutan yang terbakar hanya 96 hektar dan tahun 2007 ada 113 hektar.
Wakil Administratur KPH Lawu Mamun Mulyadi mengatakan, faktor cuaca yang ekstrem hanya faktor pendukung. Penyebab utamanya adalah faktor manusia.
”Mereka membuang puntung rokok sembarangan di kawasan hutan. Adapun penyebab kebakaran hutan di Gunung Lawu akhir September adalah balon udara yang diterbangkan di dekat hutan, kemudian jatuh di hutan dan membakar lereng Gunung Lawu,” kata Mamun, Selasa (10/11) di Madiun.
Padahal, merehabilitasi hutan yang terbakar butuh biaya besar dan waktu lama. Rehabilitasi hutan yang rusak perlu Rp 1,5 juta per hektar. Waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan fungsi hutan setelah bibit pohon ditanam sedikitnya lima tahun.
Dalam kurun waktu rehabilitasi, manusia dihadapkan pada ancaman longsor dan banjir akibat rusaknya hutan.
Ancaman longsor juga mengintai kawasan yang terbakar di lereng Gunung Welirang, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur,
Camat Pacet Ardi Sepdianto mengatakan telah mulai berkoordinasi dengan 20 kepala desa di kecamatan itu untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana longsor.
”Dari 20 kepala desa, dikumpulkan data secara umum mengenai keadaan lingkungan,” kata Ardi. Data itu akan digunakan sebagai dasar untuk kegiatan antisipasi bencana longsor yang kemungkinan besar akan terjadi jika hujan deras turun.
Mata air terancam
Kebakaran hutan di lereng Gunung Arjuno di Kabupaten Malang dan Pasuruan mengancam keberlangsungan mata air.
Menurut Kepala Taman Hutan Raya (Tahura) R Soerjo Maryono, di wilayah tahura itu, mulai dari Jombang, Mojokerto, Malang, hingga Pasuruan, terdapat sedikitnya 164 mata air. ”Jika terus terjadi kebakaran hutan, keberlangsungan mata-mata air ini bisa terancam karena air sulit meresap ke dalam tanah,” katanya.
Luas total hutan yang terbakar di lereng Arjuno wilayah Malang dan Pasuruan sejak Juli 2008 hingga November 2009 mencapai 600 hektar. ”Lahan yang terbakar tahun ini terluas (dibandingkan sebelumnya),” ujar Maryono.
Penyebab kebakaran, menurut Maryono, terutama akibat kelalaian manusia. Wilayah tahura terbuka untuk wisata alam, seperti pendakian, termasuk perburuan dan pencarian rumput.
Untuk mencegah kebakaran terjadi lagi, Maryono mengatakan akan membangun pos penjagaan di beberapa titik kontrol pendakian. Selain itu, juga akan dibangun tandon air.
”Tandon air efektif untuk memadamkan api. Sebab selama ini pemadaman api dilakukan secara manual dengan memukul-mukul sumber api. Kalau ada angin, masih ada kemungkinan api akan kembali menyala,” katanya. (APA/INK/DIA)***
Source : Kompas, Rabu, 11 November 2009 | 03:04 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar