IMIGRAN
Wajah Asia di Selandia Baru
Oleh : Ida Setyorini
Tahun 2002, The National Business Review-HP Invest mengadakan jajak pendapat terhadap 750 warga Selandia Baru tentang imigran asal Asia. Hasilnya, 45 persen menyatakan terlalu banyak imigran Asia, 44 persen berpendapat jumlah imigran Asia sudah cukup, dan 5 persen menilai jumlahnya masih sangat sedikit. Namun, mengenai penduduk asal Timur Tengah, Australia, kepulauan di Pasifik, Afrika Selatan, dan Inggris, mayoritas berpendapat jumlah mereka sudah tepat.
Berdasarkan data Biro Statistik Selandia Baru tahun 2006, dari sekitar 4 juta penduduk Negeri Kiwi tersebut, sebanyak 3,21 jiwa adalah warga Eropa atau keturunan Eropa, 624.000 jiwa Maori, 404.000 jiwa Asia, dan 302.000 jiwa penduduk asal Pasifik. Biro tersebut memprediksi pertumbuhan populasi orang Asia di Selandia Baru bakal lebih tinggi ketimbang penduduk lainnya.
Diperkirakan penduduk asal Asia di Selandia Baru akan bertambah 3,4 persen per tahun hingga 2026. Jumlah mereka diprediksi mencapai 790.000 jiwa pada tahun tersebut. Adapun pertumbuhan penduduk asli Maori sebesar 1,4 persen selama 20 tahun ke depan sehingga populasi mereka menjadi 820.000 jiwa pada 2026.
Pada periode yang sama, pertumbuhan penduduk Selandia Baru keturunan Eropa hanya bertambah 0,3 persen per tahun sehingga populasinya meningkat dari 3,21 juta jiwa menjadi 3,43 juta jiwa. Adapun pertumbuhan penduduk dari kepulauan di Samudra Pasifik 2,4 persen per tahun dan jumlahnya mencapai 480.000 pada tahun 2026.
Dari data Asia:NZ Foundation, pada tahun 1986-2006, jumlah penduduk Selandia Baru yang lahir di Asia bertambah tujuh kali lipat dari 32.685 jiwa menjadi 248.364 jiwa.
Dari sisi jumlah, penduduk asal Asia dan Maori tidak terlalu jauh berbeda. Namun, dengan tingginya pertumbuhan penduduk Asia, yakni 3,4 persen per tahun, populasi mereka kemungkinan bakal menggeser jumlah penduduk Maori.
Di Selandia Baru, istilah imigran mengacu kepada orang-orang yang lahir di luar negeri tersebut dan memasuki Selandia Baru melalui beberapa program keimigrasian. Program tersebut adalah berdasarkan keterampilan atau bisnis, sponsor keluarga, dan masalah kemanusiaan atau internasional.
Kategori keterampilan berarti imigran memiliki kualifikasi, pengalaman kerja, dan kematangan usia prospektif, sedangkan bisnis berarti orang yang berimigrasi ke Selandia Baru memiliki usaha dan berpengalaman berbisnis serta mampu membuka lapangan kerja baru di Negeri Kiwi.
Untuk kategori sponsor keluarga, calon imigran harus memiliki sponsor dari keluarga dekat mereka untuk mengajukan aplikasi menjadi warga Selandia Baru. Sementara untuk kategori kemanusiaan berarti imigran mengalami masalah kemanusiaan serius di negara asalnya dan ada penduduk Selandia Baru yang mau menjamin.
Berdasarkan data Biro Statistik Selandia Baru, ada 30 grup etnis Asia yang tinggal di Negeri Kiwi. Terbesar tentu saja China, diikuti India dan Korea. Etnis Asia lainnya adalah Thai, Filipina, Jepang, Sri Lanka, Melayu, Kamboja, dan Vietnam.
Kedatangan orang China, India, dan Korea bertambah besar setelah perubahan dalam Undang-Undang Keimigrasian Selandia Baru tahun 1986. Perubahan itu adalah membuka lebar pintu masuk bagi imigran, tanpa memandang rasnya, yang memiliki keahlian profesional dan modal untuk berinvestasi.
”Di Selandia Baru, populasi orang China dan India yang lahir di Asia meningkat 800 persen,” kata James Penn, Direktur Bisnis Asia:NZ Foundation. Asia:NZ Foundation adalah organisasi nonprofit yang dibangun tahun 1994 dengan tujuan memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang Asia kepada penduduk Selandia Baru.
Khusus untuk penduduk asal Kamboja dan Vietnam, secara besar-besaran mereka datang sebagai pengungsi pada tahun 1977-1992. Kini, kedatangan mereka karena mendapat sponsor dari keluarga yang sudah lebih dulu tiba di Selandia Baru.
Selain itu, orang-orang Asia juga datang ke Selandia Baru sebagai pelajar dan mahasiswa. Pada tahun 2001, dari total 52.700 pelajar yang membayar penuh untuk studi di negeri tersebut, 84 persennya berasal dari kawasan Asia. Jumlah terbesar berasal dari China, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan Thailand.
Tingginya pertumbuhan populasi orang-orang Asia di Selandia Baru sampai-sampai menimbulkan sentimen dan antiAsia. Banyak yang meminta agar pemerintah menutup pintu bagi imigran Asia karena mereka umumnya enggan berbaur dengan masyarakat lainnya.
”Jika terus membiarkan mereka masuk, akan membahayakan karena mereka tidak ingin berintegrasi. Semakin besar jumlahnya, semakin tinggi pula risikonya,” kata Deputi Pimpinan First Party Selandia Baru Peter Brown pada Maret 2008.
Bagi kaum imigran, Selandia Baru adalah negeri harapan, negeri yang menjanjikan kehidupan yang lebih baik. Dari segi luas negara, Selandia Baru menempati urutan ke-74 di dunia dengan 270.467 kilometer persegi. Lebih kecil ketimbang Filipina yang dua peringkat di atasnya dengan 300.000 kilometer persegi. Namun, jumlah penduduk Selandia Baru hanya sekitar 4 juta jiwa, jauh di bawah Filipina yang hampir 92 juta jiwa.
Data IMF
Pendapatan Domestik Bruto Selandia Baru pun bukan yang paling banyak di dunia. Berdasarkan data Dana Moneter Internasional (IMF) 2009, Selandia Baru menduduki peringkat ke-53 dengan pendapatan 109.563 miliar dollar AS, setingkat di bawah Kuwait yang 114.878 miliar dollar AS. Sementara dalam daftar Bank Dunia 2008, Selandia Baru ada di posisi ke-52 dengan 130.693 miliar dollar AS, setingkat di bawah Kazakhstan yang 132.229 miliar dollar AS. Berdasarkan data Asia:NZ Foundation 2008, PDB Selandia Baru adalah 116,6 miliar dollar AS di peringkat ke-60, hampir sama dengan Kuwait, Maroko, dan Slowakia.
Namun, dari segi pendapatan per kapita, Selandia Baru terbilang makmur. Menurut data IMF 2009, pendapatan per kapita Selandia Baru mencapai 30.030 dollar AS per tahun dan berada di urutan ke-28, setingkat di bawah Yunani yang 32.105 dollar AS per tahun. Sementara Bank Dunia menempatkan Selandia Baru di urutan ke-23 dengan 30.614 dollar AS per tahun.
Bagi orang-orang Asia, Selandia Baru adalah lahan subur untuk menuai asa dan menggantungkan masa depan. Banyaknya imigran dan turis asal Asia adalah peluang untuk membuka usaha. Itu sebabnya di kota besar, seperti Auckland, mudah sekali menemukan restoran bercita rasa Asia. Paling banyak tentu saja restoran Korea, China, India, dan Jepang. Di luar itu bertebaran restoran yang menjual hidangan Thai, Vietnam, Melayu, dan Timur Tengah.
Selain restoran, imigran Asia juga banyak yang membuka usaha toko kelontong, seperti minimarket serta butik pakaian dan sepatu. Bahkan, banyak pemilik toko penjual cendera mata khas Selandia Baru berasal dari Asia, terutama China. Maklum, banyak produk khas Selandia Baru ternyata buatan Negeri Tirai Bambu.
Letak Selandia Baru yang di Samudra Pasifik relatif terisolasi dari negara-negara lain. Australia yang terdekat dapat ditempuh dari Auckland dalam waktu dua jam penerbangan. Namun, negeri ini tetap memiliki magnet kuat bagi imigran, termasuk dari Asia. Di mata imigran, Selandia Baru adalah negeri harapan untuk merengkuh kehidupan yang lebih baik dan aman. Di mata Selandia Baru, Asia adalah pasar potensial yang menjanjikan bagi produk-produk mereka. Tanpa mengetahui kebiasaan orang Asia, Selandia Baru bakal kesulitan mengembangkan produknya. ***
Source : Kompas, Senin, 2 November 2009 | 02:38 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar