Wangi Indriya
Pantura Butuh Ajang untuk
Mengapresiasi Seni
INDRAMAYU - Para seniman dan budayawan di pantura, Jawa Barat, butuh ajang untuk mengapresiasikan seni dan tradisi mereka. Kini gelaran seni dan budaya makin terbatas seiring bergesernya orientasi masyarakat dari pertunjukan seni ke pertunjukan hiburan.
Penari topeng sekaligus pengasuh sanggar seni Mulya Bhakti di Indramayu, Wangi Indriya, menyatakan, ajang apresiasi berupa pementasan, festival, atau diskusi sangat dibutuhkan para seniman seperti dirinya. Apalagi, saat ini ia sedang melakukan regenerasi tari kepada para siswa.
”Anak-anak (siswa sanggar) perlu tahu kesenian di pantura itu bagaimana dan seperti apa. Dengan melihat pementasan, mereka bisa tahu seperti apa bentuk kesenian itu dan akan tertanam pada mereka hingga dewasa,” katanya, Kamis (12/11).
Selama ini, Wangi mengenalkan berbagai tradisi dan kesenian rakyat dengan mengajak anak- anak asuhnya melihat langsung pertunjukan terkait. Namun, seiring perkembangan zaman, pertunjukan seni dan tradisi jarang dipentaskan atau digelar.
Budayawan dari Indramayu, Supali Kasim, menambahkan, pertunjukan yang ada sebagian besar tidak murni lagi sebagai pertunjukan kesenian. Arahnya bergeser ke ranah hiburan.
Seni tarling (gitar dan suling), misalnya, sudah dimodifikasi dengan organ tunggal. Kelompok yang memegang teguh tarling klasik, jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Supali pernah mendapati seorang dalang di Cirebon terpaksa menghentikan lakon wayang karena menuruti permintaan penonton untuk memperpanjang hiburan dangdut.
Bupati Indramayu Irianto MS Syafiuddin saat bertemu Kompas, Rabu, mendukung adanya ajang apresiasi seni dan budaya pantura. Hal itu penting untuk memberi ruang bagi para seniman berekspresi, sekaligus media regenerasi bagi seniman muda.
Salah satu fokus Pemkab Indramayu adalah regenerasi tradisi dan budaya. Karena itu, ketika bertemu muka dengan Wangi Indriya, Rabu lalu, ia meminta anak-anak dididik dan dikenalkan seni dan tradisi lokal agar regenerasi berjalan.
Juru Bicara Keraton Kanoman Ratu Raja Arimbi Nurtina serta suaminya, Cheppy Iriawan, turut mendukung penggalian budaya masyarakat pantura, termasuk keraton. Ia berharap apresiasi seni dan budaya menghasilkan pula pemikiran yang bermanfaat bagi masyarakat. (NIT/THT)***
Source : Kompas, Jumat, 13 November 2009 | 03:22 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar