LEGENDA
Pasar Bangkir “Sor Baujan”
Selalu Ramai dan Rawan Macet
INDRAMAYU – “Narasi” sinden atau apa pun istilah lainnya dalam menyanyi yang mengiringi gamelan dari mulai kesenian wayang kulit, wayang golek, sandiwara (mars), tarling, sintren, dan sejumlah langgam kesenian daerah khas Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat, kadang berkali-kali harus memunculkan pantun (wangsalan) “Pasar Bangkir Sor Baujan, Kaniaya Nasibe si Badan (Pasar Bangkir di Bawah Pohon Baujan, Kasihan Nasibnya si Badan)”.
Tema pantun-pantun jenaka yang dipoles dalam nyanyian sinden (sebutan penyanyi yang mengiringi gamelan dalam suatu lakon), sudah bukan asing lagi jika menyebut “Pasar Bangkir Sor Baujan”. Meski belum diperoleh keterangan pasti, kapan istilah itu mulai dipopulerkan dan siapa penciptanya, namun sangat mengena di hati pemirsa, khususnya masyarakat Indramayu. Namun ada sederetan figur sinden “Dermayon” yang namanya populer dan tak pernah meninggalkan nyanyian berpantun “Pasar Bangkir Sor Baujan” itu, seperti Carinih, Dadang Darniyah, Jayana, Dariyah, dan Itih S.
Hingga kini, “Pasar Bangkir Sor Baujan” sudah memasyarakat dari generasi ke generasi. Apakah lagu berpantun itu merupakan cerita nyata atukah tidak, yang jelas, hingga kini, yang namanya Pasar Bangkir Kecamatan Lohbener, Kabupaten Indramayu sejak keberadaannya dulu sampai sekarang, memang berada di bawah pohon Baujan.
Pasar Bangkir yang lama, kini sudah dijadikan kawasan pemukiman warga setempat, dan berada di bawah jembatan Bangkir. Sedangkan Pasar Bangkir saat ini, berada menghadap jalan raya yang selalu padat arus lalu-lintas. Kondisinya rawan macet apabila sudah digelar hari pasaran, yakni hari Jumat. Julukan Pasar Bangkir sebagai “Pasar Tumpah” pun selalu terjadi di hari Jumat.
“Para pedagang menggelar dagangannya hingga ke tepi jalan raya, dan selalu memicu kemacetan arus lalu-lintas,” kata Ny. Nurhayati (45), seorang pemilik salah sebuah kios di Pasar Bangkir.
Bahkan, sehari menjelang Lebaranm situasi di sekitar Pasar Bangkir ramai dipadati pembeli, dan penjual yang meluber ke ruas jalan, sehingga arus mudik sempat tertahan belasan menit, karena kemacetan terjadi di sekitar “Pasar Sor Baujan” itu.
Sampai H+1 Idul Fitri tepatnya, Senin (21/9) sore, situasi di sekitar Pasar Bangkir masih ramai, meski tak sepadat hari-hari yang lalu. Bahkan pedagang sate Madura yang mangkal di tepi jalan Pasar Bangkir pun diserbu puluhan pembeli sampai antri. Sedangkan situasi lainnya, beberapa jenis angkutan “bajaj” yang bukan alat transportasi massal di Indramayu, ikut meramaikan arus mudik lebaran yang melintasi Pasar Bangkir.
Kendaraan roda tiga jenis bajaj yang merupakan angkutan umum di wilayah DKI Jakarta itu, dalam beberapa hari terakhir ini sebelum arus balik berlangsung, tampaknya akan banyak berkeliaran di wilayah Kabupaten Indramayu sebagai kendaraan yang mengundang perhatian kalangan anak-anak di Kota Mangga, karena di hari-hari biasa, anak-anak di Bumi Wiralodra Indramayu tidak akan menjumpai bajaj lagi, kecuali di hari-hari libur lebaran, khususnya Idul Fitri.
“Karena banyak warga Indramayu yang mencari nafkah di Ibukota Jakarta dengan menarik bajaj, seperti saya ini,” ujar Kodirin (56), warga yang bermukim di wilayah Kecamatan Arahan, Senin (21/9) sore. Dan Kodirin selalu mengenang Pasar Bangkir hingga kini, seperti langgam sinden “Pasar Bangkir Sor Baujan”. (Satim)*** Foto-Foto : Satim
No comments:
Post a Comment