Monday, October 19, 2009

Lestarikan Pusaka Hijau Dengan Pohon

CAGAR BUDAYA

Melestarikan Pusaka Hijau dengan Pohon

JAKARTA - Pusaka hijau berupa kekayaan hayati yang banyak tersimpan di Indonesia patut dilestarikan, salah satunya dengan cara menanam dan memelihara pohon. Tidak hanya itu, pusaka hijau itu juga menjadi identitas bangsa.

Direktur Jababeka Botanic Gardens Eka Budianta mengatakan, tiap pohon memiliki nilai sejarah dan sosial budaya yang melekat. Pohon disebut salah satu pusaka hijau karena tanaman memberikan keyakinan, motivasi, dan kehidupan bagi makhluk hidup. Bahkan, tanaman juga yang memberikan kebutuhan utama bagi manusia, yaitu oksigen dan air.

”Untuk menjadikan tanaman sebagai pusaka hijau, setiap orang harus memilih dan punya satu jenis tanaman yang paling disukai. Jika sudah suka, dia akan memahami manfaat dari tiap bagiannya,” kata Ari seusai temu wicara dalam Temu Pusaka 2009 di Jakarta, Sabtu (18/10).

Bukan hanya nilai sejarah, pohon juga kerap menjadi identitas suatu bangsa, misalnya pohon cedar yang menjadi simbol Lebanon, bunga sakura menjadi identitas Jepang, pohon kurma yang dibanggakan Irak, serta daun pohon maple merah yang terlukis di bendera Kanada. Demikian pula Indonesia, sebenarnya banyak tanaman yang bisa menjadi identitasnya, seperti pohon kelapa.

Rumah adat hilang

Akan tetapi, menurut Nirwono Joga, Koordinator Green Map Jakarta, yang ditekankan tidak sekadar menanam pohon, tetapi menjadikan pohon sebagai bagian dari kelangsungan hidup manusia. Sebab, dari pohon mampu menghasilkan rumah tradisional khas suatu daerah. Sayangnya, karena tidak ada pelestarian pohon yang bersifat lokal, rumah-rumah adat pun hilang.

Pelestarian pusaka hijau terkendala kesadaran masyarakat untuk mencintai lingkungan yang masih rendah. Demikian pula informasi dan buku-buku tentang jenis, fungsi, sejarah, serta manfaat tanaman minim, termasuk ahli tanamannya.

Ari mencontohkan, dengan menebang satu pohon, suhu udara di sekitar tebangan pohon itu akan meningkat 2-3 derajat Celsius. (THT)***

Source : Kompas, Senin, 19 Oktober 2009 | 03:43 WIB

No comments:

Post a Comment