CAGAR BUDAYA
Menara Sejarah Maritim Dikonservasi Tahun 2011
JAKARTA - Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta menilai Menara Syahbandar yang berada di kompleks Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta Utara, mendesak untuk dikonservasi. Namun, pemerintah baru akan memperbaiki bangunan berusia 170 tahun itu pada 2011.
Kepala Seksi Pengkajian dan Pengembangan Produk Budaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta Abd Rachem mengatakan hal itu di Jakarta, Rabu (7/10). Konservasi itu terkait dengan kondisi menara sejarah maritim yang memprihatinkan.
Berdasarkan hasil penelitian CV Lenggo Geni dan pengelola Museum Bahari-Menara Syahbandar tahun 2002, Menara Syahbandar miring 2,5 derajat. Penyebabnya adalah penurunan permukaan tanah.
Rachem mengemukakan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI telah mengajukan dana pengkajian konstruksi Rp 200 juta di APBD Perubahan 2009. Namun, DPRD DKI Jakarta belum menyetujuinya.
Dinas pariwisata dan kebudayaan akan mengalokasikan dana pengkajian konstruksi sekaligus perencanaan konservasi pada APBD 2010. Harapannya, pada 2011, renovasi Menara Syahbandar sudah dapat dimulai.
”Kami berharap dalam uji konstruksi nanti, tim penguji perlu mencari penyebab penurunan permukaan tanah. Bisa jadi penurunan permukaan itu terjadi secara alamiah, tetapi tidak menutup kemungkinan karena dampak tekanan truk-truk besar yang melewati jalan raya depan menara,” papar Rachem.
Menurut Rachem, Menara Syahbandar merupakan landmark atau penanda Kota Tua, Jakarta, yang dibangun Belanda pada 1839. Untuk itu, pemerintah berkomitmen untuk melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkan bangunan kuno itu sebagai benda cagar budaya, tempat wisata, dan wahana edukasi.
Terkait dengan renovasi dan konservasi Museum Bahari, Rachem menambahkan, pemerintah sudah menganggarkan dan melakukannya. Namun, dana itu baru digunakan untuk memperbaiki sebagian gedung.
Secara terpisah, Kepala Seksi Koleksi dan Perawatan Museum Bahari Muhammad Isa Anshari mengemukakan, pemerintah telah merenovasi Gedung C Museum Bahari dengan alokasi dana sebesar Rp 4 miliar. Dua gedung lain, A dan B, belum direnovasi.
Namun, renovasi itu belum optimal dan memuaskan. Misalnya, tiang penyangga dan kuda-kuda bangunan yang keropos hanya dicat. ”Padahal, kayu-kayu usia ratusan tahun itu membutuhkan perawatan khusus agar tidak keropos,” kata Isa. (HEN)***
Source : Kompas, Kamis, 8 Oktober 2009 | 03:50 WIB
No comments:
Post a Comment