Obama Dipuji dan Dicela
Nominasi Obama Hanya 12 Hari Setelah Berkuasa
WASHINGTON, Sabtu - Pemberian gelar Nobel Perdamaian kepada Presiden Amerika Serikat Barack Obama, Jumat, memancing reaksi mendua di kalangan media internasional yang terbit hari Sabtu (10/10). Sebagian memuji dan sebagian lain mencela hal itu sebagai ”tindakan yang sangat dipolitisasi”.
Komite Nobel di Oslo, Norwegia, Jumat lalu, memberikan penghargaan itu kepada Obama atas upaya ”luar biasa”-nya dalam hal diplomasi internasional serta upayanya mempercepat perlucutan senjata nuklir.
Hal itu mengejutkan dan bagi sebagian lainnya juga dipandang sebagai sebuah keputusan kontroversial.
Dalam opininya di surat kabar terkemuka AS, The Washington Post, pengamat politik Dan Balz berkomentar, ada keterkejutan di seantero dunia bahwa hadiah prestisius itu diberikan kepada ”seorang presiden pada tahun pertamanya berkuasa dan belum memiliki prestasi secara internasional”.
”Begitu luasnya reaksi yang muncul, di satu pihak ada yang begitu gembira luar biasa menyambutnya, tetapi ada juga yang mencelanya, menggarisbawahi betapa terpecahnya secara politik pendapat akan arah kebijakan politik Obama. Dan, betapa memunculkan kesan, terpolarisasinya secara tajam kepemimpinannya,” tulis Balz pula.
Surat kabar prestisius AS lainnya, The New York Times, mengomentari pemberian penghargaan kepada Obama tersebut sebagai ”berkah yang campur aduk” bagi Obama, yang sekaligus juga mencerminkan betapa ”ada jurang antara janji-janji ambisius kata-katanya dan prestasi (yang dicapainya)”.
Obama, menurut surat kabar New York itu, juga masih dielu- elukan sebagai figur yang ”anti-Bush” meskipun pada kenyataan sebenarnya ia belum beranjak benar dari kebijakan yang digariskan pemerintahan sebelumnya menyangkut kebijakan- kebijakan keamanan nasional (AS).
Suara dari Eropa pun tak kurang kerasnya. Daily Telegraph terbitan London pun melukiskan pemberian gelar Nobel kepada Obama itu sebagai ”salah satu keputusan juri-juri Nobel yang paling mengejutkan yang pernah terjadi”.
Menurut Daily Telegraph pula, jika dilihat dari batas akhir nominasi calon peraih Nobel yang terjadi hanya 12 hari setelah Obama dilantik menjadi Presiden AS, kali ini adalah salah satu nominasi Nobel yang paling politis selama ini.
Namun, sebaliknya, surat kabar berhaluan kiri Perancis, Liberation, melukiskan bahwa penghargaan itu pantas bagi Obama, ”karena Obama, yang perjalanan hidupnya secara simbolis mewakili tiga benua, suksesnya telah menjadi seperti sinonim dengan martabat dan harapan”.
Surat kabar India, Tribune, melukiskan penghargaan tersebut sebagai ”sebuah penghargaan sepanjang hidup bagi seorang Obama yang masih pemula”.
Suara dari Asia? Beijing News dari China, misalnya, memandang penghargaan bagi Obama ini sebagai ”sebuah penghargaan yang memberi dorongan”, lebih bermakna simbolis daripada makna yang lain.
Yomiuri Shimbun dari Jepang melukiskannya penghargaan itu sebagai ”harapan global terhadap pemerintahan Obama” dan juga ”sebuah tugas penting bagi Obama untuk mewujudkannya dari sekarang”.
Namun, jangan kaget dengan celaan surat kabar Mesir, Al-Dustur, yang berpendapat penghargaan atas Obama itu sebagai ”kemunafikan politik”.
”Apa yang sudah dia lakukan sehingga ia mendapatkan penghargaan itu?” ungkap Al-Dustur mengingatkan bahwa sampai detik ini pun pasukan AS masih juga bercokol di Irak dan Afganistan. Proses perdamaian di Timur Tengah juga masih menemui jalan buntu.
”Obama juga tidak berhasil menekan Israel untuk melucuti senjata-senjata nuklirnya.” (AP/AFP/Reuters/sha)***
Source : Kompas, Minggu, 11 Oktober 2009 | 03:34 WIB FotoFoto : AP Photo.
No comments:
Post a Comment