Sabtu, 17 Oktober 2009

Pentingnya Diversifikasi Pangan Demi Masa Depan

Warga mengikuti pawai prosesi pengukuhan Sultan Hamengku Buwono X sebagai Wali Budaya Pangan Nusantara di Jalan Malioboro, Yogyakarta, Jumat (16/10). Sultan dipilih karena dinilai mempunyai komitmen dalam membangun kedaulatan pangan masyarakat. (Foto : Kompas/Ferganata Indra Riatmoko)***

HARI PANGAN

Sultan Jadi Wali Budaya Pangan Nusantara

YOGYAKARTA - Masyarakat sipil Indonesia mengukuhkan Gubernur DI Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X sebagai Wali Budaya Pangan Nusantara.

”Masyarakat sipil Indonesia memandang Sultan memiliki peran strategis dan komitmen tinggi membangun ketahanan dan kedaulatan pangan dengan merevitalisasi, mengembangkan dan melestarikan sistem pangan lokal yang terbukti lebih menyejahterakan petani,” kata Sarijo, Koordinator Umum Panitia Bersama Masyarakat Sipil Indonesia untuk Peringatan Hari Pangan Sedunia 2009, Jumat (16/10) di Yogyakarta.

Sultan dinilai juga berkomitmen menjaga serta mengembangkan diversifikasi pangan dan produk pertanian sehingga tidak hanya terpaku pada beras.

Langkah konkret Sultan, menurut Sarijo, adalah menghidupkan lumbung-lumbung pangan di pedesaan. Lumbung tidak hanya untuk padi, tetapi juga untuk hasil pertanian lain, seperti singkong dan jagung.

”Kelompok tani di Kokap, Kulon Progo; Sleman; Bantul; dan Gunung Kidul memiliki ketahanan pangan lebih baik karena mereka tidak langsung menjual hasil panen, tetapi menyimpan di lumbung sebagai tabungan,” katanya.

Masyarakat sipil Indonesia yang tergabung dalam Masyarakat Peduli Pangan Nusantara merupakan aliansi dari 93 lembaga swadaya masyarakat dan kelompok tani seluruh Indonesia.

Prosesi pengukuhan Sultan sebagai Wali Budaya Pangan Nusantara diawali dengan pawai 25 andong dari Bundaran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta menuju Keraton Yogyakarta.

Koordinator Umum Nasional Ikatan Petani Pengendali Hama Terpadu Indonesia yang juga Ketua Lembaga Masyarakat ”Joglo Tani” PO Suprapto mengatakan, kedaulatan pangan saat ini menjadi impian masyarakat, khususnya para petani. Hal itu untuk mengakhiri ketergantungan pada produk pangan impor.

Ia menambahkan, tidak cukup hanya membangun ketahanan pangan, tetapi jauh lebih penting adalah membangun kedaulatan pangan. Untuk itu, petani perlu dibantu dalam memenuhi benih, pupuk, peralatan pertanian, dan obat-obatan. Menurut Suprapto, hingga kini keberpihakan pemerintah pusat kepada sektor pertanian dan petani masih kurang. ”Petani saat ini menghadapi enam tekanan berat, yaitu tekanan ekonomi, alam, sosial, budaya, tekanan kebijakan, dan tekanan global,” katanya. (RWN)***

Source : Kompas, Sabtu, 17 Oktober 2009 | 03:59 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar