Rabu, 25 November 2009

Kisah Pencipta Senjata AK-47

Mikhail Timofeyevich Kalashnikov.
(AP Photo/Natalia Kolesnikova)***


Kalashnikov, AK-47 demi Tanah Air
Oleh : Pieter P Gero

Jangan menggugat Mikhail Timofeyevich Kalashnikov. Apalagi membuat dia harus bertanggung jawab atas merebaknya aksi bersenjata yang masih marak di beberapa tempat di planet Bumi ini. Pria yang pada 10 November lalu berusia 90 tahun ini mengatakan, ia menciptakan senjata AK-47 yang populer itu hanya untuk mempertahankan tanah airnya dari serangan musuh.

Alasan Kalashnikov ini yang membuat dia bisa hidup praktis tanpa beban sampai usia senjanya. ”Dalam usia ke-90 tahun, saya adalah manusia yang berbahagia,” ujarnya dalam wawancara dengan surat kabar Pemerintah Rusia, Rossiiskaya Gazeta, belum lama ini.

Kalashnikov gembira saat Pemerintah Rusia memberikan penghargaan atas desain senjata AK-47 buatannya. Perayaan peringatan usia 90 tahun ini misalnya, diwarnai pembacaan puisi-puisi patriotik karya Kalashnikov. Puisi yang dia buat waktu masih berusia muda. Dia dengan lantang membacakan beberapa karyanya ini.

”Saya tidak pernah berniat membuat senjata untuk digunakan dalam berbagai konflik di seluruh dunia. Saya membuatnya untuk mempertahankan wilayah tanah air saya,” tegas Kalashnikov saat pemberian penghargaan atas sukses AK-47 itu di Kremlin, Moskwa, ibu kota Rusia.

Kalashnikov diberi penghargaan prestisius, Pahlawan Rusia, yang diserahkan langsung oleh Presiden Rusia Dmitry Medvedev. ”AK-47 adalah sebuah contoh brilian dari persenjataan Rusia, dan sebuah simbol nasional yang menumbuhkan rasa bangga pada setiap warga negara,” kata Medvedev memuji.

Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin memuji Kalashnikov yang dia katakan sebagai ”legendaris sesungguhnya”. Acara penganugerahan penghargaan ini disiarkan langsung televisi nasional Rusia. Dua kosmonot Rusia yang berada di Stasiun Ruang Angkasa Internasional atau ISS juga memuji kehebatan kontribusi karya Kalashnikov tersebut.

”Nama Anda seperti kosmonot pertama Yury Gagarin, telah menjadi simbol dari negara kami pada abad XX,” ujar komosnot Maxim Surayev dari ISS.

Yuri Alekseyevich Gagarin menjadi pahlawan Uni Soviet karena dia merupakan manusia pertama yang mencapai ruang angkasa dan kembali ke orbit pada 12 April 1964.

Terjual 100 juta unit

Kalashnikov yang tampak sehat pada usia 90 tahun ini hidup sederhana di Izhevsk, sebuah kota industri sekitar 1.300 kilometer arah timur Moskwa. Padahal, senjata temuannya, AK-47, sudah terjual lebih dari 100 juta unit di seluruh dunia. Sebuah angka yang sebenarnya akan mendatangkan keuntungan finansial bagi penemunya.

Beberapa sumber menyebutkan, Kalashnikov hidup dengan uang pensiun sekitar 500 euro atau sekitar Rp 7 juta per bulan. Hal itu karena setiap warga negara bekas Uni Soviet tidak punya hak paten. Dia juga memperoleh sebuah vila mewah musim panas dan sebuah apartemen dengan empat kamar dari pemerintah.

AK-47 merupakan singkatan dari Avtomat Kalashnikova atau Automatic Kalashnikov, senjata serbu otomatis karya Kalashnikov. Sementara angka 47 menunjukkan senjata ini mulai diproduksi tahun 1947. AK-47 menjadi senjata serbu yang paling banyak diproduksi.

Angkatan Bersenjata Uni Soviet (kini Rusia) mulai menggunakan AK-47 tahun 1949, dua tahun setelah diproduksi dan ternyata efektif. Senjata ini kian populer di kalangan aksi bersenjata berhaluan komunis di Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Saat perang Vietnam, AK-47 berperan utama dalam aksi tentara Vietnam Utara menghadapi tentara Amerika Serikat dan Vietnam Selatan.

Kini, angkatan bersenjata di 55 negara di dunia menggunakan AK-47 (yang sudah dimodernisasi) sebagai senjata organik mereka. Angkatan bersenjata Indonesia juga pernah menggunakan senjata AK-47 pada era Orde Lama dan awal Orde Baru.

Beberapa negara seperti Mozambik dan Burkina Faso menempatkan gambar AK-47 pada bendera mereka. Begitu juga pada bendera kelompok bersenjata Hizbullah. Banyak anak laki-laki di Afrika diberi nama ”Kalash”, singkatan dari Kalashnikov karena AK-47 dianggap membantu perjuangan mereka.

Masa kecil

Di sisi lain, sikap Kalashnikov yang membuat AK-47 untuk membela tanah airnya juga masuk akal. Lahir di Kurya, wilayah Altai, masa kecil Kalashnikov sangat tragis. Ayahnya termasuk salah satu korban pengasingan diktator Uni Soviet, Joseph Stalin, pada tahun 1930.

Saat tentara Nazi Jerman menyerbu Uni Soviet, Kalashnikov ikut dalam divisi tank. Pada pertempuran Oktober tahun 1941 di Brysansk, dia cedera dan harus mundur ke garis belakang.

Dia kemudian bertugas di bengkel militer dan mulai mengutak-atik senjata. Apalagi saat itu Uni Soviet tengah mencari senjata yang ampuh, menyusul kekalahan mereka dari Jerman. Senjata yang bisa mempertahankan Soviet dari serbuan musuh.

Senjata Jerman, StG44 (Sturmgewehr 44), tahun 1946 menjadi pijakan desain Kalashnikov. StG44 memang dikenal ampuh, sederhana, dan bandel. Tak heran Jerman bisa unggul di semua sektor peperangan di Eropa dan Afrika Utara.

Rancangan yang sederhana, mudah penggunaannya, serta biaya produksi yang relatif murah membuat senjata rancangan Kalashnikov diterima pimpinan militer Uni Soviet. Kini, AK-47 dalam versi terbaru juga dipakai angkatan bersenjata Rusia.

Senjata Kalashnikov memang simpel. Beratnya pada awal sekitar 4,3 kilogram. Namun kini dibuat versi dengan
berat hanya 3,6 kilogram. Itu sebabnya, banyak anak-anak anggota kelompok bersenjata dengan enteng menyandang AK-47. Harga AK-47 juga relatif murah, bisa diperoleh dengan 125 dollar AS atau Rp 1,25 juta di pasar gelap.

Izhmash, produsen AK-47 di Rusia, mengaku, senjata AK-47 yang dipalsu diproduksi di Bulgaria, China, Polandia, dan AS. Aksi pemalsuan ini membuat Izhmash merugi hingga 360 juta dollar AS atau sekitar Rp 3,6 triliun per tahun.

Kalashnikov sendiri tak peduli dengan kerugian tersebut. ”Tentu saja, seperti setiap orang pada umumnya, ada yang perlu disesalkan (dengan AK-47). Namun saya tegaskan, saya tidak akan memilih jalan hidup yang lain sekalipun ada peluang untuk itu,” ujarnya.

”Saya membuat senjata ini untuk mempertahankan tanah air. Bukan salah saya jika senjata ini lalu digunakan untuk hal yang dianggap tak baik. Ini tanggung jawab para politisi,” ujar Kalashnikov di Kremlin.

”Tak ada sebuah senjata pun yang memulai perang,” ucapnya menambahkan, saat pameran senjata di Delft,
Belanda, tahun 2003. Itu sebabnya, mengapa Kalashnikov bisa tetap hidup bahagia tanpa beban sampai usia senjanya kini. ***
Source : Kompas, Rabu, 25 November 2009 | 03:20 WIB



Tidak ada komentar:

Posting Komentar