Kamis, 19 November 2009

Kisah Kunjungan Presiden AS Barack Obama ke China

Presiden AS Barack Obama berpose di Tembok Besar China di Badaling, di luar kota Beijing, Rabu (18/11). Selain melakukan lawatan dan pembicaraan dengan pemuka-pemuka negara China, Presiden AS ini juga meluangkan waktu untuk tur ke sejumlah obyek wisata, di antaranya Kota Terlarang di tengah kota Beijing dan Tembok Besar ini, sebelum bertolak ke Korea Selatan.(Foto : AFP/Saul Loeb)***

Obama Tinggalkan China

Tak Banyak Mencapai Kesepakatan Konkret

BEIJING, RABU - Presiden AS Barack Obama mengakhiri kunjungan pertamanya ke China, Rabu (18/11), dengan bertemu Perdana Menteri China Wen Jiabao. Pertemuan itu menggariskan bahwa kedua negara adalah mitra, bukan pesaing.

Seusai mengunjungi Tembok Besar China, Obama menuju Korea Selatan bertemu dengan Presiden Lee Myung-bak, Kamis (19/11) ini. Mereka akan membahas program senjata nuklir Korea Utara. Selain itu, agenda penting lainnya ialah masalah pakta perdagangan bilateral AS-Korsel.

Ketika bertemu dengan Wen Jiabao, Obama menyatakan, kedua negara besar itu berkeinginan membangun kemitraan yang lebih dalam. Mereka duduk bersama membicarakan masalah tersebut sambil makan siang di Beijing. Keduanya mengulangi kembali pernyataan sehari sebelumnya, antara Obama dan Presiden China Hu Jintao.

”Dialog lebih baik daripada konfrontasi dan kemitraan lebih baik daripada persaingan,” ujar Wen saat pidato pembukaan.

Sementara itu, Obama menekankan bahwa hubungan China-AS saat ini sudah berkembang. Karena itu, kerja sama kedua negara sangat penting dalam isu-isu global. ”Hubungan yang dipusatkan pada masalah-masalah ekonomi dan perdagangan kini meluas ke masalah-masalah global yang memerlukan kerja sama AS-China,” katanya.

Wen mengatakan kepada Obama bahwa kerja sama antara Beijing dan Washington dapat memainkan peranan unik dalam meningkatkan stabilitas tatanan politik dan ekonomi global baru.

Presiden AS yang didampingi Menteri Luar Negeri, Menteri Perdagangan dan Energi, serta perwakilan perdagangan telah membicarakan soal kenaikan kurs yuan. Menurut Washington, yuan masih sangat rendah di bawah harga wajarnya. Hal itu membuat harga barang China sangat murah dan menyebabkan defisit perdagangan AS dan China semakin besar.

Persoalan di Korea Utara tampaknya juga menjadi agenda dalam pembicaraan itu. Bulan lalu, Wen pergi mengunjungi Korea Selatan. Pejabat China jarang sekali berkunjung ke sana. Di Pyongyang, pemimpin Korut Kim Jong Il mengatakan kepada Wen bahwa Pyongyang ingin kembali ke meja perundingan perlucutan senjata nuklir. Para pejabat dari AS dan China tidak menyatakan apa-apa mengenai isi pembicaraan mereka dengan rinci.

Obama juga menyelenggarakan berbagai pertemuan formal dengan Hu. Dalam pembicaraan itu, kedua negara penghasil emisi terbesar di dunia itu sepakat akan menekan terus kesepakatan dalam isu-isu perubahan iklim.

Beda pendapat

Akan tetapi, sangat sedikit kesepakatan konkret yang tercapai dari pertemuan kedua pemimpin itu. Mereka memiliki pandangan yang berbeda mengenai Iran, isu ekonomi, serta Tibet yang merupakan isu sangat sensitif bagi China. Mereka juga berbeda pandangan soal hak asasi manusia.

Ketidaksepahaman itu tampak dengan jelas dan membuat suasana menjadi kurang menyenangkan. Itu tampak ketika Obama mengatakan hak asasi manusia yang fundamental harus dilaksanakan untuk semua etnis dan kelompok agama minoritas. Selain itu, dia juga menyebut soal Tibet sebelum menekankan perlunya dialog antara Beijing dan Dalai Lama, pemimpin spiritual Tibet.

Sementara itu, Hu mengatakan bahwa dia menekankan kepada Presiden Obama bahwa di bawah situasi seperti sekarang ini, kedua negara harus sekuatnya menentang proteksionisme serta segala bentuknya. Hu mengacu kepada penolakan dan pengenaan bea masuk yang lebih tinggi bagi barang China, khususnya ban dan produk baja beberapa waktu lalu.

Pada hari Selasa sebelumnya, Obama mengatakan bahwa hubungan China-AS menjadi sangat penting demi masa depan bersama. Dia juga menambahkan bahwa dunia saat ini menghadapi tantangan nyata bahwa tidak ada satu pun negara yang dapat menyelesaikan masalahnya dengan cara bertindak sendiri.

Baik Obama maupun Hu beretorika tentang bagaimana membangun hubungan positif, kooperatif, dan komprehensif. Keduanya menggunakan kalimat yang nyaris sama. Hu juga mendapatkan undangan dari Obama untuk berkunjung ke AS pada 2010 dan Hu menerimanya.

Duta Besar AS untuk China Jon Huntsman mengatakan, Obama sangat berlaku secara efektif dalam pertemuan pribadinya dengan Hu, Ketua Parlemen Wu Bangguo, dan pejabat-pejabat lain. (AP/AFP/joe)***

Source : Kompas, Kamis, 19 November 2009 | 03:31 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar