Minggu, 15 November 2009

Problem Sosial Melatari Perusakan Pohon Kayu Putih di Kawasan Perum Perhutani KPH Indramayu, Provinsi Jawa Barat

Produksi Daun Kayu Putih Perum Perhutani KPH Indramayu Mengalami Kenaikan Mencapai 52 Ton

Produksi Naik 20 Persen

Perbaikan Kualitas Daun Dongkrak Produksi Kayu Putih

INDRAMAYU - Volume produksi biang (sari) minyak kayu putih oleh Perum Perhutani Indramayu dipastikan meningkat hingga 20 persen tahun ini ketimbang 2008. Peningkatan itu berkat perbaikan kualitas dan kuantitas daun kayu putih.

Hingga pekan pertama November 2009, produksi biang minyak kayu putih di tiga pabrik yang dikelola Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Indramayu mencapai 52 ton. Padahal, pada periode Januari-Oktober 2008, produksi hanya berkisar 40 ton, dan hingga akhir 2008 hanya 48,2 ton.

Menurut kepala pabrik Iwan Kurma, sampai akhir tahun ini, dipastikan produksi biang minyak kayu putih bisa mencapai 60 ton. Optimisme itu sesuai volume rata-rata produksi yang berkisar 1,5 ton per hari, November ini. "Tahun ini kenaikan produksinya signifikan, sampai 20 persen dibandingkan tahun lalu," ujar Iwan, Kamis (12/11).

Administratur Perum Perhutani KPH Indramayu Budi Shohibudin menambahkan, perbaikan kualitas dan kuantitas daun kayu putih berperan besar dalam peningkatan produksi. Menurut Budi, daun kayu putih tahun ini jauh lebih matang sehingga bisa menghasilkan biang minyak dengan kualitas optimal.

Selain faktor kualitas, jumlah pasokan daun kayu putih ke pabrik juga meningkat tahun ini. Hingga Oktober 2009, pasokan daun mencapai 6.907 ton, jauh lebih banyak daripada periode yang sama tahun lalu, yang hanya berkisar 5.500 ton.

Rendemen biang minyak kayu putih tahun ini pun lebih baik daripada 2008, yaitu dari 0,73 persen (2008) menjadi 0,78 persen (1 ton daun kayu putih menghasilkan 7,8 kilogram biang minyak). Makin tinggi rendemen, biang minyak kayu putih yang dihasilkan akan lebih banyak. "Rendemen itu dipengaruhi umur daun, kualitas pengolahan, dan efisiensi mesin penyulingannya," kata Budi.

Soal efisiensi mesin, diakui bahwa mesin di ketiga pabrik penyulingan daun kayu putih sudah tua dan perlu diremajakan. Sebab, peningkatan produksi per tahun yang di atas 60 ton mensyaratkan mesin penyulingan berusia muda agar mampu meningkatkan rendemen dan tidak boros. Terlebih, ketika pergantian musim, November-Desember, rendemen cenderung turun sampai 0,65 persen.

Masalah sosial

Luas lahan tanaman kayu putih di wilayah KPH Indramayu mencapai 10.200 hektar, yang ditanami dengan sistem tumpang sari. Di sela-sela tanaman itu, warga di sekitar hutan menanam padi. Rata-rata, jika tidak terjadi gangguan, 1 hektar lahan yang terdapat 1.600-an pohon kayu putih tua mampu menghasilkan 4,9 ton daun.

Namun, produktivitas masing-masing lahan tidak sama. Sebab, sering terjadi perusakan pohon, yang disengaja ataupun tidak, oleh petani yang pengolah lahan tumpang sari. Perebutan lahan garapan tumpang sari antar kelompok petani, hingga jual beli lahan tumpang sari oleh oknum petani, adalah problem sosial yang melatari perusakan pohon kayu putih.

Masyarakat belum paham, kayu putih bisa menjadi komoditas unggulan baru Indramayu. "Jika produktivitas lahan bagus, ada bagi hasil yang akan diberikan Perhutani kepada petani. Tapi, kebanyakan petani tak sabar dan suka cuek sehingga pohon kayu putih mati atau rusak terbakar," ujar Budi. (THT)***

Source : Kompas, Jumat, 13 November 2009 | 11:11 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar