Selasa, 24 November 2009

EKSPEDISI GARIS DEPAN NUSANTARA : Ratusan artefak langka berusia ribuan tahun terancam hancur

Benda-benda peninggalan sejarah disimpan di Museum Seribu Moko, Kecamatan Teluk Berlian, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur, Senin (23/11). Benda-benda bersejarah tersebut kurang mendapat perawatan sehingga rawan rusak. (Foto : Kompas/Lucky Pransiska)***

EKSPEDISI GARIS DEPAN NUSANTARA

Benda Purbakala Terancam Rusak

KALABAHI – Ratusan artefak langka berusia ribuan tahun terancam hancur akibat kerusakan Museum Seribu Moko di Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur. Senin (23/11), terlihat sejumlah jendela ruang pamer pecah, langit- langit bocor, dan lampu-lampu rusak.

Akibatnya, penyimpanan benda bersejarah seperti puluhan moko (gendang kecil) perunggu dan nekara perunggu antik yang diperkirakan berusia sekitar 2.000 tahun, perkakas kayu kuno, senjata tradisional, serta kain tenun Alor dari sutra dan katun bermotif khas terganggu.

Koordinator Bimbingan dan Edukasi Museum, Rashid Sina, mengatakan, pihaknya sudah mengajukan anggaran perbaikan. Namun, dana belum turun. Museum Seribu Moko berdiri tahun 2003.

Seorang staf museum, Rivai Panara, mengatakan, benda-benda bersejarah itu membuktikan adanya hubungan internasional antara Alor dan bangsa lain di masa silam, seperti Tiongkok, India, Arab, Belanda, dan Portugis.

Peninggalan dari masa Majapahit, era masuknya Islam dan Kristen, juga disimpan di museum, antara lain Alkitab kuno dan foto Al Quran dari kulit kayu yang berusia sekitar 300 tahun.

Selain itu, banyak benda bersejarah yang masih tersebar di Pulau Alor dan disimpan keluarga bangsawan dan tokoh penting. Moko antik umumnya digunakan dalam upacara adat perkawinan.

Tertahan tiga hari

Akibat gangguan mesin dan kesulitan suku cadang, kapal tim ekspedisi Garis Depan Nusantara (GDN) tertahan tiga hari di Kabupaten Alor.

Semula direncanakan tim ekspedisi GDN dari Kabupaten Sikka, Sabtu (21/11), akan singgah di Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, dan Alor. Tapi untuk mengejar waktu penelitian masalah sosial, ekonomi, dan budaya di 28 pulau terluar di wilayah timur Indonesia, tim memutuskan tidak singgah di Adonara.

Kapal tiba di Alor, Minggu (22/11) pukul 17.00 Wita. Kapal pinisi Cinta Laut yang digunakan tim ekspedisi mengalami gangguan radio komunikasi dan alat untuk mengukur kedalaman air laut.

”Kami memerlukan suku cadang radar dan alat komunikasi dari Jakarta,” kata Ketua Pelaksana Ekspedisi GDN Irwanto Iskandar, Senin di Alor.

Suku cadang itu tiba di Kupang, Senin. ”Begitu suku cadang dipasang, tim segera bertolak ke Pulau Lirang (Maluku Barat Daya) setelah mengunjungi ujung timur Pulau Alor di Maritaing yang berseberangan dengan wilayah Timor Leste di Pulau Atauro,” kata Komandan Operasi GDN Haris Mulyadi. (SEM/ONG)***

Source : Kompas, Selasa, 24 November 2009 | 10:01 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar