Penyelenggara PKBM Dituntut ‘Bertanggung Jawab’
INDRAMAYU - Program paket C setara SMA/MA serta penerima bea siswa dari dana APBD tahun anggaran 2009 pada saat ini mulai berjalan, disinilah peran PLS (pendidikan luar sekolah) informal haruslah efektif dan sesuai dengan mekanisme yang ada serta dituntut untuk lebih bertanggung jawab baik secara moril maupun hukum.
Dari data yang diperoleh di lapangan tercatat jumlah PKBM (pusat kegiatan belajar mengajar) beserta warga belajar di kabupaten Indramayu untuk program paket C setara SMA/MA anggaran 2009 sekarang tersebar di 30 kecamatan dan 61 desa, dengan jumlah keseluruhan warga belajar laki-laki 1,693, perempuan 1,177 sehingga total keseluruhan berjumlah 2,870, dengan jumlah kelas sebanyak 109.
Kendati program ini rutin dilaksanakan pada kenyataanya masih banyak penyelengara atau PKBM di lapangan kurang serius terkait program kejar paket C ini, terutama pada persoalan anggaran dan teknis, terlihat begitu lemah system pengawasan maupun tim monitoring di lapangan sehingga memudahkan peluang-peluang terjadinya modus penyimpangan.
Di kecamatan sliyeg contohnya PKBM Pratama tugu yang mempunyai warga belajar 28 terdiri dari laki-laki 9, perempuan 19, terbagi menjadi 1 kelas itu mengaku sama sekali belum pernah ketemu dengan para warga belajarnya . Sutadi Spd penyelenggara PKBM pratama saat ditemui sensor beberapa waktu lalu menegaskan, ‘dirinya bingung serta khawatir apalagi terkait penggunaan anggaran APBD, “satu rupiahpun saya belum gunakan, tuturnya.
Semenjak penyelenggara program PPK IPM tahun anggaran 2006 diperiksa kejaksaan tinggi bandung, nampaknya para penyelenggara yang lama trauma dengan pemanggilan itu berdampak pada efektivitas dilapangaan .
Bahkan yang lebih memprihatinkan ada beberapa PKBM tidak memiliki papan nambor, dengan alasan baru dibuat dan dilas, atau berada di secretariat yang letaknya berjauhan dengan pusat kegiatan belajar mengajar seperti fasilitas SD
Kasi pendidikan luar sekolah pada dikmas dinas pendidikan kabupaten indramayu Nara pada wartawan menyatakan,” kalau ada penyelenggara yang ragu atau khawatir, lantas binggung kembalikan saja anggaran itu pada kas negara, “ kami akan melakukan monitoring serta bentuk pengawasan ekstra ketat karna ini menyangkut pertanggung jawabab institusi pendidikan, ungkap Nara. (Siswo)***
Source : Tabloid SENSOR, 12 Agustus 2009
Nelayan Kecewa Kompensasi Tidak Dibayar Utuh
INDRAMAYU – Semenjak terjadinya kebocoran pipa lepas pantai di area floting hose perairan Indramayu milik PT pertamina UP V1 balongan beberap waktu lalu, mengakibatkan tercecernya limbah cruide oil di sepanjang pesisir laut.
Hingga ceceran limbah berdampak pada ekosistem serta habitat biota laut yang ada, bahkan para nelayan merasa dirugikan mata pencaharianya dengan adanya kebocoran limbah tersebut sehingga PT Pertamina memberikan dana kompensasi ganti rugi bagi pihak nelayan.
Berdasarkan penelusuran sensor di lapangan diantaranya kecamatan balongan dan itupun baru sebagian yang menerima kompensasi, pembagian ganti rugi limbah bagi para nelayan bervariatif tergantung jenis klasifikasi nelayan serta adanya kesepakatan dengan pihak pemerintah desa.
Seperti Saidi akrab dipanggil Tenjol merupakan klasifikasi jenis nelayan penyudu asal pesisir desa balongan yang dirugikan mata pencaharianya dengan kehadiran limbah itu.
Penyudu asal pesisir balongan tersebut telah menerima ganti rugi sebesar Rp 3 juta rupiah awalnya berjumlah dari 95 menjadi 81 nelayan penyudu setelah melalui proses panjang verifikasi data serta kesepakatan pihak desa.
Namun nampaknya Saidi mewakili diantara nelayan penyudu lainya merasa kecewa, pasalnya uang ganti rugi yang ia terima tidak utuh. Saat dikonfirmasi sensor (7/7) Saidi menjelaskan, “ awalnya pihak desa melalui jalan musyawarah kepada nelayan penyudu diminta Rp 300 ribu rupah pernelayan, tapi banyak yang keberatan hingga mengalami jalan buntu.
Akhirnya ditengah kebuntuan itu tanpa musyawarah lanjutan dan pemberitahuan hanya melalui panitia yang mewakili nelayan penyudu dipotong menjadi Rp 250 ribu rupiah, “ wajar saja saya kecewa”, belum ada tawar menawar kok langsung di setujui, tutur Saidi.
Di tempat terpisah direktur PKSPD ( pusat kajian strategis pembangunan daerah) Q, usjh Dialambaqa saat dimintai pendapat (7/7) pada sensor, terkait proses kompensasi ganti rugi limbah yang dibayarkan oleh PT Pertamina menegaskan.
“ Kalau pungutan itu benar terjadi itu masuk dalam kategori korupsi, karna anggaran yang dibayarkan Pertamina adalah bersumber dari APBN. Dan juga dari awal proses pendataan hingga verifiksi serta pencairan pihak desa sudah diberi honor oleh Pertamina, jadi tidak dibenarkan dipotong satu rupiahpun atasnama apapun, ‘tegas direktur PKSPD Indramayu.
Saat dihubungi sensor melalui telepon (9/7) kepala desa balongan Muhari membantah ,’ pihaknya tidak melakukan potongan terhadap kompensasi ganti rugi khususnya nelayan penyudu. Menurutnya sifatnya hanya sukarela dan itupun tidak semuanya memberi tanpa ada paksaan,’tutur kepala desa balongan. (Siswo/Jhoys Archan)***
Source : Tabloid SENSOR, 12 Agustus 2009
‘Keraton Band’ Bikin Klip di Indramayu
INDRAMAYU – Sebuah proses panjang dalam perhelatan alur seni musik yang tentunya tetap mengedepankan nuansa berkesenian, terlepas dari itu semua para musisilah berupaya untuk melahirkan ide gagasan serta kreativitas berakhir pada karya yang bisa dinikmati oleh audiens.
Di era kekinian bermunculan bak jamur dimusim hujan musisi dan grup band dengan berbagai corak karakter berbeda mewarnai ranah musik indonesia, seiring dengan perkembangan waktu mereka berlomba sebagai musisi untuk lebih dikenal dengan karyanya.
Kehadiran keraton band nampaknya ikut ambil bagian dalam ranah musik indonesia, band asal kota mangga itu mencoba mempionirkan diri album perdana mereka “ cinta dimayapada.” Bahkan pembuatan video klip rampung digarapnya dengan nuansa unik dan energik.
Embrio band melayu ini sengaja merilis klipnya dikota kelahiranya sendiri, dengan mengemas para personil ade kribo pada drum, saidin arengger musik key board, D wardhana guitar bass, maday guitar.
Akankah album ‘cinta dimayapada’ bisa membius para penggemar musik indonesia beralur corak melayu itu, “ yang terpenting kita sebagai musisi telah berkarya, semuanya diserahkan pada penikmat musik”, ucap salah satu personil keraton band saat diwawancara tabloid sensor. (Siswo)***
Source : Tabloid SENSOR, 12 Agustus 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar