Senin, 21 September 2009

Kerbau-Kerbau Indramayu Nyaris Sirna

NASIB KERBAU DERMAYU

Pernah Berjaya Sebagai Pembajak,

Kini Nyaris Sirna

INDRAMAYU – Perkembangan jaman kadang harus menggusur lainnya. Setidaknya, begitulah nasib kerbau yang dulu sangat berjaya dan menjadi sarana andalan warga untuk membajak sawah, serta angkutan umum. Namun kini hewan berkulit hitam pekat itu nyaris sirna. Padahal, dulu hanya orang-orang kaya lah memiliki kerbau dengan sejumlah penggembalanya.

Di pagi buta usai Subuh, kerbau-kerbau itu sudah dilepas penggembalanya sampai ke sawah-sawah dan dibiarkan memakan rumput sebagai menu “sarapan” paginya. Kemudian sore menjelang petang, digiring ke Sungai Cimanuk pada mandi, sambil digosoki memakai daun “galing” oleh penggembalanya, lalu pulang dikandangkan di tempatnya masing-masing.

Generasi saat ini, mungkin akan kesulitan untuk menemukan pemandangan seperti itu lagi, karena penduduk sangat jarang memiliki kerbau. Bahkan di Desa Panyindangan Wetan, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu yang dulunya merupakan salah satu sentra peternakan kerbau di Indramayu, kini tak ada satu pun warga yang memiliki ternak kerbau. Konon, karena aktivitas pembajakan sawah sudah menggunakan traktor, bukan kerbau lagi.

“Saya dulunya pemilik ternak kerbau yang paling banyak, tapi sekarang buat apa beternak kerbau lagi. Semua kerbau dijual dan dibelikan traktor untuk disewakan kepada para petani,” tutur H. Sutara (67), mantan pemilik peternakan kerbau di Panyindangan Wetan, Senin (21/9).

Namun demikian, di wilayah Cantigi Kulon, Kecamatan Cantigi, Kabupaten Indramayu, Senin (21/9) sore, Tim Ekspedisi Jejak Sejarah dan ToeNTAS News masih sempat menjumpai beberapa ekor kerbau yang tengah digembalakan oleh penggembalanya di sawah dan ladang yang rerumputannya cenderung mengering, karena musim kemarau.

Ironisnya, regenerasi penggembalaan kerbau terkesan sudah tak dijamin lagi, mengingat manfaat kerbau yang dianggap kurang potensial membantu petani dan warga setempat, kecuali untuk dimanfaatkan dagingnya, atau sesajian dalam acara ritual tertentu yang masih menggunakan kerbau sebagai sarana upacara ritualnya.

“Perkembangan dan perubahan jaman, kadang harus menggusur sesuatu lainnya yang dulu pernah ada dan sempat berjaya, seperti nasib kerbau itu,” ungkap Ki Tarpi (78), tokoh masyarakat di wilayah Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu.

Kemudian kerbau pun tampaknya akan mempunyai legenda tersendiri, meski keberadaannya kini nyaris sirna “ditelan” perkembangan jaman itu sendiri. (Satim)*** Foto-Foto : Satim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar