SEJARAH PABRIK TERTUA – Sejarah pabrik penyosohan gabah tertua dalam sejarah Indramayu terdapat di Jalan Cimanuk Timur Indramayu, sekitar 1 kilometer dari Pusat Pemerintahan Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Pabrik itu milik warga keturunan Tionghoa Liem Liong yang didirikan pada tahun 1850, ketika itu Belanda tengah menjajah Indramayu. Namun kini, pabrik pemrosesan dari gabah menjadi beras itu tinggal kenangan sejarah perdagangan masa lalu di sekitar Sungai Cimanuk Indramayu. Bangunan bersejarah itu saat ini hanya tersisa tembok bata merah yang sebagian sudah roboh. (Satim)*** Foto : Satim
DEPAN PABRIK TERTUA – Tampak dari depan bangunan pabrik tertua dalam sejarah penyosohan padi dan beras di Jalan Cimanuk Timur, Kota Mangga Indramayu. Sementara, Dimyati (65), dengan setia berjaga di pos jaganya. (Satim)*** Foto : Satim
SEJARAH PABRIK TERTUA
Tersisa Bangunan Tembok Bata
Yang Sebagian Sudah Roboh
INDRAMAYU – Melewati Jalan Cimanuk Timur Indramayu, sekitar 1 kilometer dari Pusat Pemerintahan Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat, masih banyak ditemukan sejumlah bangunan tua bersejarah yang sebagian sudah roboh karena tidak dipelihara, namun sebagian lagi masih menyisakan kenangan masa silam yang unik untuk diamati. Salah satunya, bangunan kuno bekas pabrik penyosohan gabah yang terletak di Jalan Cimanuk Timur, persis di tepi Sungai Cimanuk Indramayu yang lama.
Bangunan tersebut hingga kini masih menyimpan misteri sejarah, karena tidak banyak orang yang mengetahuinya. Maklum, sejumlah saksi sejarah di Kota Mangga Indramayu kebanyakan sudah pada meninggal dunia. Namun, masih beruntung ada Dimyati (65), seorang penjaga komplek bangunan tua itu yang setiap hari duduk di pos jaganya.
Sekilas, bangunan bekas pabrik (slip) beras itu tidak tampak dari Jalan Cimanuk Barat yang dibelah oleh Sungai Cimanuk, karena di deretan tanggunya sudah dipadati rumah-rumah warga setempat. Namun jika melewati Jalan Cimanuk Timur Indramayu, bagian depan bekas pabrik beras itu masih berdiri kokoh dengan besi-besi penyangga gentengnya yang unik dan khas, menggambarkan “VOC” 1850. Kendati sudah tidak terawat lagi, namun di ruangan sebelahnya digunakan keturunan Tionghoa untuk gudang semen, bukan gudang beras lagi.
Dimyati yang sudah puluhan tahun dengan setia menjaga bangunan tua itu mengatakan, ia mengisi sisa hidupnya hanya untuk pengabdian saja bagi warga setempat. “Kalau soal bayaran sih, tak seberapa. Daripada hidup menganggur dan tak bermanfaat, lebih baik saya siap menjadi satpam di komplek bangunan tua ini,” kata pria kelahiran Indramayu, 2 Juli 1944 itu.
Dimyati berharap, pihak pemerintah ada kepedulian untuk melestarikan sejumlah bangunan tua bersejarah yang masih tersisa di sepanjang Jalan Cimanuk Indramayu, Jalan Veteran, dan sejumlah bangunan bersejarah lainnya yang ada di Kota Mangga Indramayu.
“Saya merasa khawatir, jangan-jangan anak cucu kita kelak tidak lagi mengenal sejarah daerahnya sendiri. Ini bisa berbahaya bagi kehidupan berbangsa dan bernegara di Republik Indonesia tercinta ini,” tuturnya. (Satim)***
No comments:
Post a Comment