Minggu, 31 Mei 2009

Program GRIM Dicanangkan Bupati Indramayu

HARI LINGKUNGAN HIDUP SEDUNIA 2009

Kampanye “Bala Reang” Tanam Pohon Bupati Indramayu H. Irianto MS Syafiuddin secara simbolis menyerahkan bibit pohon keras kepada perwakilan pemohon ijin usaha, Sutanto Jaya, pada saat pencanangan kampanye Lingkungan Hidup “Balad Kuring/Bala Reang” (teman kita-Red) yang dipusatkan di kawasan Hutan Kota Indramayu di Jalan Pahlawan, Sabtu (30/5). (Foto : Satim)

Antisipasi Pemanasan Global

“Bala Reang” Diminta Tanam Pohon

INDRAMAYU – Dalam melakukan pencanangan kampanye lingkungan hidup (LH) “Balad Kuring/Bala Reang” (teman kita-Red) tahun 2009 di KabupatenIndramayu, Provinsi Jawa Barat, Pemkab setempat melakukan penanaman 500 bibit tanamaan keras (produktif/pelindung) yang dipusatkan di kawasan Hutan Kota Indramayu di Jalan Pahlawan, Sabtu (30/5).

Gerakan penanaman pohon berkelanjutan itu dipimpin Bupati Indramayu H. Irianto MS Syafiuddin. Secara simbolis, Bupati Yance (sapaan akrab H. Irianto MS Syafiuddin) menyerahkan pohon keras kepada sejumlah komponen masyarakat yang telah disiapkan pihak panitia pada hari itu.

Gerakan penanam pohon di wilayah Kabupaten Indramayu itu, sebagai bentuk implementasi peringatan Hari Lingkungan Hidup yang bakal dirayakan secara nasional pada 7 Juni 2009 itu. Program ini, konon, awalnya merupakan program penghijauan hasil kolaborasi pihak Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Kantor Lingkungan Hidup, Pertamina UP-VI Balongan, dan pihak Kehutanan KPH Indramayu untuk mengantisipasi pemanasan global yang selalu mengancam keselamatan makhluk hidup di bumi. Sehingga dibutuhkan gerakan serius untuk menyelamatkan bumi dari ancaman berbagai bencana yang selalu mengancam kehidupan seluruh makhluk hidup berikut ekosistemnya di jagad ini.

Bupati Yance mengatakan, timbulnya fenomena alam seperti angin puting beliung, bencana banjir, timbulnya ledakan hama, dan penyakit tanaman lainnya merupakan pertanda dari dampak pemanasan global. Ia menghimbau, untuk mengantisipasi dampak tersebut, maka semua pihak harus sadar dan segera bertindak untuk melakukan penanaman bibit pohon keras yang terangkum dalam Gerakan Remaja Indramayu Menanam (GRIM).

“GRIM merupakan langkah untuk segera memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung produktifitas dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga,” katanya.

Dikatakan, untuk memaksimalkan GRIM, maka dibutuhkan peran serta masyarakat untuk sadar dan peduli terhadap lingkungannya masing-masing. Dengan sadar dan peduli, secara tidak langsung semua pihak telah menjaga keseimbangan alam demi kelangsungan hidup anak cucu di kemudian hari. “Sapa lagi yang akan peduli terhadap lingkungannya, kalau bukan kita sendiri yang melakukannya,” ungkap Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Indramayu.

Pasangan Pengantin

Pada kesempatam itu Bupati Yance secara simbolis memberikan bibit tanaman keras diantaranya kepada pasangan pengantin, pemohon Akte Kelahiran, pemohon perpanjangan STNK, pemohon ijin usaha, perwakilan PNS yang naik pangkat, perwakilan pelajar dan sebagainya.

Hadir dalam kesempatan itu, Kapolres AKBP. H. Mashudi, Dandim 0616 Letkol Arh. Hindro Martono, Kahupmas UP VI Balongan Darijanto, Sekda Dra. Hj. Srie Indrawati, MM Kandepag H. Sulaiman Hasan, MA, para kepala dinas/badan dan undangan lainnya.

Sementara tema yang diambil dalam kegiatan tersebut adalah “Dalam rangka hari lingkungfan hidup se-dunia tingkat Kabupaten Indramayu tahun 2009. Mari bersama selamatkan bumi dari perubahan iklim dan sukseskan kampanye lingkungan “Balad Kuring/Bala Reang” dan Gerakan Remaja Indramayu Menanam (GRIM) serentak di 26 kabupaten/kota se –Provinsi Jawa Barat.

Kepala Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kabupaten Indramayu, Ir. Aep Surahman mengatakan, kampanye LH “Balad Kuring/Bala Reang” merupakan gerakan peduli lingkungan. Intinya, mengembalikan sikap kepedulian masyarakat Jawa Barat khususnya di Indramayu untuk peduli lingkungan, kepedulian itu bisa saja dengan melakukan penghijauan, kepedulian terahadap kehidupan sehari-hari seperti tidak membuang sampah sembarangan, pola hidup sehat dan sebagainya. “Dengan adanya kepedulian terhadap lingkungan diharapkan lingkungan akan sehat dan bersih,” ujarnya.

Aep mencontohkan, sebagai bangsa yang mampu dan pintar sekalipun, tetapi kalau mereka tidak peduli terhadap lingkungan hasilnya akan percuma, karena lingkungan bukannya akan semakin bagus tetapi semakin rusak. Kalau lingkungan hidup sudah rusak, makhluk hidup di dunia ini yang akan menerima dampak dan berbagai kerugiannya yang paling parah. (Satim)***


BERBURU ECENG GONDOK-
Berburu eceng gondok merupakan pekerjaan sehari-hari Ranito (51) bersama istrinya, Wasni (47), warga Blok Anjun, Kelurahan Paoman, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat ini. Konon, mereka setiap hari menyisir bantaran Sungai Cimanuk Indramayu untuk mencari nafkah dengan mengumpulkan eceng gondok yang biasa hidup di kali Cimanuk dan rawa-rawa. Meski mengandung risiko terkena gigitan ular atau benda tajam ketika kakinya turun ke rawa-rawa, namun ia mengaku begitulah perjalanan hidup yang tengah dilakoninya. Menurut Ranito, eceng itu kalau sudah kering dijual Rp 2.000 per kilogramnya. Konon, sudah ada pengepulnya dari Cirebon, konon, eceng yang sudah kering itu akan diolah menjadi berbagai barang antik, dan peralatan rumah tangga. "Lumayan untuk menyambung hidup dalam kemiskinan ini. Saya ini orang miskin, mencari sesuap nasi dari eceng gondok yang sering dijuluki sampah pencemaran lingkungan," kata Ranito ketika ditemui di bantaran Sungai Cimanuk Blok Sindang, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu. (Satim)***


LOMBA TATA UPACARA BENDERAGuna mempersiapkan Lomba Tata Upacara Bendera (LTUB) tahun 2009 tingkat Wilayah III Cirebon, kini Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat, kembali melakukan penilaian LTUB tersebut. Tampak gambar peserta LTUB dari SDN Rambatan Wetan 1 Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu sedang mempraktikan LTUB di halaman sekolahnya, Sabtu (30/5). ( Satim)***




Sabtu, 30 Mei 2009

Jalan-Jalan Sore di Bantaran Cimanuk Indramayu

MENIKMATI BANTARAN CIMANUK - Jalan-jalan di sore hari, Sabtu (30/5), di sekitar bantaran Sungai Cimanuk Indramayu yang terletak di sekitar jantung kota Indramayu, memang terasa mengasyikan. Sayangnya, sepanjang bantaran Cimanuk itu belum ditata secara apik, sehingga belum bisa dinikmati para wisatawan yang ingin menikmati alur sejarah Sungai Cimanuk. Pemerintah Kabupaten Indramayu kabarnya ingin memformat bantaran kali Cimanuk itu sebagai paru-paru kota, juga sebagai tempat wisata. Namun entah mulai kapan, niat itu sudah lama didengung-dengungkan. "Tergantung kesiapan dana yang memadai. Karena butuh sekitar puluhan miliar rupiah," kata Drs. Umar Budi Karyudi, Kepala Dinas Perhubungan dan Infromatika Kabupaten Indramayu. (Satim)*** Kata para pelajar , Wah...! Masih lama dong ?!
BEKAS GUDANG PELABUHAN JADI SEMAK BELUKAR - Kondisi bekas bangunan gudang barang bersejarah bekas peninggalan penjajahan Belanda tahun 1823 di wilayah Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat terlihat memperihatinkan. Semula merupakan deretan bangunan tangguh dan memanjang di Jalan Veteran Indramayu itu, namun kini terlihat sudah rata dengan tanah dan tak ada yang mengurusi. Soal siapa yang paling berhak dan bertanggung jawab terhadap sisa peninggalan sejarah tersebut, hingga kini terkesan belum jelas juntrungnya. Konon, beberapa pihak yang mengklaim sebagai pemiliknya, namun kenyataannya mereka terkesan tidak bertanggung jawab terhadap kelestarian areal bekas gudang tersebut. Adanya peninggalan sejarah itu, sewaktu Sungai Cimanuk yang ada di sekitarnya oleh Belanda dijadikan pelabuhan besar dan penting itu. Ironisnya, hingga Sabtu (30/5) sore, semak bular tadi tingginya sudah sekitar dua meteran lebih. Sungguh, merupakan pemandangan yang tidak sedap dipandang dalam menikmati bantaran Sungai Cimanuk di dekat Indramayu kota sore itu. (Satim)*** Kata orang Cirebon, emangnya bangunan bersejarah itu milik Ki Mardiyah, tokoh dongeng rakyat Cirebon yang terkenal kaya raya, dan terkenal paling dermawan itu ? Koq...! pemerintah diam aja sih ?
TINGGAL SEDIKIT LAGI - Untuk memformat bantaran Sungai Cimanuk Indramayu untuk dijadikan lokasi wisata dan peru-paru kota dengan pepohonannya yang rindang, dan asyik untuk nongkrong-nongkrong di sana, tampaknya pihak pemerintah setempat tinggal memformat sedikit lagi. Anda pun bisa menyaksikan langsung di wilayah bantaran Cimanuk di depan komplek perumahan elit yang ada di sekitarnya. Wilayah itu, konon, dihuni orang-orang kaya yang mayoritas para pejabat penting di lingkungan Pemerintah Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Bahkan Bupati Indramayu, H. Irianto MS Syafiuddin pun sejak dulu sudah membangun rumah di wilayah itu. Areal komplek perumahan orang-orang kaya tersebut, dulunya merupakan kawasan pabrik es pertama yang dibangun Belanda pada tahun 1919 (buku Sejarah Indramayu 1977). Beberapa rumah yang kabarnya dibangun pada jaman penjajahan Belanda pun, tampak masih berdiri meski kurang terawat. Namun secara umum, jejak sejarah yang telah digoreskan pada konflik politik tempo doeloe nyaris hilang. Aneh !. (Satim)*** Jejak Sejarah Indramayu koq pada hilang dengan sendirinya. Kata orang pintar, nilai sejarah itu warisan paling berharga.

Jumat, 29 Mei 2009

Pandangan Pengamat Militer soal Komponen Cadangan Pertahanan

Dandim 0616 Indramayu, Letkol Arh. Hindro Martono ketika memberikan materi penyegaran "Bela Negara".
Materi yang disampaikan Hindro Martono dalam acara copy morning "Silaturahmi Keluarga Besar TNI "
di Makodim 0616 Indramayu, Rabu (27/5). Yang diundang dalam acara tersebut Pengurus
Ormas PPM, FKPPI, LVRI, Angkatan '45, dan Pepabri.
(Foto: Satim)

OPINI

Catatan RUU

Komponen Cadangan Pertahanan

Oleh : EDY PRASETYONO

Saat ini DPR sedang membahas Ran­cangan Undang-Un­dang tentang Komponen Cadangan Pertahanan Ne­gara. RUU ini melahirkan beberapa kekhawatiran militerisasi masya-rakat sipil yang mengancam de­mokrasi. Pandangan kritis lain mengatakan, lebih baik membe­nahi kekuatan TNI daripada membuat komponen cadangan.

Praktik universal

Sulit mempertahankan argu­men bahwa komponen cadangan merupakan militerisasi masyara­kat dan mengancam demokrasi. Amerika Serikat mempunyai komponen cadangan melalui sis­tem wajib militer, seperti Singa­pura dan Korea Selatan. Sedang­kan kekuatan cadangan Inggris, Australia, dan Kanada dibentuk secara sukarela. Ada juga yang menerapkan sistem pendataan otomatis terhadap prajurit yang baru memasuki pensiun dan be­berapa profesi yang secara fisik dan kemampuan siap dipakai se­bagai komponen cadangan, seperti dilakukan Jepang. Jadi, se­cara umum, komponen cadangan adalah praktik universal.

Yang harus dipikirkan adalah bagaimana komponen cadangan dibentuk ? Dengan wajib militer, kekuatan cadangan reguler suka­rela, sistem registrasi otomatis aneka kekuatan yang sudah siap, atau penyiapan seluruh warga negara melakukan bela negara (kewajiban milisi) yang hanya bi­sa dikerahkan melalui keadaan darurat dan mobilisasi umum ?

Komponen cadangan merupa­kan kekuatan penting pertahan­an negara yang mempunyai tiga peran. Pertama, operasionalisasi sistem pertahanan semesta. Ke­dua, kekuatan penangkal (deter­rence). Ketiga, kerangka legal ke­wajiban bela negara (kewajiban milisi), terutama untuk mengha­dapi agresi militer dari luar. Perlu digaris bawahi, kewajiban bela negara dalam keadaan darurat perang berlaku di semua negara.

Isu-isu sensitif

Bagian paling sensitif dari RUU ini adalah Pasal 8 Ayat (l), "Pegawai negeri sipil, pekerja, dan/atau buruh yang telah me­menuhi persyaratan wajib men­jadi anggota komponen cadang­an". Persepsi yang muncul, wajib militer akan diberlakukan. RUU tentang ini tampak ragu, apakah yang dimaksud wajib militer ter­batas meski tidak eksplisit me­nyebut wajib militer. Sebagian berpendapat, ini bukan wajib mi­liter karena perekrutan, besaran, dan pengaktifan masa dinas aktif 30 hari per tahun dalam masa bakti lima tahun tidak lazim di­gunakan dalam wajib militer.

Isu sensitif lain adalah Pasal 14 Ayat (3), "Setiap pemilik, penge­lola, penanggung jawab sumber daya alam, sumber daya buatan, sarana, dan prasarana nasional yang diperlukan dan telah dite­tapkan wajib menyerahkan pe­makaian sumber daya alam, sum­ber daya buatan, sarana, dan pra­sarana nasional, termasuk yang mengawaki yang berada di bawah kekuasaannya kepada menteri atau pejabat yang ditunjuk guna dibentuk menjadi komponen ca­dangan".

Perlu ditegaskan, untuk sum­ber daya yang bukan milik nega­ra, dalam kondisi normal me­reka dan pemiliknya ada di luar kekuasaan negara. Para pemilik hanya wajib menyerahkan pema­kaian sumber daya saat negara menyatakan keadaan darurat dan mobilisasi. Identifikasi keperluan dan penetapan sumber daya un­tuk menjadi komponen cadangan tidak dilakukan dengan menye­rahkan pemakaian, tetapi melalui pembangunan infrastruktur. Pa­sal ini juga rancu dengan Pasal 25, bahwa dalam keadaan tidak aktif, meski sudah berstatus komponen cadangan, tetap ada di tangan pemilik.

Ketentuan tentang mobilisasi juga bermasalah. Pasal 4 menya­takan, komponen cadangan ha­nya digunakan saat latihan dan mobilisasi. Dalam RUU ini mo­bilisasi diartikan sebagai peng­gunaan semua sumber daya, sa­rana, dan prasarana sebagai ke­kuatan pertahanan negara. Da­lam pengertian ini, seharusnya mobilisasi mensyaratkan pernya­taan keadaan darurat.

Untuk komponen cadangan manusia, saat dalam masa dinas aktif dan terintegrasi pada matra masing-masing, pengerahan dan penggunaannya tidak melalui mobilisasi, tetapi Undang-Un­dang TNI. Sementara untuk non­manusia, penggunaan dalam si­tuasi normal melalui koordinasi dan integrasi kebijakan pemba­ngunan infrastruktur pertahan­an. Mereka hanya bisa diserah­kan kepada negara, dipakai seba­gai komponen cadangan hanya saat negara dalam keadaan da­rurat.


Dengan kompleksitas politik dan teknis itu, sebaiknya pem­bentukan komponen cadangan tidak diselenggarakan lewat sis­tem wajib militer, tetapi melalui sistem voluntary regular reserve force dengan kualifikasi seperti komponen utama, tetapi dengan masa dinas jauh lebih pendek.

Kekuatan itu ditopang sistem kewajiban bela negara (kewajib­an milisi). Secara operasional, ini bisa diwujudkan sejak dini dalam aneka kebijakan, program, dan bela negara. Sedangkan sumber daya lain dapat diarahkan untuk memberikan sumbangan bagi ke­pentingan pertahanan melalui aneka kebijakan pembangunan infrastruktur. Mereka bisa dise­rahkan pemakaiannya kepada negara hanya saat negara mela­kukan mobilisasi umum melalui pernyataan keadaan darurat.

EDY PRASETYONO

Dosen Jurusan Hubungan Internasional

Universitas Indonesia, Depok, Peneliti pada IODAS, Jakarta

Source : KOMPAS, Senin, 25 MEI 2009

Gambar : Dokumen Mahkamah Konstitusi

Illustrasi Foto-foto hasil jepretan Satim

Kamis, 28 Mei 2009

Sertifikasi Profesi Tukang Indramayu dari Holcim


Para tukang lokal warga Indramayu yang sedang diberi pengarahan oleh dosen kontruksi dari perusahaan semen Holcim, Kamis (28/5). Tampak dalam gambar, Kepala SMA PGRI 2 Sindang, Drs. Kuswaya tengah berada di tengah-tengah para tukang. ( Foto : Satim)


Holcim Mendidik Para Tukang

Praktek di SMA PGRI 2 Sindang

INDRAMAYU – Suasana Sekolah Menengah Atas (SMA) PGRI 2 Sindang, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat, Kamis (28/5) dan Jumat (29/5) terlihat ramai dan berbeda dengan hari-hari biasanya. Pasalnya, seratusan para tukang warga Indramayu berseragam kaos panjang bertuliskan “Holcim”, bersepatu proyek, dan memakai helm kuning terdapat tulisan “Holcim” ikut meramaikan sekolah yang dipimpin, Drs. Kuswaya itu.

Para tukang itu bukan mau sekolah di SMA PGRI 2 Sindang, namun berada di sana dalam rangka mengikuti pendidikan konstruksi dan sekaligus praktek lapangan di bawah bimbingan dosen kontruksi dari perguruan tinggi ternama pilihan Holcim, sebuah perusahaan semen terkenal di dunia.

Selama dua hari itu, para tukang dibina dan dididik langsung praktek dengan membuat hamparan betonan untuk tempat duduk para siswa SMA PGRI 2 Sindang. Para tukang tersebut terlihat antusias mengikuti bimbingan sang dosen sebagai bekal ilmunya dalam menekuni dunia pertukangan.

Konon, program pendidikan dan pelatihan tukang tadi, merupakan program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan perusahaan semen Holcim, dan yang pertama kali di lakukan di Kabupaten Indramayu. Mereka memilih SMA PGRI 2 Sindang, karena dianggap sebagai sekolah swasta berprestasi dan layak untuk dijadikan lokasi pendidikan dan praktek para tukang bangunan.

Sayangnya, pihak Holcim yang berada di lokasi praktek tak mau menjelaskan kepada wartawan. Alasannya, karena tim ekspedisi Holcim datang ke Indramayu tidak menyertakan bagian Kehumasan. “Jadi kami tak berhak untuk menerangkan kepada para wartawan. Hanya pihak Holcim punya program kepedulian untuk meningkatkan SDM para tukang lokal agar terampil dan profesional,” kata seorang petugas perusahaan semen raksasa di Indonesia itu.

Kepala Sekolah SMA PGRI 2 Sindang, Drs. Kuswaya mengatakan, pihaknya sempat terkejut begitu kedatangan tim Holcim bersama ratusan tukang ke sekolah yang dipimpinnya. Ia juga sebelumnya tidak pernah mimpi bakal kedatangan tamu kehormatan baginya itu. Entah atas dasar pertimbangan apa, sehingga sekolahnya dijadikan sampel bagi peningkatan sumber daya manusia (SDM) para tukang lokal asli wong Dermayu.

“Kami akhirnya merasa bersyukur, bahwa sekolah SMA PGRI 2 Sindang dipercaya perusahaan semen Holcim sebagai tempat praktek para tukang Indramayu. Semoga bermanfaat bagi para tukang dan sekolah kami. Sebagai warga Indramayu, mestinya harus merasa bangga atas kepedulian Holcim,” ucap Kuswaya. (Satim/Joko K)***

Rabu, 27 Mei 2009

Museum digoyang Beragam Permasalahan

KRH Darmodipuro (Mbah Hadi).
OBITUARI

Mbah Hadi Tutup Usia

SOLO – KRH Darmodipuro yang akrab disapa Mbah Hadi, mantan Kepala Museum Radya Pustaka di Solo, Rabu (27/5) pukul 14.15, meninggal dunia dalam usia 71 tahun setelah beberapa lama menderita sakit. Jenazah almarhum akan dimakamkan Kamis (28/5) siang di Pemakaman Umum Daksinalaya, Sukoharjo, berangkat dari kediaman di Jalan Kiai Maja, RT.04 RW.05, Kelurahan Semanggi.

Menurut Suharyadi (27), putra bungsu almarhum, sebulan silam Mbah Hadi jatuh terduduk di lantau saat hendak sarapan pagi di ruang makan. Sempat diurut, selang sepekan kemudian diperiksakan ke rumah sakit setelah mengeluh tak bisa jalan. Dokter menyebutkan, ada bagian tulang punggungnya yang retak. Sejak itu ia menggunakan kursi roda.

Walau dalam kondisi sakit, Mbah Hadi sehari-hari tetap melayani warga masyarakat yang hendak konsultasi menyangkut perhitungan hari untuk hajatan, seperti perkawainan mencari jodoh, pembangunan rumah, peresmian gedung. Ia juga melayani ruwatan bagi mereka yang ingin terbebas dari kenaasan hidup.

“Jam 10.00 tadi masih welayani tamu dari Nguter. Tapi, jam 12.00 mendadak ia mengeluh dadanya sesak. Belum sempat diperiksa dokter, dia sudah meninggal,” kata Ny. Sulastri (65) adik kandung almarhum.

Suhadi, namanya saat muda, menjabat Kepala Museum Radya Pustaka Solo sejak tahun 1976 atas rekomendasi GPH Hadiwijoyo. Belakangan, seelah mendalami pengetahuan pawukon dan primbon, yaitu perhitungan hari dalam sistem kalender Jawa, ia menjadi narasumber andal dan panutan mengenai pawukon dan primbon di masyarakat. Banyak warga dari awam hingga pejabat tinggi, memanfaatkan ilmunya untuk berbagai keperluan.

Akan tetapi, November 2007, reputasi Mbah Hadi pupus menyusul terungkapnya kasus pencurian dan pemalsuan atas enam arca koleksi Museum Radya Pustaka.

Mbah Hadi bersama dua karyawan museum, Jarwadi dan Gatot, ditangkap polisi dan menjalani proses persidangan. Mbah Hadi terbukti berperan dalam kasus tersebut. Ia harus menjalani hukuman pidana selama 18 bulan. Ia dinyatakan bebas bersyarat Oktober 2008. (ASA/SON)

Source : Kompas, Kamis, 28 Mei 2009

Foto-foto Posmo.net, Kompas.com, dan Mataya-Indonesia.org.

Pengurus Komite Museum Radya Pustaka, Solo, Jawa Tengah, menunjukkan peta wilayah Keraton Kasunanan Surakarta yang dibuat tahun 1905 di museum tersebut, Sabtu (23/5). Peta yang tidak terawat itu ditemukan bersama 15 peta kuno lainnya di gudang museum. (Kompas/Heru Sri Kumoro)

Ditemukan 16 Peta Kuno

Masih Dicari 23 Buku Kuno yang Hilang

SOLO - Pengelola Museum Radya Pustaka di Kota Solo "menemukan" 16 peta kuno. Dari 16 peta kuno tersebut, tujuh di antaranya sudah diidentifikasi, yakni dua peta Surakarta, peta wilayah Keraton Plered, Keraton Surakarta, Keraton Pajang, Kasepuhan Cirebon, dan Keraton Kartasura.

Peta kuno tersebut digambar dengan tangan menggunakan tinta di atas kertas karton tebal. Salah satu peta, yakni peta wi­layah Keraton Kasepuhan Cire­bon, dibuat tahun 1882 atau berumur 127 tahun. Adapun pe­ta wilayah Surakarta disertai ca­tatan pembuatan tahun 1903.

Gambar peta masih tampak jelas, tetapi beberapa peta sudah mulai sobek. Tulisan pada peta menggunakan huruf Jawa carik dan ada juga yang menggunakan huruf Latin. Peta-peta tersebut selama ini belum masuk daftar inventarisasi koleksi Museum Radya Pustaka.

inventarisasi koleksi Museum Radya Pustaka.

Peta ditemukan saat staf mu­seum membersihkan gudang un­tuk mencari sekitar 23 buku dan naskah kuno yang diduga hilang.

"Banyak koleksi buku dan nas­kah di gudang itu yang belum diberi nomor dan masuk daftar inventarisasi," kata Ketua Komi­te Museum Radya Pustaka Wi­narso Kalingga, Sabtu (23/5).

Peta-peta kuno ditemukan Jumat lalu bersamaan dengan kedatangan lima staf dari Badan

Arsip dan Perpustakaan Daerah Jawa Tengah. Anggota staf Mu­seum Radya Pustaka, Soemarni Wijayanti, mengungkapkan, Ba­dan Arsip menyarankan dilaku­kan laminasi terhadap peta-peta kuno yang ditemukan agar awet dan bisa dipamerkan di Museum Radya Pustaka.

Sejarawan dari Universitas Se­belas Maret (UNS) Solo, Tun­djung W Sutirto, mengatakan, peta kuno tersebut sangat ber­harga karena bisa diketahui wi­layah kekuasaan beberapa kera­ton di Jawa saat itu. Bisa di­ketahui pula pola penataan kota, ekologi sistem pertahanan ke­raton saat itu.

Masih dicari

Berkaitan dengan dugaan hi­langnya sekitar 23 naskah dan buku kuno, hingga kini penge­lola museum masih melakukan pencarian.

Tundjung mengatakan, hilang­nya naskah kuno dan belum di­inventarisasinya peta-peta ktmo menunjukkan pengelolaan mu­seum di Indonesia masih buruk dan tidak profesional. Barang-ba­rang bersejarah yang tak ternilai harganya peninggalan zaman Si­ngosari hingga Surakarta banyak yang tidak jelas keberadaannya. "Bendanya tetap ada, tetapi entah di mana keberadaannya," kata­nya.

Ini, menurut Tundjung, juga menunjukkan rendahnya kepe­dulian perguruan tinggi, teruta­ma yang memiliki fakultas sastra, karena sedikit sekali mengambil bagian dalam pelestarian kha­zanah pustaka.

"Konvensi internasional tidak membolehkan penggandaan nas­kah kuno dengan fotokopi karena akan merusak naskah, tetapi bisa dibuat mikrofilm," kata Tun­djung. (EKI)

Daftar Buku yang Diduga Hilang :

1. Serat Ong Ilahe'ng

2. Primbon Mangku Prajan

3. Serat Jaya Lengkara Purwacarita

4. Buku Werna-werni Sinjang (empat jilid)

5. Buku Gambar Songsong Kraton Lan Keterangan Werna-Werni

6. Buku Gambar Songsong Kraton

7. Serat Babad Surakarta

8. Babad Giyanti Dumugi Prajat & Partakrama (dua jilid)

9. Serat Jugul Muda

10. Serat Jugul Muda Baratayuda

11. Smaradahana

12. Kawi Bausastra

13. Serat Bausastra (empat jilid)

14. Kakawin Bharatayuda (dibuat untuk PB IV sebelum menjadi raja) ,

15. Serat Babad Purwa

16. Menak Purwakanda (dua buku, yakni Serat Karmajarwa dan Serat Nawawi)

17. Kamus Kawi Jawa Wiwit Huruf Ha Dumugi Ka

Buku yang Masih Dicari :

l. Serat Isi Tembang Kawi

2. Serat Sakuntala

3. Wiwaho Jarwa I

4. Wiwaho Jarwa II

5. Kakawin Parthajaya

Sumber: Museum Radya Pustaka Source: Kompas, Senin, 25 Mei 2009

Illustrasi : Gunawan

MuseumTerkendala Dana

Naskah Kuno Mulai Digitalisasi

SOLO - Hilangnya sejumlah naskah kuno dan buruknya inventarisasi koleksi di museum tidak terlepas dari terbatasnya dana dan sumber daya manusia. Hal ini dialami sejumlah museum di Tanah Air, termasuk Museum Radya Pustaka Solo.

Di Museum Radya Pustaka, misalnya, hingga kini hanya ada empat anggota staf yang bertu­gas, yakni petugas tiket, adminis­trasi, perpustakaan, dan peman­du wisata. Keempatnya bersama tiga orang Komite Museum Rad­ya Pustaka mengelola museum. Ini ditambah satu juru pelihara museum.

"Untuk perawatan dan opera­sional, seperti listrik, kebutuhan dananya banyak sekali, semen­tara kami hanya mendapat ban­tuan Rp 100 juta setahun. Untuk honor karyawan dan operasional saja tidak cukup," kata Ketua Komite Museum Radya Pustaka Winarso Kalingga, Senin (25/5).

Petugas perpustakaan, Kurnia Heniwati, berharap museum mendapat pendampingan tenaga ahli untuk pengelolaan museum dan perawatan koleksi-koleksi­nya. Saat ia masuk tahun 2007, kondisi koleksi pustaka semra­wut. "Buku-buku banyak yang hampir hancur. Letaknya ber­campur karena pengunjung bisa mengambil sendiri buku yang ingin dibaca," katanya.

Kurnia bersama anggota staf lainnya kemudian membersih­kan dan memperbaiki buku-buku yang ada, termasuk menemukan keberadaan buku-buku di gudang yang belum masuk katalog, di antaranya buku berbahasa Be­landa 300 buah, berbahasa In­donesia 400, dan berbahasa Jawa carik 200 buah.

Anggota staf museum Radya Pustaka, Soemarni Wijayanti, mengatakan, pihaknya harus pintar-pintar membagi waktu untuk mengurus koleksi pustaka. "Un­tuk mencari naskah dan buku kuno yang diduga hilang, kami harus menyempatkan waktu di tengah tugas utama melayani pengunjung museum dan per­pustakaan," katanya.

Wali Kota Solo Joko Widodo secara terpisah mengatakan, pi­haknya akan menambah bantuan dana untuk museum dalam per­ubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Solo. Ia juga meminta agar mu­seum segera mencari keberadaan buku dan naskah kuno yang di­duga hilang. Jika memang dipas­tikan hilang, Komite Museum diminta segera melapor ke po­lisi.

Untuk tahun anggaran 2009, Pemkot Solo memberi bantuan Rp 100 juta. Museum Radya Pus­taka berumur 119 tahun, didi­rikan 28 Oktober 1890 oleh Kan­jeng Raden Arjo (KRA) Sosrodiningrat IV yang saat itu men­jabat patih Paku Buwono IX.

Lakukan Digitalisasi

Secara terpisah, pendiri Yaya­san Sastra Surakarta, John Pater­son, dan Direktur Yayasan Sastra Surakarta Supardjo mengatakan, menyadari naskah kuno sangat penting untuk pengembangan il­mu pengetahuan. Yayasan Sastra Surakarta, Jawa Tengah, kini me­reka melakukan digitalisasi ter­hadap naskah peninggalan masa lalu. Paterson mengatakan, hing­ga kini, sekitar 15 juta kata telah didigitalisasi dan sedang dalam proses mengunggah pada situs web www.sastra.org.

Sebagian besar karya yang akan dimuat dalam situs web, yang rencananya akan online kembali mulai Agustus 2009, adalah karya sastra terkenal yang ditulis atau diterbitkan pada awal abad ke-19 sampai awal abad ke-20. Karya dimulai dari bentuk tembang (puisi), gencaran (pro­sa) baik prosa yang ditulis tangan, cetakan, maupun ketikan.

"Dengan digitalisasi, naskah asli menjadi lebih aman," kata Direktur Yayasan Sastra Sura­karta.

Direktur Museum Direktorat Sejarah dan Purbakala Depar­temen Kebudayaan dan Pariwi­sata Intan Mardiana Napitupulu mengatakan, buku kuno yang di­nyatakan hilang belum bisa dika­takan hilang karena harus dibuk­tikan dulu dengan catatan yang ada. (EKI/SON/NAL)***

Source : Kompas, Selasa, 26 Mei 2009 (Foto : PasarSolo.com)

Dosen UGM Terima Penghargaan Internasional
YOGYAKARTA - Atas komitmennya dalam melestarikan Candi Borobudur dan kawasan kota tua di Kotagede, dosen Fakultas Teknik Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Laretna T Adishakti, menerima penghargaan The Nikkei Asia Prizes ke-14 untuk kategori budaya perseorangan. Tahun ini, Laretna satu-satunya penerima penghargaan yang berasal dari Indonesia. Lewat surat elektronik yang dia kirimkan dari Tokyo, Jepang, Senin (25/5), ia mengaku terkejut saat dinyatakan sebagai salah satu penerima penghargaan itu. Laretna berada di Tokyo sejak 18 Mei untuk acara penganugerahan penghargaan The Nikkei Asia Prizes ke-14. The Nikkei Asia Prizes merupakan penghargaan yang diberikan koran bisnis nasional di Jepang, The Nikkei, kepada tokoh-tokoh di Asia dan kawasan Pasifik yang dinilai berprestasi di bidang pertumbuhan regional, inovasi sains dan teknologi, serta budaya. (IRE)***
Source : Kompas, Selasa, 26 mei 2009

INFO LELANG Pemerintah Kabupaten Indramayu Tahun Anggaran 2009

Senin, 25 Mei 2009

Kantor Dinas Sumber Daya Air, Energi dan Pertambangan Kabupaten Indramayu merupakan Bangunan Cagar Budaya

BANGUNAN BERSEJARAH - Kantor Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air, Energi dan Pertambangan Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat (dulu Dinas PU Pengairan), merupakan bangunan cagar budaya yang masih lestari hingga kini. Meski genting dan bangunan bagian depannya sudah ada yang berobah, namun masih mencirikan keasliannya seperti yang dulu sewaktu Belanda menjajah Indramayu membangun gedung itu pada tahun 1919. Jendela, pintu dan ornamen yang ada di dalamnya masih menyisakan keunikan dan keantikan sebagai bangunan tua. Temboknya saja masih murni dengan plesteran pasir campur kapur dengan pasangan bata merah yang dijejer rangkap dua. Namun bangunan bagian belakangnya terlihat sudah saatnya untuk direnovasi segera. Karena mayoritas sudah pada rusak, meski sudah dilakukan perbaikan seadanya pada tahun 2007 dan 2008 lalu oleh pihak Dinas PU Pengairan setempat waktu itu. Yang masih mencirikan sebagai bangunan tua bersejarah, itu cirinya seluruh kerangka bangunan tersebut memakai kayu jati tua. Sehingga tampak masih kokoh, kecuali yang gentingnya bocor memang ada yang sudah rapuh. (Satim)***

Bangunan Cagar Budaya Indramayu Dimanfaatkan BAZIS Kabupaten Indramayu

Bangunan Cagar Budaya- Gedung di atas merupakan salah satu peninggalan sejarah dari sekian bangunan cagar budaya yang ada di wilayah Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Bangunan tua yang terletak di samping Pendopo Bupati Indramayu di Jalan Wiralodra tersebut, dari depan memang tampak masih terpelihara. Namun bangunan bagian belakangnya sudah pada rusak, sehingga perlu direnovasi. Kini, gedung tersebut dimanfaatkan untuk Kantor BAZIs (Badan Amil Zakat dan Sodaqoh) Kabupaten Indramayu. Kantor itu dulunya sekitar tahun 1928 pernah digunakan sebagai pengurusan administrasi oleh pemerintah kolonial Belanda. (Satim)***

Pelajaran Berharga dari Jembatan Suramadu Surabaya

Peresmian
Jembatan Suramadu Diajukan 10 Juni

Jembatan Suramadu rencananya akan diresmikan tanggal 10 Juni mendatang. Akhir Mei semua proses pengaspalan dan penyambungan sudah selesai dilakukan. Tanggal peresmian ini maju dari jadwal yang ditentukan semula yakni 12 Juni. Presiden SBY akan hadir meresmikan jembatan sepanjang 5,4 km tersebut.

"Dari sisi Surabaya masih ada join yang masih belum menyambung, tapi itu pekerjaan yang sangat ringan. Semua sudah disiapkan dan pengecoran selesai tanggal 25 Mei," kata Menteri PU Joko Kirmanto kepada wartawan saat meninjau Jembatan Suramadu sisi Madura, Kamis (7/5/2009).

Suksesnya pelaksana proyek pembangunan jembatan terpanjang se- ASEAN itu, semoga memberi pelajaran berharga bagi sejumlah proyek pembangunan jembatan berskala besar di wilayah Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat.

Dari tahun 2006 hingga tahun 2009 ini, tahapan pelaksanaan pembangunan Jembatan Pecuk yang menghubungkan Kecamatan Arahan, Cantigi, dengan wilayah Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu diduga selalu bermasalah. Proyek yang dianggarkan lebih dari empat miliar rupiah melalui beberapa tahapan itu, terkesan selalu terkendala dalam pelaksanaannya. ***

Source : Politik2009.blogspot.com & majuterus.blogspot.com

Minggu, 24 Mei 2009

Sejumlah Proyek Pemerintah Masih Terbengkalai

NASIB PROYEK PEMERINTAH

Sejumlah Bangunan Bernasib “Merana”

JEMBATAN PECUK – Jembatan Pecuk Indramayu, Provinsi Jawa Barat merupakan bangunan pemerintah yang tergolong proyeknya terbengkalai. Pasalnya, tahun 2008 lalu, pemenang tender tak mampu menyelesaikan pekerjaan sesuai ketentuan. Akhirnya, pengerjaan jembatan itu terbengkalai. Kini sudah memasuki tahap ketiga untuk menyelesaikan proyek jembatan yang menghubungkan wilayah desa di Kecamatan Sindang dan Cantigi itu, namun hingga Minggu (24/5), belum ada tanda-tanda dimulainya pekerjaan lanjutan dari pemenang tender di tahun 2009 ini. Yang terlihat sejumlah tiang beton penyangga jembatan yang tengah “bercumbu” dengan rerumputan yang terus menjalar dan kian meninggi.

Proyek yang dikelola Dinas Bina Marga Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat termasuk proyek yang sudah dua kali mengalami kegagalan dalam pelaksanaan pekerjaannya. Tahun 2009, proyek jembatan Pecuk itu terkesan masih menyimpan pertanyaan terhadap kesiapan dan kesanggupan dari pemenang tender proyek tersebut.

Meski pihak Bina Marga Kabupaten Indramayu sudah berjanji akan meneruskan tahapan pekerjaan jembatan Pecuk itu, namun sudah miliaran rupiah duit rakyat terbuang kesana tapi tanpa hasil yang “memuaskan”. Proyek Jembatan Pecuk itu pun akhirnya masuk dalam daftar proyek yang diduga “gagal” pada tahun anggaran 2008 lalu, dan nasibnya nyaris serupa dengan pembangunan obyek wisata Water Park Bojongsari Indramayu yang terlihat hingga Minggu (24/5), masih terbengkalai. Padahal, Jembatan Pecuk itu memiliki nilai sejarah bagi perkembangan daerah tersebut. (Satim)***

WATER PARK BOJONGSARI – Proyek yang nyaris senasib dengan Jembatan Pecuk Indramayu, adalah pembangunan obyek wisata Water Park Bojongsari Indramayu. Keindahan hanya terlihat di gerbang masuk lokasi yang direncanakan menjadi obyek wisata buatan itu. Tapi di dalamnya hingga Minggu (24/5) terkesan masih amburadul. Pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Indramayu berjanji akan menyelesaikan tahapan lanjutan proyek itu di tahun 2009 ini. Meski belum ada gelar presentasi kepada publik, mengenai besaran keuntungan yang bakal diperoleh kas daerah setiap tahunnya atas biaya sekitar puluhan miliar rupiah yang sudah dikucurkan untuk pembangunan Water Park tersebut. Pasar Desa Dermayu ini pun diduga masuk dalam daftar proyek-proyek pemerintah yang terbengkalai. (Satim)***

PASAR DESA DERMAYU – Nasib Pasar Desa Dermayu pun lebih parah lagi. Usai dibangun pada tahun 2007 silam, hingga kini belum ada yang mau menempati kios dan los yang sudah dibangun pihak Pemerintah Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat itu. Hingga Minggu (24/5), bangunan Pasar Desa Dermayu itu terlihat sudah pada rusak. Sebagian tembok dan catnya mengelupas. Sedangkan halamannya terlihat rerumputan begitu subur hingga mencapai ketinggian sekitar 2 meteran. Kondisi pasar desa itu bagaikan gudang hantu. Warga sekitar menerangkan, kalau malam menakutkan dan, konon, semak belukarnya diduga telah dijadikan sarang ular. (Satim)***

Jumat, 22 Mei 2009

Dipertanyakan : Kinerja Anggota Parlemen Kota Mangga Indramayu yang baru Periode 2009-2014

Copyright : Kompas
ANGGOTA DPRD INDRAMAYU
Senyaring Apa Suaramu...

Wajah baru di DPRD Ka­bupaten Indramayu di­anggap belum menja­min perbaikan kinerja DPRD. Komposisi anggota DPRD Indra­mayu periode 2009-2014 me­mang berbeda, tetapi dianggap ti­dak mengubah inti. Ibarat telepon seluler, casing boleh baru, tetapi mesin tetap sama.

Parpol-parpol baru, seperti PKS, Partai Demokrat, Partai Hati Nurani Rakyat, dan Partai Gerin­dra, turut mewarnai Gedung DPRD Indramayu dengan me­nyumbang total ll kursi.

Parpol lain, seperti PDI-P, PKB, dan PPP, justru kehilangan bebe­rapa kursi mereka. Perolehan kursi PDI-P, misalnya, turun dari 11 kursi menjadi tujuh kursi. PAN justru kehilangan kursi sama se­kali, padahal tahun lalu masih mendapatkan satu kursi.

Namun, Partai Golkar masih menjadi partai mayoritas dengan 24 kursi atau 48 persen. Jumlah ini lebih tinggi daripada periode lalu yang mencapai 20 kursi.

Dominasi Partai Golkar, menu­rut pengamat politik dari Pusat Kajian Strategis Pembangunan Daerah, Ousjh Dialambaqa, akan banyak berpengaruh pada sikap kritis DPRD terhadap eksekutif.

Eksekutif Indramayu dipimpin kader Partai Golkar. Beberapa na­ma calon anggota DPRD baru pun dikenal dekat dengan eksekutif. Anna Sophanah, istri Bupati In­dramayu Irianto MS Syafiuddin, mendapatkan satu kursi dari Par­tai Golkar. Dedi Rahmatullah, pengurus Partai Golkaryang dike­nal masih mempunyai hubungan darah dengan Bupati, juga terpilih dari Partai Golkar. Beberapa na­ma istri pejabat daerah pun ada yang mewakili Partai Golkar.

"Tidak hanya para istri pejabat jadi anggota legislatif, tetapi juga kontraktor rekanan pemerintah daerah ikut pula jadi anggota ba­ru. Bagaimana bisa mengontral fungsi APBD agar benar-benar untuk rakyat jika mereka masuk dalam pusaran kepentingan ekse­kutif ?," kata Ousjh.

Menjanjikan perubahan

Tudingan DPRD tidak akan bergigi itu ditanggapi tenang oleh Dedi Rahmatullah, salah satu ang­gota DPRD terpilih. Dedi yang ju­ga pengurus Partai Golkar Indra­mayu itu menyatakan, tuduhan tersebut belum bisa dibuktikan. "Kalau perlu, kami kritisi eksekutif jika memang bertindak salah," katanya.

Dedi mengaku sudah mengin­ventarisasi sejumlah persoalan warga yang harus diperbaiki sege­ra. Salah satu di antaranya adalah biaya permohonan kartu tanda penduduk. Menurut dia, Peme­rintah Kabupaten Indramayu ha­rus bisa menyelesaikan persoalan kepengurusan KTP dengan cepat dan mudah.

Ketua DPC PKS Indramayu Ruswa pun menjanjikan per­ubahan di tubuh DPRD. Latar belakang beragam profesi, dari pengusaha, petani, hingga pendi­dik, diharapkan bisa mewakili ke­pentingan rakyat."Pengusaha yang kami usung bukan jenis pengusaha yang mengandalkan proyek Pemkab, lho," ujarnya.

Kuswanto, anggota legislatif terpilih dari PDI-P, justru merasa berat dengan komposisi baru ini. Dibutuhkan lebih dari satu orang untuk bisa menumbuhkan kem­bali gigi DPRD. Kini tinggal menunggu waktu, akankah parpol-parpol baru dan anggota baru membuat suara DPRD Indramayu nyaring ? (SIWI YUNITA CAHYANINGRUM) ***

Source : Kompas, Jumat, 22 Mei 2009